Pergi Dari China, 33 Perusahaan Tak Lirik RI, Sandiaga : Ironis!

Jum'at, 06/09/2019 10:30 WIB
Sandiaga Uno Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta (Lapan6Online)

Sandiaga Uno Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta (Lapan6Online)

Jakarta, law-justice.co - Mantan Wakil Presiden, Sandiaga Uno angkat suara soal 33 perusahaan asing merelokasi pabriknya dari China namun tak ada satu pun yang pindah ke Indonesia.

Dia menilai seharusnya di tengah perang dagang antara Amerika Serikat dan China, Indonesia bisa ambil peluang karena banyaknya perusahaan yang hengkang dari negara tersebut.

"Saya sepakat sama presiden sih itu ironis banget bahwa perang dagang AS-China, sebetulnya kan dibalik setiap krisis ada opportunity kan," kata dia seperti melansir finance.detik.com.

Sandiaga menyadari banyak perusahaan yang pasti akan merelokasi perusahaan dari China, itu demi menghindari tingginya tarif yang dikenakan oleh AS untuk produk dari China. Sayangnya, Indonesia gagal memanfaatkan itu. Alhasil negara lain yang menikmati peluang tersebut.

"(Perusahaan) itu nggak satu pun ke Indonesia, itu ironis banget. Dan ini karena semua fokus kepada hal-hal yang menurut saya, yang perlu saya kritisi adalah terlalu fokus kepada business as usual," jelasnya.

Menurutnya, pemerintah harus bisa melakukan hal-hal yang out of the box alias di luar kebiasaan. Dia menyarankan pemerintah segera mengirim pelaku bisnis Indonesia yang paham mengenai China untuk datang ke negara tersebut.

Lanjut Sandi, tugaskan pengusaha tersebut untuk mempromosikan Indonesia, sehingga perusahaan-perusahaan di sana mau pindah ke Indonesia, ketimbang ke negara lain. Bahkan kalau perlu sediakan karpet merah untuk investor tersebut.

"Tunjuk saja dari dunia usaha, pengusaha yang bisa bahasa mandarin, ngerti banget dengan kultur di sana, tugasi, dan apa yang dibutuhkan oleh dia agar investasi itu percaya untuk masuk ke Indonesia. Kita serahkan karpet merah kalau perlu. Ini yang kita perlukan sekarang," jelasnya.

Menurutnya, ada beberapa hal yang membuat perusahaan dari China lebih tertarik ke Vietnam ketimbang Indonesia, yaitu masih rendahnya kemudahan berusaha alias ease of doing business (EoDB), belum lagi produktivitas tenaga kerjanya juga masih kurang, serta pajak yang belum begitu kompetitif.

"Kita pajak masih lebih tinggi dibandingkan negara lain, produktivitas daripada SDM kita. Itu kan masalah-masalah struktural yang harus dibenahi," tambahnya.

(Ade Irmansyah\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar