Mengapa Industri Nasional Makin Suram?

Selasa, 13/08/2019 16:35 WIB
Pekerja pabrik elektronik (Forbes.com)

Pekerja pabrik elektronik (Forbes.com)

[INTRO]

 

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan sektor manufaktur pada kuartal kedua sebesar 3,54 persen. Jumlah itu terbilang menurun bila dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu yang mencapai 3,88 persen.

 

Dari 7 kelompok industri manufaktur, 3 di antaranya membukukan percepatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2019. Mereka adalah industri tekstil dan pakaian jadi, serta Kertas dan Barang dari Kertas (termasuk percetakan).

 

Pertumbuhan industri tekstil dan pakaian jadi naik dari 6,48% YoY di kuartal II-2018 menjadi 20,71% YoY di kuartal II-2019. Sementara pertumbuhan industri kertas dan barang dari kertas membaik dari kontraksi 3,03%YoY pada kuartal II-2018 menjadi positif 12,49% YoY di kuartal II-2019.

 

Adanya gelaran Pemilu 2019 pada bulan April lalu turut menyumbangkan angka pertumbuhan tersebut.

 

Melansir CNBC Indonesia, Minggu (11/8/2019), Ade Sudrajat, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mengatakan industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) mengakui adanya peningkatan yang terjadi sewaktu kampanye Pilpres lalu.

 

Namun, momen musiman itu diprediksi tidak akan lagi ada ditemukan hingga kuartal III-2019. Apalagi musim anak sekolah membeli seragam baru pun sudah berakhir.

 

Ade mencermati tren perang dagangsaat ini akan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja industri TPT.

 

"Pada kuartal III kira-kira istilahnya masih flat, kalau ada lonjakan tidak terlalu mempengaruhi," katanya.

 

Perlambatan pertumbuhan di sektor manufaktur ini juga berbanding terbalik dengan investasi yang tinggi pada kuartal II-2019. Mengacu data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi pada triwulan II-2019 tumbuh 13,7% menjadi Rp 200,5 triliun dari Rp 176,3 triliun.

 

“Pengaruh investasi ke sektor riil belum nendang, dampak investasi ke pertumbuhan industri untuk menciptakan dan menyerap lapangan kerja belum mampu mendongkrak," kata Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ahmad Heri Firdaus di Jakarta, Rabu (7/8/2019).

 

INDEF mencermati, kinerja investasi jika dilihat dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) mengalami perlambatan dari 5,85% pada triwulan II-2018 menjadi hanya 5,01% saja di triwulan II-2019.

 

PMTB kali ini juga lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,05%," kata Ahmad menambahkan.

 

Fenomena ini disebabkan karena terjadinya kontraksi pada investasi barang modal (primer) dan perdagangan (sekunder) ke sektor yang sifatnya jasa (tersier). Dengan demikian, ada indikasi, dampak investasi ke penambahan lapangan kerja dan penciptaan lapangan kerja kian menipis begitu juga dengan efektivitasnya terhadap pertumbuhan ekonomi.

 

Ia mengatakan terjadi pergeseran struktur investasi asing di Indonesia dari sekunder ke tersier. Tercatat, saat ini porsi penanaman modal asing (PMA) yang berada di sektor tersier seperti jasa keuangan mencapai 48,2%, selebihnya di sektor primer dan sekunder.

 

(Regi Yanuar Widhia Dinnata\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar