Pandeglang Terima Alat Deteksi Dini Gempa, Apa Istimewanya?

Kamis, 15/08/2019 07:02 WIB
Ilustrasi alat pendeteksi gempa (Seismograf). (Foto: Okezone)

Ilustrasi alat pendeteksi gempa (Seismograf). (Foto: Okezone)

Jakarta, law-justice.co - Seperangkat alat pendeteksi dini besaran guncangan gempa bumi baru saja tiba di Kabupaten Pandeglang, Banten pada Rabu (14/8/2019). Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo dan Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwi Korita menyerahkannya langsung ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pandeglang.

Penyerahan alat deteksi dini itu diterima Bupati Pandeglang, Irna Narulita di tengah simulasi evakuasi tsunami. Kegiatan ini merupakan rangkaian acara Ekspedisi Desa Tangguh Bencana (Destana) Tsunami 2019 di Shelter Tsunami Labuan.

Melalui keterangan tertulis BNPB yang dilansir Antara menyebutkan alat bernama `intensity meter` itu akan bekerja memberi sinyal sekurang-kurangnya 13 detik sebelum gempa terjadi. Sinyal gempa akan diterima oleh BMKG pusat kemudian diteruskan ke masing-masing BPBD yang telah memiliki alat tersebut.

Setelah data rekaman diterima, maka kewenangan kemudian diserahkan sepenuhnya ke pihak BPBD untuk mengambil tindakan dan kebijakan yang dianggap perlu sebagai reaksi cepat tanggap darurat bencana kepada masyarakat.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati meminta agar alat pendeteksi gempa bumi hibah dari Jepang itu selalu dijaga dan dirawat agar bisa berfungsi sesuai dengan tujuan dan manfaatnya. Selain itu, ia berpesan ke seluruh pihak agar tidak merusak alat-alat pendeteksi dan pengirim sinyal yang ada di lapangan agar dapat berfungsi dengan baik.

"Ingat. Saya mohon dengan sangat agar beberapa alat pendeteksi dini yang sudah kita pasang jangan dirusak, apalagi diambil. Ini demi kemaslahatan bersama," tegas Dwikorita pada Rabu (14/8/2019) seperti dilansir dari Antara.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala BNPB juga mengingatkan bahwa bencana alam bisa terjadi berulang. Maka selain pentingnya jenis alat Early Warning System (EWS), hal lain yang harus dimiliki dalam menghadapi ancaman risiko bencana adalah peningkatan kapasitas manusia. Tanpa ada pengetahuan masyarakat tentang bencana dan mitigasnya, maka alat pendeteksi itu akan sia-sia.

"Selain alat ini (intensity meter), kapasitas masyarakat harus ditingkatkan. Karena nantinya jangan sampai menjadi sia-sia, ketika ada sirine gempa atau tsunami tapi masyarakatnya tidak tahu harus berbuat apa saat peristiwa alam itu terjadi. Jadi harus seimbang", kata Doni.

(Nurika Manan\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar