Duh Banyak Artis Terjerat, Benarkah Sabu-sabu Bikin Kurus?

Selasa, 23/07/2019 21:02 WIB
Akhir-akhir ini banyak pihak dari berbagai kalangan marak terjerat polisi lantaran penggunaan narkoba. (Ilustrasi: Well Mind)

Akhir-akhir ini banyak pihak dari berbagai kalangan marak terjerat polisi lantaran penggunaan narkoba. (Ilustrasi: Well Mind)

Jakarta, law-justice.co - Akhir-akhir ini banyak pihak dari berbagai kalangan marak terjerat polisi lantaran penggunaan narkoba. Tak hanya menjerat masyarakat biasa, namun selebriti, bahkan pejabat pemerintah juga. Narkoba membuat pemakainya menjadi kecanduan.

Narkoba sendiri banyak jenisnya, seperti heroin atau putaw, sabu-sabu, ganja, kokain, ekstasi, dan lainnya. Dari banyak jenisnya tersebut, narkoba memberikan efek atau reaksi yang berbeda-beda bagi penggunanya.

Dilansir melalui Grid, seorang netizen membagikan pengalamannya ketika mengkonsumsi narkoba jenis sabu-sabu pada tahun 2018. Sabu-sabu merupakan nama populer di Indonesia untuk zat golongan metamfetamin. Ia mengaku penasaran dengan khasiatnya.

Perlu diketahui, netizen yang membagikan ceritanya di Reddit itu rutin pergi ke gym, dengan bentuk tubuh bagus dan kondisi diet yang sama. Dosis narkoba yang dipakai sekitar 5 sampai 25 miligram agar tetap fokus dengan penelitian yang berdurasi 14 hari.

Setelah bangun di suatu pagi sekitar jam 6 dan makan sarapan kecil, ia mulai menakarkan sabu-sabu yang akan dikonsumsinya. Diputuskan, ia akan mengkonsumsi sebanyak 10 miligram.

Namun hari itu dia tidak sengaja menakarkan sekitar 50 miligram. Selang 30 menit, tubuhnya mulai merasakan sedikit euforia. Euforia adalah perasaan atau keadaan yang penuh kegembiraan dan kebahagiaan.

Ternyata efek yang ia rasakan tidak seperti yang semula diharapkan. Dia tetap melanjutkan penelitannya dengan memakai dosis yang sama, 10 miligram, hingga 3 atau 4 hari.

Setelah seminggu berjalan, ia mencoba untuk menaikkan dosis menjadi 30 miligram. Setelah 20 menit berlalu, ia mulai merasakan euforia.

"Jantungku bedegup kencang," tulisnya.

"Pikiranku ada di mana-mana, rasanya luar biasa."

"Aku merasa lebih hidup daripada yang pernah kurasakan sepanjang hidupku."

Yang bikin heran, ia berhasil belajar dari jam 10 pagi sampai tengah malam, bahkan tanpa mengedipkan mata. Ia mengaku berusaha untuk tetap minum dan makan.

Akan tetapi, "Itu terbukti sangat sulit."

Saat memakai sabu, ia mengaku bisa berlari sekencang-kencangnya.

"Itu adalah apa yang saya rasakan selama hampir seminggu."

Awalnya ia menduga mengkonsumsi dalam dosis rendah akan sedikit mengurangi efeknya.

Ternyata, "Aku merasa tidak sama sekali (melihat perbedaannya).

Dilansir dari klikdoter, efek sabu-sabu pada tubuh manusia termasuk menyenangkan, dan perlu digarisbawahi bahwa ini hanyalah sesaat.

Sabu-sabu dapat meningkatkan kadar hormon dopamin di otak, bahkan hingga seribu kali. Dopamin akan memberikan motivasi dan kesenangan kepada penggunanya. Mereka juga dapat merasa lebih percaya diri dan berenergi. Efek tersebut dapat berlangsung antara 4 sampai 12 jam.

Sementara pada darah dan urine, sabu-sabu bisa terdeteksi hingga 72 jam lamanya. Setelah efek tersebut reda, penggunanya akan merasakan kebalikan dari apa yang mereka alami saat high.

Mereka akan sulit berkonsentrasi dan lambat dalam mengambil keputusan. Bisa juga terjadi kecemasan, sakit kepala, mata kabur, dan kelaparan. Beberapa orang bahkan terserang paranoid dan halusinasi.

Ketika penggunanya memakai dosis yang lebih tinggi atau menggunakan sabu-sabu lebih sering, efek menyenangkan tersebut akan melemah. Kondisi ini mungkin akan diikuti oleh jantung yang berdebar kencang, laju pernapasan yang meningkat, mulut kering, dan terkadang mual dan muntah.

Tapi benarkah mengonsumsi sabu bisa bikin kurus?

Tidak seperti ganja yang akan membuat penggunanya lapar, metamfetamin justru menurunkan nafsu makan.

Sebuah studi dari University of Illnois menemukan bahwa aktivitas makan lalat buah menurun 60–80 persen setelah diberikan metamfetamin.

Lalat buah sering dijadikan percobaan dalam studi tentang dampak metamfetamin pada otak, karena memiliki efek toksikologi yang serupa dengan manusia dan mamalia lainnya.

Para periset juga mengatakan bahwa kadar trigliserida dan glikogen dua molekul yang berfungsi sebagai cadangan energi lalat terus merosot saat berada dalam penggunaan metamfetamin.

Ini menunjukkan bahwa obat tersebut membuat lalat membakar lebih banyak kalori dari yang dikonsumsi. Dengan kata lain, mereka menjadi kelaparan.

(Winna Wijaya\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar