Jawaban Gubernur Anies Saat di Tengah Pusaran "Bully"

Rabu, 14/08/2019 15:03 WIB
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. (Foto: Qerja.com)

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. (Foto: Qerja.com)

Jakarta, law-justice.co - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjadi sosok yang belakangan hangat dibicarakan. Sampai-sampai, dalam sebuah program talkshow, tema soal Anies ini diangkat secara khusus.

Sejumlah narasumber didatangkan mulai dari politikus pendukung dan pengkritik, pakar komunikasi dan politik, hingga eks Gubernur DKI Jakarta.

Tamu-tamu itu hadir mengisi Program Talkshow ILC TV One pada Selasa (13/8/2019). Program perbincangan ini mengambil tema "Anies Baswedan di Pusaran Bully". Berikut rangkuman dari sejumlah narasumber:

Efendi Gazhali 

Tampil perdana, seperti biasa pernyataan pakar komunikasi ini terkadang `menusuk` kadang pula `mengangkat`. Effendi mengaku tak paham mengenai kebijakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tentang Pulau Reklamasi.

Yayat Supriatna (Pengamat Tata Kota)

Janji Kampanye Anies Baswedan tentang pulau Reklamasi menurut Yayat tak mudah untuk direalisasikan. Ini karena sejak awal pembangunan Pulau Reklamasi, izin dari pihak Tata Ruang sudah dikantongi pengembang hanya saja tidak terdapat Izin Mendirikan Bangunan (IMB). 

Sementara soal masalah kemacetan Kota Jakarta, pemerintah pusat sudah dinyatakan gagal yang pada akhirnya memutuskan Anies yang mesti menyelesaikannya sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Taufikurrahman, Partai Demokrat

Taufikurohman menyinggung soal penyebab polusi yang salah satunya karena bertambahnya kendaraan bermotor. Karena itu Anies dianggap tidak punya kewenangan untuk mengontrol kondisi bertambahnya pengendara motor.

Rian Ernest, PSI

Rian Ernest menyebut Ibu Kota mengalami kemunduran. Ia mencontohkan, soal penanganan polusi menurutnya sudah ada Perda yang mengaturnya sejak tujuh tahun silam. 

Mardani Ali Sera, PKS 

Anies oleh Mardani dianggap sudah menjadi terbaik. Sebab selama di tangan Anies Baswedan menurutnya di Jakarta hampir tidak pernah terjadi konflik sosial.

Adian Napitupulu, PDIP

Adian mengatakan, apa yang terjadi pada Anies saat ini bukan merupakan bentuk perundungan atau bully melainkan kritik. Ia pun lantas mempertanyakan janji kampanye Anies Baswedan.

Haikal Hassan 

Menurut Haikal, perundungan itu merupakan ajakan atau inisiatif oleh sekelompok orang dengan tagar #siapbullyAnies. Ia menganggap perundungan terhadap Anies adalah hal yang disengaja dan dikoordinasikan. Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Anggota DPRD dari fraksi Demokrat, Taufiqurrahman. 

Ia mengatakan, perundungan terhadap Anies bukan menyoal kinerja melainkan ke personal.

Eep Saefulloh Fattah

Menurut Anies, jika Anies Baswedan hanya ingin menjadi gubernur biasa maka ia hanya perlu bekerja sesuai kebutuhan yakni untuk kepentingan pribadinya atau Pemilu berikutnya. Namun jika Anies ingin menjadi Gubernur yang Luar Biasa, maka Anies harus memikirkan nasib warga nya untuk masa depan.

Kata Eep, menjadi Gubernur Jakarta harus mempunyai beberapa standar kepemimpinan. Pertama, harus menjadi pemersatu. Kedua, bisa menjadi teladan bagi warganya karena Jakarta menurutnya adalah miniatur Indonesia. Ia mengibaratkan Jakarta seperti Aquarium, bukan kolam. Di dalam aquarium, dia lantas melanjutkan, kita bisa melihat langsung ikan, mendengarkan percik airnya, namun berbeda dengan penampakan di kolam.

Lulung, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta

Jika ingin melihat Prestasi Anies, ia meminta pelbagai pihak untuk mengecek laporan yang menyebutkan Pemprov DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Anies sepanjang dua tahun berturut mendapatkan status Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). 

"Bicara Tanah Abang, jangan dilihat dari jauh, lihatlah dari dekat, melihat Tanah Abang jangan hanya tentang penertiban saja. Tanah Abang itu butuh penataan, dan lihatlah sekarang, silahkan datang ke Tanah Abang," kata Lulung.

Sutiyoso, Mantan Gubernur DKI Jakarta 

Mengelola Jakarta menurut Bang Yos, tidak mudah. Ia mengaku, memiliki empat wakil saja masih kesulitan mengurus Jakarta. Karena itu ia mengatakan tak bisa membayangkan betapa berat kerja Anies Baswedan yang sudah 1 tahun bekerja sendiri tanpa wakil Gubernur.

Menurut Pak Sutiyoso, masalah Polusi udara itu tidak terjadi hari hanya hari ini, bahkan pada era kepemimpinannya pun justru Jakarta menjadi kota paling berbahaya nomor 3 di dunia. Kata dia, apa yang sudah dikerjakan oleh Anies Baswedan saat ini sudah mengarah ke penyelesaian masalah polusi Udara. Selain itu, PR Anies lainnya yang juga perlu segera dikelarkan adalah pengurangan kendaraan bermotor. 

Anies Baswedan

Terima Kasih. InsyaAllah Janji yang kami buat untuk jangka waktu lima tahun. Jadi InsyaAllah semua janji kampanye akan kami penuhi dalam 5 tahun ke depan. 23 janji kampanye, lihat janjinya, jangan berimajinasi sendiri tentang janji Anies-Sandi, supaya tidak salah dalam mem-bully.

Dan di sini saya tidak akan menjawab kata-kata dengan kata-kata tetapi saya akan menjawab dengan karya, dan akan terbukti dalam 5 tahun ke depan.

Dalam membuat kebijakan ada beberapa hal yang hurus konsisten, semua harus berawal dari gagasan, kemudian narasi, baru karya. Karena sangat bahaya jika kita hanya bisa karya karya tanpa gagasan dan narasi.

Dalam mengatasi masalah polusi udara di Jakarta tidak bisa kita langsung mengeksekusi kendaraan bermotor, tapi kita harus paham dulu, alat transportasi apa yang dimiliki oleh semua penduduk kota Jakarta, yaitu kaki.

Jadi yang harus diatasi terlebih dahulu adalah pejalan kaki, siapkan trotoar untuk membiasakan Warga Jakarta untuk menyukai aktivitas dengan berjalan kaki. Kemudian beralih kendaraan tanpa emisi, contohnya sepeda, menyiapkan jalur untuk pengendara sepeda akan menjadi bagian dari mengurangi faktor penambahnya polusi udara di Jakarta. kemudian angkutan umum, kenaikan data masyarakat Jakarta yang mulai pindah menggunakan transportasi umum, sungguh sangat Luar biasa, 2 kali lipat bila dibandingkan dengan 2 tahun sebelumnya. Baru setelah itu kendaraan pribadi. Dengan adanya pelebaran sistem ganjil-genap, diharapkan bisa mengurangi penggunaan kendaraan pribadi oleh masyarakat Kota Jakarta, sehingga dapat mengurangi polusi udara.

Masyarakat akan menilai dari pengalaman, jadi apa yang disampaikan berita terkadang tidak sesuai dengan yang dikerjakan, biarlah masyarakat akan menilai dari pengalaman selama 5 tahun Kemudian.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar