Grab dan Gojek Punya Lawan Baru, Ini 5 Penantangnya

Selasa, 13/08/2019 14:31 WIB
ilustrasi Grab dan Gojek (Foto: todayonline)

ilustrasi Grab dan Gojek (Foto: todayonline)

Jakarta, law-justice.co -
Persaiangan aplikasi online penyedia jasa transportasi kini semakin banyak pemain. Bukan hanya didominasi Grab dan Gojek, kini ada lima aplikator yang mencoba peruntungan dalam bisnis transportasi online.

Seperti dilansir dari CNBC Indonesia, berikut rangkuman ulasannya:

1. Bitcar

Bitcar adalah aplikasi transportasi online yang dikembangkan Bitcar Sdn Bhd dan sudah dapat diunduh di Android dan iOS.

Chief Operational Officer (COO) Bitcar Christiansen Wagey mengatakan untuk tahap awal, Bitcar hanya menjangkau kawasan Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek). Bitcar sudah mempunyai 1.000 mitra yang akan bekerja sebagai pengemudi taksi online.

"Minggu pertama Agustus, sekarang kami lagi proses verifikasi data driver yang sudah mendaftar," kata Christiansen seperti dikutip dari CNNIndonesia, Selasa (6/8/2019).

Aplikasi ini rencananya juga akan diluncurkan pada akhir Agustus ini di Medan, Sumatera Utara dan Surabaya, Jawa Timur. Christiansen Wagey melanjutkan, skema bagi hasilnya adalah 85% kepada mitra driver dan 15% kepada aplikator. Jam kerja disesuaikan dengan Peraturan Menteri Perhubungan yang berlaku.

Sebagai bentuk promosi awal, Bitcar menerapkan skema rujukan (refferal). Akan ada keuntungan yang diterima driver atau penumpang jika mereka menyebarkan tautan untuk mengunduh aplikasi Bitcar.

Sementara penumpang yang mengunduh aplikasi dari tautan itu, akan mendapat komisi 1% dari tarif perjalanan. Komisi tersebut akan diakumulasikan berdasarkan jumlah orang yang mengunduh Bitcar dari tautan. Komisi akan diberikan setiap bulan kepada pengguna melalui transfer bank.

2. Anterin

Meski terdengar asing, aplikasi Anterin ini sebenarnya sudah diluncurkan pada 2017 lalu. Di Anterin, mitra driver bisa memilih sendiri pelanggannya. Bahkan mitra driver bisa menjadi langganan pengguna. Gojek dan Grab memiliki mitra driver untuk penggunanya secara acak.

Anterin tidak mengenakan skema berbagi keuntungan komisi (commision based) karena mitra dikenakan biaya berlangganan per minggu atau perbulan untuk bisa terdaftar di aplikasinya.

Sampai saat ini, pengemudi masih dibebaskan biaya langganan. Namun setelah masa promosi habis akan dikenakan sebesar Rp300.000 per bulan untuk motor dan Rp600.000 per bulan untuk mobil.

"Pengemudi dapat mengatur sendiri nilai minimum dan maksimum sesuai dengan regulasi (tarif bawah dan atas)," ujar Pendiri dan CEO Anterin, Imron Hamzah dilansir dari CNBC Indonesia.

Anterin saat ini memiliki 200.000 driver. Dari jumlah itu, 90% merupakan motor dan 10% mobil serta 20.000 driver aktif dengan komposisi 95% motor dan 5% mobil. Manajemen mengklaim Anterin telah tersedia di Jabodetabek dan 22 kota lainnya.

3. Asia Trans

Aplikasi Asia Trans diluncurkan pada Oktober 2018. Pendiri dan CEO Asia Trans (Asia Trans Teknologi) adalah Suhartoni Yonathan Salusu.

Dilihat sekilas, Asia Trans mempunyai kemiripan dengan Grab dan Gojek dalam hal model dan layanan. Misalnya, cara pengguna untuk memesan layanan hingga skema kerjasama yang memotong komisi dari driver sebesar 15%.

Suhartoni mengklaim bahwa Asia Trans sudah memiliki 185.000 mitra yang tersebar di seluruh kota dan kabupaten Indonesia serta mengangkut 100.000 pengguna. Bahkan sampai ke Indonesia Timur.

"Kita sudah ada bahkan sampai NTT (Nusa Tenggara Timur). Targetnya akhir 2019 sudah ada 800.000 driver," kata Suhartoni beberapa waktu lalu.

Ditambahkannya, pengguna Asia Trans terbanyak ada di Kalimantan.

Suhartoni mengaku sudah menerapkan big data dan firewall untuk mempercanggih teknologi di perusahaannya. Selain itu, Asia Trans tidak menggunakan server cloud. Mereka memiliki server sendiri yang ditempatkan di tempat yang sama dengan Gojek.

4. FastGo

FastGo merupakan startup ride hailing asal Vietnam yang berdiri pada 2018 setelah Uber keluar dari Asia Tenggara. Rencananya, FastGo akan masuk Indonesia pada akhir tahun ini.

FastGo mengklaim memiliki hampir 60.000 pengemudi yang melayani 10 provinsi di Vietnam. Saat ini mereka juga beroperasi di Myanmar. Pasarnya pun sudah sampai ke Thailand dan Filipina, dikutip dari KrAsia pada Selasa (6/8/2019). Lalu pada Maret lalu, FastGo mengumumkan hadir di pasar Singapura dan meluncurkan aplikasinya di April 2019.

Namun, saat pengumuman peluncurannya, FastGo tidak memberikan perincian tentang tarif. Pendiri dan chairman perusahaan Nguyen Huu Tuat hanya mengindikasikan bahwa setiap perjalanan FastGo akan selalu lebih murah daripada yang lain.

Seperti perusahaan ride-hailing lainnya di kawasan yang ingin mendapatkan pangsa pasar, FastGo juga ingin melakukan diversifikasi dengan memasukkan bisnis pengiriman makanan dan layanan keuangan. FastGo bahkan telah meluncurkan layanan perjalanan helikopter bernama FastSky.

5. Maxim

Maxim merupakan startup taksi online asal Rusia. Perusahaan ini sudah beridiri pada 2003 lalu di kota Chardinsk, Pegunungan Ural. Saat ini Maxim telah beroperasi di Balikpapan, Kalimantan Timur dan Batam, Kepulauan Riau.

Taksi online ini berkembang jauh dan sudah membuka cabang di luar Federasi Rusia sepeti Ukraina, Kazakhstan, Georgia, Bulgaria, Tajikistan, Belarusia, Azerbaijan, dan Italia.

Direktur Angkutan Jalan dan Multimoda Kementerian Perhubungan Ahmad Yani mengatakan tidak mempermaslahkan kehadiran ride hailing tersebut. apalgi Bitcar juga sudah ada di Kalimatan.

"Kalau kita sih bebas saja, kita cuma minta mereka penuhi ketentuan seperti kantor, aplikasi dan kemitraanya bagaimana dipresentasikan ke kita," kata Yani seperti dikutip dari detikcom, Rabu (7/8/2019).

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar