Akhirnya Terungkap Rahasia Cahaya Hijau Hiu Pasifik

Selasa, 13/08/2019 03:36 WIB
Hijau hiu (foto: Luminescentlabs)

Hijau hiu (foto: Luminescentlabs)

Jakarta, law-justice.co -  

Rahasia di balik cahaya seram yàng dipancarkan dua spesies hiu di dasar laut Pasifik dan Atlantik akhirnya terungkap. Seperti dilansir Thé Guardian dan Pikiran-Rakyat.com, lewat penelitian, pàra ilmuwan New York berhasil mengungkap asal-usul tubuh hijau bercahaya parà hiu tersebut.

Hiu jenis chain catshark (Scyliorhinus retifer) dan hiu jenis swell (Cephaloscyllium ventriosum) adalah penghuni laut dalam di barat Atlantik dan Pasifik timur, tempàt mereka bersembunyi di antara batu-batuan.

Awalnya mereka tampak mempunyai varian warna cokelat, tetapi penelitian terbaru menunjukan, di bawah cahaya biru mereka menyala hijau. Hanya cahaya biru bisa tembus ke dalam lautan.

Sekarang para ilmuan mengetahui reaksi kimia yang menyebabkan fenomena ini. Bukan hanya membuat hiu tersebut bercahaya, melainkàn juga mungkin bisa membantu melindunginya dari berbagai mikroba berbahaya.

“Kita masih mampunyai banyak hal yang harus dipelajari tentang hiu dan kehidupan di laut,” kata Prof David Gruber dari City University di New York, salah satu penulis penelitian tersebut.

Cahaya hijau yang dipancarkan oleh hiu tersebut merupakan reaksi biofluorescence, yang muncul ketika cahaya biru di laut diserap dan dipancarkan kembali. Dalam kasus ini, dipancarkan kembali sebagai cahaya hijau.

Sama halnya dengan ikan hiu ini beberapa jenis ubur-ubur juga memiliki fitur yang sama, seperti ubur-ubur Aequorea victoria, yang becahaya hijau berkat kandungan protein fluorescent (GFP).

Molekul Flouresen

Gruber dan timnya mengatakan, kumpulan molekul yang berbeda menjadi penyebab cahaya hijau dipancarkan hiu tersebut. Sebagian besar molekul tersebut belum pernàh ditemukan di alam sebelumnya.

Dalam jurnal iScience, Prof Gruber menulis, cahaya hijau hiu tersebut hanya berada di bagian-bagian tertentu saja. Biasanya terletak di bàgian tubuh hiu yàng memiliki warna kulit lebih pucat dan pada bintik-bintik putih hiu.

Tim peneliti yàng mengambil sampel kulit dan menganalisanya, menemukan dalam dua spesies hiu tersebut, terdapat delapan molekul flouresen yang bersinar ketika terkena cahaya. Molekul ini kebanyakan ditemukan di area kulit yang lebih pucat di kedua spesies hiu tersebut.

Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa sistem visual hiu ini menyesuaikan dengàn warna tersebut.

“Mereka hanya memiliki satu visual pigmen di mata mereka,” kata Prof Gruber. “Terlihat tepat di antara reaksi warna biru ke hijau.”

Guber juga mengatakan, cahaya hijau ini juga membantu komunikasi antara ikan hiu, dan pola yang dipancarkan berbeda antara jantan dan betina.

Apabila hiu ini menyerap cahaya biru dan memancarkan cahaya hijau, mereka membuat diri mereka berbeda satu sama lain. Pàsalnya, kàta Gruber, tidak ada cahaya hijau kecuali yang dihasilkan kulit mereka.

Penelitian lebih lanjut menemukan adanya kemungkinan fitur ini memiliki manfaat lain. Para peneliti menguji zat fluoresen kepada bakteri tertentu, yang menghasilkan pertumbuhan bakteri tersebut terhambat oleh zat yang terdapat pada kulit hiu, yang mengindikasikan fitur ini sebagai bagian pertahanan dari mikroba.

“Hiu-hiu ini hidup di dasar laut yang memiliki jumlàh bakteri yang sangat banyak,” kata Prof Guber seraya menàmbàhkan, zat yang ada dikulit hiu ini kemungkinan juga bisa melindungi dirinya sendiri dàri serangan bakteri. “Saat ini kami hanya berhipotesis, bisa jadi fenomena ini adalah cara hiu untuk mencegah parasit berkembang di tubuhnya.

(Yudi Rachman\Yudi Rachman)

Share:




Berita Terkait

Komentar