Ekonomi Indonesia Kalah Efisien Dibanding Vietnam

Sabtu, 10/08/2019 13:00 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution (Foto: Rimanews)

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution (Foto: Rimanews)

Jakarta, law-justice.co - Rasio investasi pertumbuhan ekonomi Indonesia diakui masih kalah dibanding Vietnam. Sejauh ini rasio investasi terhadap pertumbuhan ekonomi (ICOR) nasional masih mencapai 6,6% dengan pertumbuhan ekonomi hanya 5,1%. Padahal, Vietnam memiliki tingkat ICOR hanya sekitar 4,6% dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 7%.

"Penting sekali kita rancang dengan tepat konfigurasi investasi sehingga ekspor juga bisa didorong lebih tinggi lagi," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, di Jakarta, seperti dikutip dari Katadata, Jumat (9/8).

Menurutnya, investasi yang dibangun harus mampu meningkatkan hilirisasi produk di tanah air sehingga industri bisa lebih efisien. Namun, pelaku usaha sekarang kurang mendorong proses industrialisasi terutama pada sumber daya alam (SDA), seperti sektor pertambangan, kehutanan, dan kelautan.

Kendati demikian, ia menyebut pemerintah sudah melakukan pembangunan infrastruktur selama lima tahun terakhir, sehingga pertumbuhan ekonomi seharusnya terdorong dengan pemanfaatan yang tepat.

"Optimalisasi pemanfaatan infrastruktur, itu yang lebih tepat," jelasnya.

Sementara di sisi lain, Darmin menekankan pentingnya transformasi ekonomi mulai dari sektor agraris. Petani harus bisa memanfaatkan pembangunan jalan untuk logistik, serta embung untuk pengairan. Sebab transformasi yang baik adalah perubahan bertahap, tidak langsung dari kegiatan bertani menjadi industri besar.

Ia juga menyebut pemerataan ekonomi bakal lebih efektif dengan reforma agraria serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Selama ini pertumbuhan angkatan kerja mencapai 3% setiap tahun, sehingga pertumbuhan ekonomi seharunya jauh lebih tinggi.

Darmin juga menekankan pentingnya peranan modal asing untuk jangka panjang. Alasannya, kepemilikan asing dalam pasar modal Surat Berharga Negara (SBN) yang merupakan modal jangka pendek sudah mencapai 40%. Dia pun menyarankan pengurangan ketergantungan terhadap dana asing jangka pendek. Sehingga, masyarakat juga harus lebih ikut serta terhadap sektor keuangan formal.

Darmin menyebutkan angka pertumbuhan kredit hanya sebesar 11% sampai 12%, tetapi dana pihak ketiga mencapai 7%. "Berarti ada gap, kita harus bisa urus keuangan inklusif untuk terdorong," ujar Darmin.

(Winna Wijaya\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar