Utusan Petinggi Polri Disebut Menyusup ke Gerakan Aktivis

Kamis, 25/07/2019 08:51 WIB
Ilustrasi: Mahasiswa tengah berdemo. (Foto: Pojok Jabar)

Ilustrasi: Mahasiswa tengah berdemo. (Foto: Pojok Jabar)

Jakarta, law-justice.co - Sejumlah organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan mulai angkat bicara, mereka menuntut para pimpinan polri untuk segera berhenti memperalat oknum aktivis yang kerap mencatut nama organisasi kemasyarakatan pemuda (OKP), dan mengadu domba sejumlah pergerakan mahasiswa dan aktivis yang kritis melakukan penyampaian aspirasi terhadap pemerintahan.

Diketahui kerap terjadi khususnya di Jakarta, dimana para pimpinan korps Bhayangkara diindikasi memelihara sejumlah oknum aktivis untuk menyusupi dan membungkam gerakan kritis, hal ini membuat para aktivis Jakarta geram dan berjanji mengejar para oknum aktivis tersebut.

Beberapa hari yang lalu, beredar sejumlah daftar nama mahasiswa dan nama asal kampus, serta nama-nama orang yang mengatasnamakan organisasi esktra perguruan tinggi, seperti Kelompok Cipayung yang terdiri dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan bahkan sampai nama komite nasional pemuda Indonesia (KNPI) dicatut.

Bundelan proposal yang diduga asal main comot nama-nama orang dan organisasi mahasiswa dan pemuda itu kini meresahkan dan membuat sejumlah aktivis dan mahasiswa geram dan mengamuk.

"Ini sudah keterlaluan. Main comot nama kampus dan organisasi. Merusak mahasiswa dan menciderai aktivis mahasiswa," tutur El Hakim, Koordinator Badan Eksekutif Republik Indonesia (BEM RI) saat berbincang dengan wartawan di bilangan Jakarta Pusat pada pekan lalu.

Lebih lanjut, pria yang masih menjalani perkuliahan di Universitas Islam Jakarta (UIJ) ini menyatakan kegeramannya terhadap sejumlah aktivis abal-abal yang kerap bermain api dan mencatut nama-nama aktivis dan kampus-kampus di Jakarta, maupun mencatut organisasi-organisasi dari Kelompok Cipayung untuk kepentingan pribadi dan kepentingan boss yang menjadi cukong, yang bertujuan untuk merusak dan mengadu domba gerakan mahasiswa.

Sembari menelusuri ulang bundelan nama dan proposal kegiatan yang diajukan kepada Pimpinan Polda Metrojaya, El Hakim mencoret-coret kertas berisi nama-nama yang dicatut itu. "Ini tidak tahu, yang ini tidak tahu juga namanya dicatut, yang ini anak HMI juga tidak tahu, ini anak GMKI tidak tahu menahu, kok nama-nama kami dicatut seenaknya," tutur El Hakim.

Lebih lanjut, pria yang juga pengurus di Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Jakarta Timur (HMI Jakarta Timur) ini menyatakan akan segera membawa informasi dan persoalan ini untuk dibahas di rapat internal organisasinya juga, agar bertindak dan diberi sanksi dan jera.

"Kita akan rapat dan akan mengajukan gugatan, secara hukum. Kita juga akan menggelar aksi unjuk rasa, menggeruduk kantor Polda Metrojaya, juga rumah atau kantor milik si aktivis abal-abal yang sering mencatut dan mengatasnamakan gerakan mahasiswa dan kampus-kampus kita," beber El Hakim.

Bersama rekan-rekannya sesama aktivis kampus dan aktivis Kelompok Cipayung, El Hakim sedang berkumpul dan membahas sejumlah sepak terjang yang dialami mereka selama ini.

Dari proposal kegiatan berjudul "Proposal Silaturahmi dan Halal Bi Halal Badan Eksekutif dan Pemuda Jabodetabek" itu, El Hakim menerangkan ada banyak nama yang dicatut dan dicomot tanpa etika dan tanpa sepengetahuan orang-orang yang namanya tercantum itu.

"Sebut saja nih, Evan Ermawan dia Presiden Mahasiswa (Presma) Kampus Azzahra, kok dipasang sebagai Sekretaris Panitia tanpa sepengetahuannya. Saya baru saja kontak dia, dia bilang tidak tahu kalau dia dicatut seperti itu," ungkap El Hakim.

Juga ada nama Arif Rahman Hakim yang merupakan Presma Universitas UHAMKA, dicomot menjadi Seksi Acara. Presma STEBANK Mr Syarifuddin, Andi Prayoga, dengan tanpa sepengetahuannya dicatut dan dipasang sebagai Seksi Acara, Presma UIN Sultan Rifandi juga dicatut, Menlu BEM Universitas Trisakti Ferdi juga kena catut, Menlu BEM Universitas Azzahra Faisal kena catut, Muh Kadafi dari STIMIK Jaya Karta dicatut sebagai Seksi Dokumentasi, dan masih banyak lagi.

"Termasuk nama-nama dan organisasi Kelompok Cipayung, ada HMI bermacam-macam, GMKI berbagai merek, GMNI, PMKRI, PMII, IMM, semua dicatut-catut dan dirusak oleh mereka ini," ujar El Hakim.

El Hakim menuturkan, rencana kegiatan Silaturahmi dan Halal Bi Halal Badan Eksekutif dan Pemuda Jabodetabek itu digelar pada Kamis, 18 Juli 2019, di Hotel Megapro, Jalan Tugu Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat.

"Ini bukan kali pertama mereka melakukan hal seperti ini. Sudah sangat sering, yang paling terbaru itu kegiatan Buka Puasa Bersama dengan Kapolda Metrojaya di Gedong Joang, pada bulan puasa lalu. Terlalu sering, dan merasa tak bersalah," ujarnya lagi.

Miskomunikasi, Kapolda Metrojaya Bilang Akan Direvisi Saja

Pada Senin, 7 Juli 2019, para aktivis yang merasa namanya dicatut sembarangan oleh sekelompok aktivis abal-abal di bawah komando seorang aktivis kampus dari Universitas Jaya Baya Frans Freddi, telah melakukan protes dan meminta klarifikasi kepada Kapolda Metrojaya Irjen Pol Gatot Eddy Pramono.

El Hakim menuturkan, dirinya yang ikut dalam rombongan pada hari itu, ditemui oleh Kapolda Metrokaya Irjen Pol Gatot Eddy Pramono dan didampingi Dirintelkam Polda Metrojaya Kombes Pol Umar serta didampingi oleh si aktivis abal-abal yang tukang jual-jual dan catut nama kampus dan organisasi-organisasi mahasiswa yakni Frans Freddi bersama juniornya di kampus Universitas Jaya Baya yakni Presma Jaya Baya bernama Fahri dan Rajesh.

"Ada Pak kapolda, dad Dirintelkam, ada Frans, ada Fahri juga. Kami berdebat, dan menegaskan tidak terima dengan semua sepak terjang aktivis peliharaan Polda Frans dkk itu. Pak Kapolda bilang ini hanya miskomunikasi, dan akan merevisi ulang nama-nama di proposal. Tetapi kami sudah tidak mau, dan tidak percaya lagi, sebab ini sudah berkali-kali dan tidak pernah merasa bersalah. Ini harus diproses hukum dan harus minta maaf seluas-luasnya," beber El Hakim.

Hayum, aktivis mahasiswa dari Universitas Bung Karno (UBK) mengaku geram dengan semua aksi-aksi busuk dan catut-mencatut yang dilakukan sejumlah oknum mengatasnamakan aktivis dan juga pimpinan Polisi itu.

"Selama ini saya kepengen tahu manusia-manusia itu. Kok seenaknya dan sembarangan sekali mereka main klaim, main catut," ujar Hayum.

Menurut Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam Jakarta Pusat dan Utara (HMI Pustara) ini, sepak terjang para tukang catut itu harus dihentikan. "Harus diberi pelajaran. Sembarangan saja main catut. Brengsek betul mereka itu," ujarnya.

Eksponen Kelompok Cipayung Marah

Sejumlah aktivis eksponen Kelompok Cipayung marah dengan sepak terjang yang dilakukan Frans Freddi dkk bersama pimpinan Polisi itu.

Benny, salah seorang alumni dari Perkumpulan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI) menyatakan, sepak terjang Frans Freddi dkk itu tidak boleh dibiarkan. "Ini sudah sangat merusak citra dan gerakan mahasiswa yang idealis. Mereka telah dengan sengaja menunjukkan penyusupan dan merusak aktivis-aktivis mahasiswa, dan dipermain-mainkan oleh Frans dkk bersama Polisi," tutur Benny.

Karena itu, dia juga meminta, secara organisatoris harus ada langkah hukum dan tindakan tegas kepada para tukang catut.

Raja Marolop, salah seorang mantan aktivis Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) menyatakan, secara hukum, sepak terjang mereka itu bisa dilaporkan. Pasal pencatutan dan penipuan serta pencemaran institusi, penistaan organisasi bisa dilakukan.

"Dipersiapkan saja, dan nanti dilaporkan ke aparat hukum," tutur Raja.

Donny Manurung, aktivis Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Jakarta menegaskan, pihaknya tidak akan mentolerir upaya-upaya penistaan dan pencatutan terhadap Kelompok Cipayung. Dia mengatakan, dalam waktu dekat telah menginformasikan dan akan berkumpul, untuk mengambil tindakan dan langkah selanjutnya.

"Kami sudah jadwalkan untuk kumpul dan akan mengambil langkah," ujar Donny.

Tak Punya Pekerjaan Tetap, Kok Bisa Aktivis Abal-Abal Bisa Miliki Apartemen 5 Biji, Mobil-Mobil Mewah dan Bisnis-Bisnis

Agung, salah seorang mahasiswa dan aktivis dari Universitas Jaya Baya membeberkan, sepak terjang Frans Freddi. Frans ini adalah aktivis yang dibina dan dipelihara oleh polisi sejak beberapa tahun lalu.

"Dulu mah enggak ngerti apa-apaan dia. Ditangkap Polisi waktu aksi, dan sejak itu, dia kok makin banyak duit dan makin kaya," tutur Agung.

Saat ini saja, lanjut dia, sepengetahuan Agung dan teman-temannya aktivis di Jakarta, Frans Freddi memiliki 5 unit apartemen, sejumlah mobil mewah seperti Pajero, Honda CRV, Toyota Rush, Fortuner.

"Dan belum beberapa bulan ini, dia baru beli mobil baru, Mercy merek terbaru. Kaya raya kawan itu sekarang. Kerja tak punya, hanya berpura-pura sebagai aktivis yang menyusupi mahasiswa di Jakarta saja," beber Agung.

Selain memiliki aset yang lumayan banyak, untuk ukuran aktivis mahasiswa, Frans juga memiliki sejumlah usaha yang dikelola.

"Dia masih ada warung kopi di kompleks Universitas Jaya Baya sebanyak 5 warung, di komplek UIJ ada 1 warung kopi. Juga ada kontrakan-kontrakan yang disewakan. Terus, kalau tak salah, juga ada alat-alat cetak, percetakan untuk usaha percetakan. Belum lagi uang, banyak uangnya. Ngeri ya. Aktivis kok bisa memiliki kekayaan sebanyak itu," tuturnya.

Pernah dalam beberapa kali aksi unjuk rasa, lanjutnya, anak-anak aktivis mahasiswa yang diorganisir Frans diberikan uang Dolar Amerika Serikat.

"Biasanya kalau untuk transport dikasih Rupiah, kalau dia dia kasih uang Dolar Amerika. Cuma tiga lembar seorang, ditukarkan waktu itu bisa belasan juta rupiah nilainya. Darimana ya dia dapat uang begitu?" tanya Agung.

Frans masuk ke bangku kuliah di Universitas Jaya Baya pada tahun ajaran 2006-2007. Menurut Agung, bersama beberapa kawan dan juniornya, mereka dipelihara dan disusupi oleh Polisi untuk menyetir gerakan mahasiswa di Jakarta.

"Ada juniornya si Fahri dan Rajesh, terkadang ada juga Tamtam, Penri, mereka main begitu selama ini. Ya mungkin ada lagi aktivis abal-abal lainnya yang dipasang," ujar Agung.

Diketahui jika dari sumber lain yang tidak mau disebut namanya, untuk tataran nasional oknum aktivis yang menjadi corong Kapolri Tito Karnavian menyusup ke organisasi mahasiswa dan pemuda berinisial BZ.

(Tim Liputan News\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar