Meski Dijegal, Iran Siap Pertahankan Proyek Nuklir Mati-matian

Jum'at, 02/08/2019 17:47 WIB
Fasilitas nuklir Iran (Akuratnews.com)

Fasilitas nuklir Iran (Akuratnews.com)

Jakarta, law-justice.co - Presiden Hassan Rouhani menyatakan Iran siap dengan segala kemungkinan terburuk untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir 2015 meski harus berhadapan dengan dunia.

Bahkan, ia yakin, Teheran pada akhirnya akan menang dalam proyek nuklir ini.

"Kami memiliki pertempuran keras di depan, tetapi kami pasti akan menang," kata Rouhani di televisi pemerintah.

"Kami tidak bertindak dengan asumsi kami akan mendapatkan hasil melalui pembicaraan dan kesepakatan," imbuh Rouhani seperti dikutip dari Reuters dan Sindonews.com, Jumat (2/8/2019).

Pernyataan Rouhani itu merujuk pada kekuatan Eropa yang berusaha menyelamatkan kesepakatan yang membatasi kemajuan nuklir Iran, yang disengketakan, tetapi dapat melindungi manfaat perdagangan yang menjadi tanggung jawab Teheran yang dijanjikan sebagai imbalan dari sanksi Amerika Serikat (AS).

“Sebaliknya kami merencanakan berdasarkan asumsi bahwa kami tidak akan mencapai hasil. Anggaran kami untuk tahun ini dan selanjutnya, kementerian kami juga bertindak atas dasar ini. Kami bertindak dan berjalan selangkah demi selangkah dengan kehati-hatian jangka panjang," ujar Rouhani.

Pernyataan Rouhani ini, arsitek dari perjanjian nuklir 2015 dan pendukung kuat negosiasi, mengisyaratkan dia kehilangan harapan untuk menghindari keruntuhan akhir dari kesepakatan, meskipun ia membiarkan pintu terbuka untuk kontak lebih lanjut dengan Eropa.

Kekhawatiran akan perang Timur Tengah dengan reaksi global telah meningkat sejak Presiden Donald Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015 tahun lalu. Ia juga menghidupkan kembali sejumlah sanksi yang dimaksudkan untuk mendorong Teheran ke dalam konsesi keamanan yang lebih luas.

Iran telah membalas dengan melanggar kesepakatan, melanjutkan pengayaan uranium yang dipandang oleh Barat sebagai saluran potensial untuk mengembangkan bom atom. Namun Iran menghadapi kerusakan ekonomi yang parah di bawah sanksi intensif AS yang dirancang untuk mencekik perdagangan minyak vitalnya.

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar