130 Warga Nduga Papua Meninggal Kelaparan

Sabtu, 20/07/2019 12:00 WIB
Seorang balita dan sejumlah korban lainnya asal Nduga, Papua, meninggal karena kelaparan. Banyak anak tinggal di kamp pengungsian Wamena. (Foto: Beritagar)

Seorang balita dan sejumlah korban lainnya asal Nduga, Papua, meninggal karena kelaparan. Banyak anak tinggal di kamp pengungsian Wamena. (Foto: Beritagar)

Jakarta, law-justice.co - Seorang balita dan sejumlah korban lainnya asal Nduga, Papua, meninggal karena kelaparan. Hal itu diungkap oleh tim solidaritas untuk Nduga, Hipolitus Wangge, yang menjelaskan banyak anak tinggal di kamp pengungsian Wamena. Mereka terpaksa mengungsi pasca-peristiwa penembakan di Nduga akhir tahun lalu.

"Pengungsi yang meninggal di Wamena 129 orang, terakhir pagi ini di Wamena itu ada anak berusia kurang lebih 2 tahun baru meninggal, bulan Juli sendiri ada 3 pengusi internal yang meninggal di Wamena," ujar Hipolitus saat diskusi situasi Nduga, Papua di kantor LBH, Jakarta Pusat, Kamis (18/7).

Hipolitus menyebut, bocah tersebut baru beberapa hari tiba di Wamena lantaran terjebak lama di hutan karena mengungsi.

"Anak yang 2 tahun ini salah satu penyebabnya adalah kelaparan, karena dia terperangkap sekian minggu di hutan, bersama orangtuanya, baru beberapa hari terakhir turun ke Wamena," kata Hipolitus seperti dilansir melalui Liputan 6.

Sementara itu, tim relawan Nduga, Doly Ubruwangge berharap pemerintah memberikan bantuan makanan bergizi untuk seluruh pengungsi wilayah Papua yang terdampak pasca-peristiwa penembakan di Nduga, Papua. Dia mendesak negara menyoroti masalah kemanusiaan ini.

"Kami melihat bahwa negara sudah tidak tanggung jawab kepada kemanusiaan, sehingga kalau ada lembaga terkait yang berpihak kepada kemanusiaan mohon untuk lakukan tindakan terkait untuk tupoksi, dan yang paling dibutuhkan di sana adalah kesehatan, terus bantuan makanan," kata Doly.

"Kalau pakaian kami mungkin satu dua hari bisa dipakai, karena daerah di sana dingin, sehingga bisa pakai satu dua hari, artinya kami butuh tapi kami lebih membutuhkan makanan," sambungnya.

Doly menuturkan, satu rumah pengungsian terdapat lima keluarga yang menampung 20 hingga 40 orang. Mereka memiliki beras sebanyak 50 kilogram dan hanya masak satu hari sekali.

"Jadi kalau mereka hari ini makan malam, besoknya tidak lagi, sehingga ini mungkin kami lembaga-lembaga kemanusiaan ada bisa bertindak sesuai tupoksi yang ada untuk melihat," imbuhnya.

(Winna Wijaya\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar