Ada Operasi Intelijen Asing di Balik Rusuh Manokwari?

Rabu, 21/08/2019 10:02 WIB
Kerusuhan di Manokwari, Papua (Antara)

Kerusuhan di Manokwari, Papua (Antara)

Jakarta, law-justice.co - Setidaknya ada ribuan warga Manokwari, Papua Barat yang melakukan aksi demonstrasi hingga berujung kerusuhan.

Mereka turun ke jalan, membakar ban, menebang sejumlah pohon, memblokade jalan. Kerusuhan pun pecah, setelah demonstran tanpa terkendali melakukan perusakan di sejumlah lokasi di Kota itu.

Gedung DPRD Papua Barat dibakar, banyak kios yang dijarah massa yang tak terkendali. Manokwari pun mencekam. Pemerintah setempat, bahkan memulangkan pegawai mereka sebagai upaya pengamanan dari meluasnya kerusuhan. Sporadis muncul asap asap hitam di langit Manokwari dari berbagai benda yang terbakar dan berakhir hingga Sorong.

Terlihat dari video yang beredar, massa yang marah merusak kendaraan, seperti motor, mobil dan bangunan.

Siapa yang menggerakan? Tidak ada yang tahu.

Demonstrasi di pagi yang mencekam itu merupakan kelanjutan dari demonstrasi mahasiswa sebelumnya, tetapi, tidak ada yang menyangka jika pagi di Manokwari akan diramaikan dengan kerusuhan dan bakar membakar.

Melansir Akuratnews.com, Wakil Ketua Umum Dewan Pengurus Nasional Gerakan Optimis (GO) Indonesia Frans Meroga mensinyalir ada operasi intelijen dari pihak luar (Asing) di balik peristiwa kerusuhan di Manokwari yang meluas hingga ke Sorong, Senin (19/8/2019).

Pihak luar itu ingin mengoyak persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, adu domba antar agama.

"GO Indonesia dan tim khusus kami mencium adanya indikasi (operasi) intelijen dalam kerusuhan Papua ini. GO Indonesia mengimbau masyarakat Papua jangan mau dan jangan lengah atas skenario intelijen pihak lawan ini," ujar Frans di Jakarta, Selasa (20/8/2019).

Menurut Frans, dugaan adanya operasi intelijen pihak tertentu mulai terendus sejak ramainya taruna Angkatan Darat Enzo yang dikaitkan dengan salah satu organisasi terlarang.

Frans menyatakan GO Indonesia mensinyalir ada pihak tertentu yang ingin menjadikan Enzo martir, sehingga menciptakan narasi negatif mengenai Enzo agar dirinya dipecat dari akademi militer.

"Kita bersyukur TNI tidak terkecoh dengan taktik intelijen musuh sehingga TNI tetap pertahankan Enzo. Kami bangga pada profesionalitas TNI," ucapnya.

Setelah kasus Enzo, kata Frans kemudian, muncul kasus video dugaan pelecehan simbol agama oleh UAS, hingga kemudian asrama mahasiswa Papua digeruduk.

"Coba lihat rangkaian perisitiwa Enzo, video UAS, hingga kerusuhan di Manokwari, indikasi itu jelas. Indonesia sedang jadi target operasi intelijen. Tetapi tenang saja, Polri dan TNI jauh lebih hebat dari dalang di balik semua ini," katanya.

Lebih lanjut Frans mengatakan, suku Papua, Jawa, Batak, etnis Tionghoa, Dayak dan semua suku yang ada di Indonesia merupakan satu kesatuan dan saudara se-kandung. Karena itu, semua pihak sebaiknya saling menjaga satu sama lain.

"Wahai saudara-saudari kandungku di Papua, kami di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara dan semua daerah di Indonesia akan bersama-sama kalian mengatasi tantangan ini. Kami akan berdiri bersama dengan kalian di Papua," pungkas Frans.

Kondisi saat ini sudah kondusif, tapi saksi bisu dari arang bekas terbakar tak bisa dilupakan begitu saja. Jika dugaan ada intelijen asing yang bermain itu benar, maka Manokwari hanyalah satu dari sekian cerita yang dibuat oleh intelijen asing di Indonesia.

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar