Penembakan Deiyai Terindikasi Peristiwa Pelanggaran HAM Berat

Rabu, 04/09/2019 14:31 WIB
Aksi Demo di kantor Bupati Deiyai, Papua pada Senin lalu (26/8/2019) terkait masalah rasisme. (SuaraPapua.com)

Aksi Demo di kantor Bupati Deiyai, Papua pada Senin lalu (26/8/2019) terkait masalah rasisme. (SuaraPapua.com)

Jakarta, law-justice.co - Direktur Eksekutif Lembaga, Penelitian, Pengkajian dan Pengembangan Bantuan Hukum (LP3BH) Manokwari, Yan Christian Warinussy mensinyalir insiden penembakan di Kantor Bupati Deiyai pada Rabu (28/8/2019) merupakan tindak pelanggaran hak asasi manusia berat.

Hal itu dinyatakan Warinussy menyikapi hasil investigasi Sekretariat Keadilan dan Perdamaian atau SKP Dekenat Paniai yang diumumkan Selasa (3/9/2019).

Warinussy menyatakan hasil investigasi SKP Dekanat Paniai Keuskupan Timika memunculkan dugaan bahwa aparat keamanan telah melakukan tidak kejahatan terhadap kemanusiaan sebagaimana dimaksud Pasal 7 huruf b. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia (HAM).

Sebagai advokat HAM peraih penghargaan internasional HAM ”John Humphrey Freedom Award” tahun 2005 dari Canada, Warinussy mendesak Komisi Nasional HAM segera melakukan penyelidikan terhadap kasus penembakan di Kantor Bupati Deiyai itu.

“Indikasi kuat tertembaknya tujuh warga sipil oleh aparat keamanan di Deiyai serta satu warga sipil lain yang diduga terserempet kendaraan [aparat keamanan] Indonesia pada Rabu adalah kasus yang serius dan bersifat kriminal khusus,” kata Warinussy seperti melansit Tabloidjubi.com.

Warinussy mendesak Presiden Joko Widodo agar membuka akses dan memberi kesempatan pertama bagi Komnas HAM RI untuk menyelidiki dan mengungkapkan dugaan pelanggaran HAM dalam kasus penembakan di Kantor Bupati Deiyai itu. Hal itu dibutuhkan untuk memenuhi rasa keadilan bagi rakyat Papua.

Pada Selasa, Pastor Santon Tekege Pr mengumumkan hasil investigasi SKP Dekanat Paniai Keuskupan Timika yang menemukan fakta bahwa tepat sebelum penembakan terjadi pada Rabu itu ada mobil aparat keamanan melaju dari arah Enarotali dengan kecepatan tinggi. Mobil itu menyerempet beberapa pengunjukrasa yang sedang berarakan memasuki Kantor Bupati Deiyai.

Mobil itu secara tiba-tiba berbelok Kantor Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Deiyai. Seorang anak, Yustinus Takimai (17) tak sempat menghindar, dan akhirnya tergencet ke tembok pagar Kantor Badan Kepegawaian Daerah Deiyai hingga meninggal dunia. Massa yang marah segera membuka pintu mobil, dan menemukan tentara yang mengendarai mobil itu.

“Masyarakat menarik keluar sopil TNI itu, langsung memukul dan memanah [tentara itu.]. Tiga tentara dan tiga polisi yang ada di dalam mobil [juga] disuruh keluar. [Massa] memukul mereka dengan parang, dan memanah mereka. [Massa juga sempat] mengambil sepuluh pucuk senjata api,” kata Pastor Santon.

Pastor Santon menyatakan pasca amuk massa di luar halaman Kantor Bupati Deiyai itu, aparat keamanan yang bersiaga di halaman Kantor Bupati Deiyai langsung melepaskan tembakan. Tembakan itu itu diarahkan secara langsung kepada para pengunjukrasa, membuat mereka berhamburan melarikan diri. Aparat keamanan Indonesia [juga menembakkan] gas air mata kepada para pengunjukrasa. “Akibat tembakan dan gas air mata itu, tujuh warga sipil tewas. Selain itu, sejumlah 39 warga terluka dalam insiden penembakan itu,” kata Pastor Santon.

Selain Yustinus Takimai (17) yang tewas tertabrak mobil aparat keamanan, investigasi Sekretariat Keadilan untuk Perdamaian Dekanat Paniai telah memverifikasi tujuh identitas warga yang tewas dalam insiden penembakan di Kantor Bupati Deiyai itu. Ketujuh warga sipil yang tewas dalam insiden itu adalah Abinadab Kotouti (24), Hans Ukago (25), Marinus Ikomou (35), Alpius Pigai (29), Derison Adii (24), Pilemon Waine (19), dan Yemi Douw (23).

“Jika mobil aparat keamanan Indonesia itu tidak menabrak beberapa orang [warga] dan tidak menewaskan seorang pemuda atas nama Yustinus Takimai, tidak mungkin akan ada penembakan di Deiyai. Mobil aparat keamanan Indonesia itu justru menjadi sumber dan pelaku utama [dari amuk massa yang akhirnya] menewaskan beberapa masyarakat sipil di Kabupaten Deiyai Papua,” kata Pastor Santon.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar