Kudeta, Kepala Staf Militer Ethiopia Ditembak Mati Pengawalnya

Senin, 24/06/2019 05:22 WIB
Kepala staf tentara Ethiopia, Jenderal Seare Mekonnen (Foto: Borkena)

Kepala staf tentara Ethiopia, Jenderal Seare Mekonnen (Foto: Borkena)

Ethiopia, law-justice.co -  Kepala staf tentara Ethiopia, Jenderal Seare Mekonnen ditembak mati pengawalnya dalam usaha kudeta di negara bagian federal Amhara, menurut sekretaris Perdana Menteri untuk urusan media, Billene Seyoum, pada Minggu (23/6).

Belum ada kejelasan apakah Jenderal Mekonnen tewas atau terluka akibat tembakan tersebut, kata Billene kepada Reuters.

Pada Sabtu (22/6), pemerintah menyatakan bahwa terdapat usaha kudeta yang gagal melawan kepala pemerintahan regional di negara bagian federal itu.

Perkembangan atas kejadian tersebut menggarisbawahi adanya tantangan yang dihadapi oleh perdana menteri baru negara kawasan Tanduk Afrika berpenduduk 100 juta orang itu, Abiy Ahmed, karena dia mencoba untuk memelopori reformasi politik di tengah kerusuhan yang meluas.

Dalam sebuah siaran televisi pada Sabtu malam, Abiy menyebut bahwa beberapa pejabat pemerintahan Amhara tengah melakukan rapat ketika usaha kudeta dilakukan.

"Ada beberapa orang yang tewas, sementara beberapa lainnya juga terluka," kata Abiy.

Minggu pagi, kepala pasukan khusus Amhara, Brigadir Jenderal Tefera Mamo, berbicara di saluran televisi milik negara, "sebagian besar pelaku usaha kudeta telah ditangkap, meskipun masih ada beberapa yang kabur."

Para penduduk ibu kota Amhara, Bahir Dar, menyebut pada Sabtu malam ada tembakan senjata di wilayah sekitar disertai penutupan beberapa ruas jalan. Sebagaimana yang dilansir dari Antara, sejak memegang tampuk kuasa pada April tahun lalu, Abiy telah mendorong keterbukaan negara yang terisolasi dan terobsesi dengan keamanan itu.

Bagaimanapun, kekerasan etnis yang telah lama dilakukan oleh tangan besi pemerintahan sebelumnya berkobar di banyak wilayah, termasuk Amhara, tempat pemerintahannya dipimpin Ambachew Mekonnen.

Ethiopia akan menggelar pemilihan anggota parlemen pada tahun depan. Beberapa kelompok oposisi meminta pemilihan itu tetap dilaksanakan sesuai jadwal, kendati terjadi kerusuhan.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar