Kisruh di Manokwari Sebabkan Ambruknya Saham Nikel

Senin, 19/08/2019 16:55 WIB
Ilustrasi Investasi di Pasar Saham/Modal. (Ist)

Ilustrasi Investasi di Pasar Saham/Modal. (Ist)

Jakarta, law-justice.co -  

Harga saham emiten-emiten pertambangan logam dan mineral khususnya nikel dan emas kompak ambruk pada perdagangan Senin hari ini (19/8/2019).

Penyebabnya seperti dilansir dari CNBC Indonesia, koreksi harga komoditas emas dan kisruh massa yang terjadi di Manokwari, ibu kota Papua Barat.

Data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, pada pukul 11.15 WIB, saham PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) minus 4,73% di level Rp 282/saham, saham PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) juga amblas 3,68% di level 262/saham.

Adapun saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) juga anjlok 2,23% di level Rp 1.095/saham, begitu pun saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) terkoreksi 1,97% di level Rp 3.480/saham. Saham PT Timah Tbk (TINS) juga terkoreksi tipis 0,96% di level Rp 1.035/saham.

Central Omega memiliki pertambangan emas dan nikel sebagaimana terungkap dalam situs perusahaan. Beberapa wilayah mereka yakni pertambangan nikel di Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah, dan tambang emas di Halmahera Timur, Maluku Utara, serta tambang emas di Kupang, NTT.

Adapun Antam mengoperasikan dua tambang nikel di Sulawesi Tenggara yakni di Pomalaa dan Tapunopaka, dan satu tambang nikel di Maluku Utara, serta tiga pabrik pengolahan feronikel di Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Produksi utama emas dan perak Antam berasal dari tambang bawah tanah Pongkor, Jawa Barat dan Cibaliung, Banten.

Antam juga punya bisnis tambang di Papua Barat, tepatnya di Pulau Gag, melalui anak usahanya PT Gag Nikel.

Anjloknya harga saham emiten di sektor ini bersamaan dengan jatuhnya harga emas global, yang juga berimbas pada turunnya harga emas Antam hari ini.

Harga emas Antam yang sempat melampaui level psikologis pada perdagangan Jumat pekan lalu (16/8/2019) yakni Rp 717.000/gram kini kembali turun lagi pada awal pekan ini, Senin (19/8/2019) di level Rp 708.000/gram.

Sementara itu, pada pukul 07:00 WIB, harga emas global untuk kontrak pengiriman Desember di bursa New York Commodities Exchange (COMEX) terkoreksi 0.22% ke level US$ 1.520,3/troy ounce (Rp 684.334/gram). Harga emas di pasar spot melemah 0,29% menjadi US$ 1.509.3/troy ounce (Rp 679.427/gram).

Selain tekanan harga emas global, koreksi saham-saham sektor ini pun terjadi bersamaan dengan aksi unjuk rasa yang berujung kerusuhan di Manokwari, Papua Barat. Polisi pun terus melakukan negosiasi dengan mahasiswa dan tokoh masyarakat di Manokwari.

"Kami melakukan negosiasi dulu dengan mahasiswa dan tokoh masyarakat di sana," ujar Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo.

Kerusuhan di Manokwari itu bermula dari mahasiswa dan masyarakat yang menyampaikan aspirasinya terkait insiden kekerasan dan pengusiran mahasiswa Papua di Malang dan Surabaya beberapa hari lalu. Demo yang rusuh ini dinilai akan memicu persepsi negatif akan terganggunya aktivitas bisnis di wilayah tersebut.

Selain itu, sentimen lain yang mempengaruhi harga nikel adalah rencana pemerintah melarang ekspor nikel. Hingga saat ini para pelaku industri sedang menunggu keputusan dari presiden.

Menteri ESDM Ignasius Jonan menegaskan kebijakan percepatan larangan ekspor bijih besi sedang dipertimbangkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Larang ekspor tersebut diberlakukan untuk mengambangkan industri hilir agar nikel Indonesia punya nilai lebih.

"Presiden masih sedang mempertimbangkan, mau hilirisasi (nikel) ini dipercepat atau tidak," kata Jonan kepada CNBC Indonesia di Tembagapura, Minggu (18/8).

Jonan menegaskan soal kemungkinan bisa atau tidak adanya percepatan larangan ekspor bijih nikel, ia mempersilakan tanya ke Presiden Jokowi langsung. Namun, ia menegaskan saat ini ketentuan ekspor bijih nikel belum ada perubahan.

"Ini kan masih didiskusi, ikuti peraturan yang sudah ada saja. Saya nggak tahu silakan tanyakan ke presiden,"katanya.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan sempat mengatakan, pemerintah akan mempercepat aturan larangan ekspor bijih nikel kadar rendah yang sebelumnya dipasang tahun 2022. Selama ini bijih nikel dengan kadar di bawah 1.8% masih dibolehkan diiekspor karena kadar tersebut belum bisa diolah di Indonesia.

Luhut sempat berjanji akan segera mengumumkan percepatan larangan tersebut.

"Tunggu saja ya kapan diumumkan. Intinya itu kita akan hilirisasi semua. Kita akan percepat," kata Luhut di komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (12/8/2019).

Luhut yakin, percepatan batasan larangan ekspor bijih nikel kadar rendah bisa dilakukan karena seiring pabrik pemurnian alias smelter tanah air bisa menyerapnya.

"Ya Bisa lah kita. Nggak ada masalah. Sangguplah kita," tegasnya

Sampai dengan 2018, smelter yang sudah bisa beroperasi baru separuh dari target pemerintah yang sebanyak 57 smelter, atau baru ada 27 smelter yang sudah bisa beroperasi

Kementerian ESDM saat ini terus mengejar target hilirisasi mineral melalui pembangunan pabrik pemurnian dan pengolahan mineral (smelter). Seiring dengan berakhirnya masa relaksasi ekspor komoditas mineral mentah yang harusnya di 2022, ditargetkan akan ada 57 smelter yang sudah beroperasi dalam waktu 3 tahun lagi.

(Ade Irmansyah\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar