Rocky Gerung dan Budiman Debat soal Kursi Menteri Oposisi
Rocky Sebut Jokowi Tak Boleh Cuma Beri Oposisi Kursi Menteri (Foto: Tribun)
Jakarta, law-justice.co - Mahkamah Konstitusi (MK) menolak seluruh dalil permohonan Tim Kuasa Hukum Prabowo-Sandiaga Uno di dalam dalam sidang putusan sengketa Pilpres 2019 pada Kamis (27/6/2019).
Menurut Peneliti di Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D) Rocky Gerung putusan Mahkamah Konstitusi tersebut justru membuat perpecahan antara pendukung 01 dan 02 terus berlanjut.
Rocky Gerung menyampaikan tanggapan soal putusan MK ini saat menjadi narasumber di program acara Layar Demokrasi di CNN Indonesia pada Sabtu (29/6/2019).
“Ya, saya lihat dalam pengantar CNN tadi disebutkan 3 kata ‘Demokrasi Terlihat Suram’. Dan kata ‘suram’ mengingatkan saya terhadap istilah psikologi yaitu melankoli.
Rocky Gerung menyebut bahwa masyarakat Indonesia kini cenderung menampakkan wajah melankoli.
"Istilah melankoli yaitu ketika orang kehilangan gairah ketika feodalisme itu sudah pergi, saya kira begitu keadaan di MK, ada melankoli, dalam psikologi melankoli ada depresi, karena tidak mampu untuk melihat peluang ke depan, seolah tertutup, kenapa? karena memorinya ke belakang. Masih ingin ada feodalisme, bahkan masyarakat mengalami melankoli," jelasnya.
Kemudian, Rocky Gerung menyorot soal hakim MK yang menolak seluruhnya malah menimbulkan pertanyaan bagi Rocky Gerung ‘mengapa tidak menolak sebagian?’.
"Saya perhatikan tadi yang dibacakan hakim menyebutkan menolak seluruhnya, kenapa tidak menolak sebagian, sehingga melankoli itu masih terobati meskipun sedikit. Kalau menolak seluruhnya ini berarti mengabaikan semacam tuntutan etis dari masyarakat," katanya.
Namun, bagaiamanapun juga ia memahami Hakim MK yang tidak memiliki kewajiban untuk memeriksa soal etis dari justice atau injustice (red: keadilan atau ketidakadilan). Sebagaimana yang dilansir dari Tribun.com, justru hal ini menurut Rocky Gerung malah membuat perpecahan antara pihak 01 dan pihak 02 akan terus berlanjut.
Komentar