Bencana Palu

Sudah 10 Bulan, Korban Bencana Palu Masih Kesulitan Penuhi Kebutuhan Hidup

Minggu, 14/07/2019 06:00 WIB
Meski telah 10 bulan berlalu bencana Palu, Sigi, dan Donggala, para korban kesulitan memenuhi kebutuhan hidup karena lapangan kerja belum tersedia. (Foto: ABC News)

Meski telah 10 bulan berlalu bencana Palu, Sigi, dan Donggala, para korban kesulitan memenuhi kebutuhan hidup karena lapangan kerja belum tersedia. (Foto: ABC News)

Palu, law-justice.co - Terhitung sudah 10 bulan berlalu bencana alam berupa gempa, tsunami, dan likuifaksi yang mengguncang Kota Palu, Sigi, dan Donggala, Sulawesi Tengah. Peristiwa alam itu telah memporak-porandakan Kota Palu pada 28 September 2018 lalu. 

Hingga 10 bulan ini, ratusan penyintas di Kota Palu masih tinggal di tenda darurat, Sabtu (13/7) sore. Selama berbulan-bulan mereka tinggal di tenda darurat pengungsian, dan berbagai masalah sosial dihadapi para penyintas.

Seperti dikutip melalui Tribunnews, hal itu terjadi di lokasi pengungsian Gedung Olahraga (GOR) Madani, kompleks Lapangan Golf, Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu. Di lokasi pengungsian yang dihuni 84 kepala keluarga dengan 321 jiwa itu, penyintas kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Ketersediaan logistik menjadi salah satu hal yang sulit terpenuhi bagi penyintas yang berasal dari pesisir pantai Teluk Palu di Jalan Komodo tersebut.

Koordinator Posko Pengungsian, Gusti Muhammad Rifai mengatakan, logistik seperti beras, telur, mie instan, dan ikan kering sudah tidak mereka terima dalam lima bulan terakhir. 

"Terakhir terima sekitar bulan Februari 2019 lalu, sampai sekarang tidak terima lagi jaminan hidup," jelas Gusti, dikutip melalui Tribunnews.

Untuk memenuhi kebutuhannya, kata Gusti, para penyintas di lokasi pengungsian itu terpaksa harus bekerja serabutan.

Sebagian besar bekerja sebagai buruh bangunan, menjadi pedagang kaki lima, dan pengrajin souvenir. Akan tetapi, mereka masih kerap kesulitan bekerja jadi buruh, sebab belum memiliki pekerjaan tetap.

"Kadang bekerja seminggu, putus lagi kerjaannya, putus lagi penghasilannya," ungkap Gusti.

Masalah sosial lainnya, yaitu ketersediaan air bersih untuk 321 jiwa di lokasi pengungsian tersebut. Di lokasi pengungsian itu tidak tersedia sumber air dan hanya berharap suplai air bersih dari pemerintah.

"Bahkan kadang sampai berhari-hari tidak ada masuk air, untuk ini saja, sudah ada 3 hari tidak ada disuplai air," lanjutnya.

(Winna Wijaya\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar