Nasrudin Joha, Pengamat Politik

Ironis, Cabut dari Kongres PDIP Kena OTT KPK

Jum'at, 09/08/2019 09:38 WIB
Nyoman Dhamantra. (Foto: Ist)

Nyoman Dhamantra. (Foto: Ist)

Jakarta, law-justice.co - Ternyata, pengkhianat itu, maling itu, garong itu, bukan dari kajian di masjid, dia, juga tak membawa bendera tauhid. Tapi dia, pamit dari kongres PDIP di Bali, mau jenguk mertua sakit, namun berujung dicokok KPK.

Dia, kader PDIP. Tidak pernah mondok, apalagi hafal Al Quran. Dia juga pejabat, anggota DPR dari Fraksi PDIP. Namanya : Nyoman Dhamantra. Sebelumnya, Asisten Nyoman lebih dulu ditangkap dalam operasi tangkap tangan (OTT) KPK terkait dugaan suap impor bawang putih.

Saat OTT, Ada 11 orang diciduk KPK. Selain itu, KPK juga mengamankan bukti transaksi duit Rp 2 miliar. Ada juga duit dalam pecahan dolar yang turut diamankan KPK dalam OTT ini.

Tapi aneh, tak ada yang teriak NKRI harga mati, tak ada yang berdeklamasi `Nyoman terpapar korupsi PDIP`. Seolah, perilaku Nyoman ini lebih NKRI ketimbang Taruna Akmil yang kedapatan mengunggah foto membawa bendera tauhid.

BPIP juga tidak ribut, tidak banyak komentar, ketuanya malah sibuk mimpin kongres PDIP. Mungkin BPIP malu, kader partai ketuanya justru dicokok KPK.

Tak ada narasi `bubarkan PDIP`, tak ada narasi `terpapar korupsi`, kongres jalan terus. Bahkan, kongres dipenuhi gelak tawa dan canda, kucing politik yang memamah nasi goreng juga turut hadir. Bahkan, sekarang muncul wacana poros baru : poros Teuku Umar-Kerta Negara.

Terserah saja mau bikin poros apapun, toh ikatan kalian rapuh. Hanya ikatan kemaslahatan, pragmatis. Kami tetap akan fokus bersama ulama, taat pada rekomendasi ijtima` ulama IV, tetap pada poros Ulama - Umat, untuk menegakan syariah Islam.

Yang paling penting, yang maling itu, yang pengkhianat itu, yang anti-NKRI itu kader PDIP yang korup. Bukan dari FPI atau HTI. Bukan yang bawa bendera tauhid atau selepas kajian di masjid, tapi yang pamit mau jenguk mertua sakit dari kongres PDIP.

Harusnya Wiranto dan Ryamizard Ryacudu bicara, ini orang PDIP anti NKRI, pengkhianat NKRI karena korupsi uang rakyat. Karena kelakuannya, seluruh rakyat menderita. Jangan hanya berani lantang pada bendera tauhid.

Ideologi anggota PDIP bahkan PDIP sendiri perlu dipertanyakan. Apakah masih setia pada Pancasila dan NKRI atau sudah berkhianat pada NKRI. Kalau mau dihormati rakyat, bertindak adil. Jika kalian zalim, tak ada kewajiban rakyat hormat pada kalian.

Partai Korup, maling, pemilu curang, menimbulkan korban nyawa 700 anggota KPPS, tidak dianggap pengkhianat. Begitu umat Islam ingin taat kepada Allah SWT, ingin kembali membumikan kalimat tauhid, menerapkan syariah Islam, dituding anti NKRI. Omong kosong!

(Editor\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar