Ini Dia Tokoh yang Buat Jokowi-Prabowo Bertemu, Luhut Dimana?

Senin, 15/07/2019 09:01 WIB
Kepala BIN Budi Gunawan, Sekertaris Kabinet Pramono Anung dan Wakil Ketua Umum Gerindra/Ketua Komisi IV DPR RI, Edhy Prabowo (Ist)

Kepala BIN Budi Gunawan, Sekertaris Kabinet Pramono Anung dan Wakil Ketua Umum Gerindra/Ketua Komisi IV DPR RI, Edhy Prabowo (Ist)

[INTRO]
Dua hari setelah pertemuan Prabowo dan Jokowi diatas kereta cepat MRT, banyak kalangan terutama di medsos maupun media lainnya, merasa penasaran ingin tahu siapa yang merajut pertemuan ini? Kalau kita menganalisa nampak jelas bahwa pertemuan ini dirajut oleh tim kedua belah pihak. Nampak dalam photo yang saya terima, ada beberapa tokoh dan pejabat negara yang bekerja keras untuk merajut agar pertemuan kedua tokoh ini bisa terlaksana.
 
"Saya tidak akan mengulas semua tokoh yang nampak dalam gambar, akan tetapi kita sudah bisa menduga bahwa pertemuan itu adalah hasil dari lobi-lobi tokoh nasional yang selama ini mendampingi kedua tokoh tersebut."Antara lain; MenSeskab, Pramono Anung dan Kepala BIN, Budi Gunawan dari pihak Jokowi dan Sekjen Gerindra, Ahmad Muzani dan Wakil Ketua Umum Gerindra yang juga Ketua Komisi IV DPR RI, Edhy Prabowo dari pihak Prabowo, " ujar pengamat politik, Dr. Safri Muiz kepada Law-Justice.co di Jakarta, Senin (15/7).
 
Inisiasi pertemuan jelas-jelas demi kepentingan bersama dan bisa diyakini bahwa pertemuan tersebut "bukan pertemuan politik dagang sapi", tetapi murni pertemuan untuk perbaikan kehidupan politik lima tahun ke depan. Apalagi bagi seorang Prabowo, kepentingan NKRI yang utama, bukan kepentingan kelompok yang dikedepankan. Begitu juga sebaliknya, Jokowi menyadari bahwa pertemuan dengan Prabowo adalah pertemuan yang harus dia lakukan, untuk mengurangi ketegangan dan pembelahan, akibat kontestasi pilpres 2019 yang begitu ketat kompetisinya, lanjut Safri.
 
Gesture tubuh Jokowi kelihatan lepas tanpa beban, begitu juga dangan Prabowo. Kedua tokoh terbaik bangsa ini, benar-benar memberikan pelajaran politik di alam demokrasi. Mereka tidak ingin gejolak politik terutama di daerah menjadi konstelasi politik yang terus panas. Kedua pendukung haruslah menyadari, bahwa kepentingan bangsa dan negara adalah hal yang paling penting dan urgen, untuk Indonesia lima tahun ke depan.
 
Safri mengatakan aparat keamanan republik Indonesia, tidak perlu lagi melakukan hal-hal yang menakut-nakuti rakyat. Tetapi bisa melakukan hal yang sesuai dengan konstitusi negara. Kata-kata tuduhan sebagai teroris dan berbuat makar serta cepatnya polisi memberi status tersangka kepada pendukung Prabowo, semoga tidak muncul lagi. Karena rakyat Indonesia adalah rakyat yang sangat cinta damai dan permintaan mereka ingin suatu keadilan dan kemakmuran, harus cepat direspon pemerintah.
 
Kedua tokoh kita yakin bahwa mereka sangat memikirkan jalannya roda pemerintahan. Perbaikan dari berbagai sisi kehidupan bernegara dan berbangsa, mari kita perbaiki bersama. Saling kritik itu bukanlah untuk menjatuhkan, akan tetapi itu untuk mengingatkan, maka perlu adanya perbaikan. Jangan alergi dan merasa dimusuhi jika dikritik, lanjut Safri.
 
Tokoh-tokoh yang hadir dalam photo ini, adalah tokoh nasional yang berinisiasi, guna mengingatkan para pendukung kedua pasangan untuk "move on". Jangan ada lagi prasangka yang buruk atau perang opini untuk saling menjatuhkan. Mari kita satukan perspektif dan energi positif untuk membangun bersama, seperti yang diinginkan Jokowi dan Prabowo, tutur Safri.
 
"Banyak publik yang bertanya-tanya dimana peran Luhut, Wiranto dan Hendro Priyono dalam pertemuan Jokowi dan Prabowo kali ini. Biasanya ketiga trisula dan pengawal setia Jokowi ini selalu yang paling depan dalam berurusan untuk melobi Prabowo. "Apa yang terjadi dengan ketiga orang ini, kenapa justru Pramono Anung dan Budi Gunawan yang lebih berperan?, ada apa?," tanya Safri. Sebab sebelumnya seusai putusan KPU dan MK, justru Luhut yang gencar melobi Prabowo untuk bertemu dengan Jokowi, namun gagal terus, timpal Safri.
 
Mungkin karena peran Luhut sudah tidak mempan lagi, maka Jokowi memutuskan memakai peran tokoh lain dan ternyata itu lebih berhasil, lanjut Safri. Ketika ditanya law-justice.co, apakah ini menandakan bahwa era Luhut, menteri segala urusan sudah berakhir dan tidak berlanjut ke periode ke dua, Safri mengatakan bisa saja terjadi dan Jokowi mungkin ingin di periode kedua tampil lepas dan bebas dari bayang-bayang Luhut, Wiranto dan Hendro. 

(Roy T Pakpahan\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar