PDIP Terancam Kehilangan Pamor Seperti Demokrat

Minggu, 04/08/2019 08:36 WIB
Presiden Jokowi dan mantan Presiden SBY (Media Indonesia)

Presiden Jokowi dan mantan Presiden SBY (Media Indonesia)

Jakarta, law-justice.co - PDIP tidak bisa membantah jika Presiden Joko Widodo menjadi faktor utama kemenangan partai berlambang banteng tersebut pada Pemilu dan Pilpres 2019.

Oleh karena itu, PDIP harus bergerak cepat untuk mencari tokoh yang bisa menggantikan Jokowi pada 2024 nanti. Hal ini karena Jokowi tidak bisa maju kembali menjadi presiden sesuai dengan Undang-Undang (UU).

Adapun jika PDIP tidak cepat mengganti ketokohan Jokowi, pengamat politik Burhanuddin Muhtadi menilai pamor PDIP akan menurun sehingga bernasib sama dengan Demokrat.

Melansir dari Poskotanews.com, Sabtu (3/8/2019), sesuai UU, Jokowi tidak lagi bisa bertarung di Pilpres karena sudah dua kali menjabat. Di sisi lain Burhanuddin menilai pemilih pada 2024 masih melihat berdasarkan personalisasi politik dibanding didasarkan pada partai politik.

“Meskipun Mas Hasto (Kristiyanto) mengatakan bahwa PDIP  coba dibangun atas dasar kelembagaan di atas  ketokohan pribadi, tapi pemilu kita didesain untuk mencetak satu perilaku pemilih yang cenderung kuat didasarkan personalisasi politik, ketokohan, ketimbang instutusional partai,” ujarnya.

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia ini mengingatkan PDIP kepada kemunduran Partai Demokrat usai tokoh sentralnya, Susilo Bambang Yudhoyono tidak lagi bisa mengikuti Pilpres. Dia menyebut pada 2014 suara Demokrat turun hingga 50 persen dibandingkan pada 2009 karena gagal menyiapkan ikon partai.

“Ketika Pak jokowi tidak bisa maju lagi 2024, skenario buruk seperti dialami demokrat 2014 bisa menjadi terulang. Salah satu sebab karna sby sebagai icon tidak bisa maju sebagai capres. Saat yang sama demokrat tidak punya tokoh yg kuat di 2014,” jelasnya.

Lebih lanjut, Burhanuddin menilai Jokowi membawa efek elektoral bagi PDIP. Bahkan dia menyebut eektabilitas Jokowi selam ini lebih tinggi dibanding partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri itu.

“Pak jokowi approval rating maupun elektabilitasnya, selalu lebih besar dari PDIP, artinya tidak seluruh pemilih Jokowi memilih PDIP,” tandasnya.

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar