Kemenaker Siapkan Empat Strategi Demi Tingkatkan Kualitas SDM

Jum'at, 21/06/2019 20:05 WIB
Ilustrasi Tenaga Kerja (Galinesia)

Ilustrasi Tenaga Kerja (Galinesia)

Jakarta, law-justice.co - Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) Haiyani Rumondang mengatakan untuk menghadapi tantangan global yang semakin kompetitif maka tenaga kerja Indonesia harus meningkatkan kompetensinya agar bisa tetap bersaing.

Haiyani menjelaskan ada empat strategi yang disampaikannya dalam pertemuan Menteri-menteri Tenaga Kerja Asia Pacific Group (ASPAG) di Jenewa, Swiss. Pertama, meningkatkan kerja sama dalam investasi sumber daya manusia (SDM).

Menurut dia, negara-negara di kawasan Asia Pasifik harus terus memperkuat kerja sama dalam lembaga dan program pelatihan dan pendidikan vokasi. Indonesia terbuka dan siap untuk bekerja sama dengan negera-negara di Asia Pasifik dalam meningkatkan kualitas dan kapasitas pendidikan dan pelatihan vokasi.

"Ini untuk mempersiapkan diri kita sendiri dengan kemungkinan dampak yang dapat mengganggu akibat teknologi baru di dunia kerja masa depan dan untuk lebih memenuhi permintaan pasar kerja," kata Haiyani.

Kedua, yaitu memperbaiki kebijakan ketenagakerjaan untuk orang lanjut usia. Indonesia berpandangan bahwa angkatan kerja yang menua akan menimbulkan tantangan yang semakin besar bagi Asia Pasifik. Hal itu karena tenaga kerja lanjut usia di wilayah tersebut diperkirakan akan meningkat secara signifikan pada 2030.

“Kita harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memberikan kesempatan dan perlakuan yang sama bagi pekerja lanjut usia di pasar kerja. Negara-negara di kawasan Asia Pasifik harus mengeksplorasi lebih jauh cara dan strategi yang tepat dan memadai untuk memastikan bahwa orang lanjut usia dapat memanfaatkan pasar kerja secara setara," kata Haiyani.

Ketiga, yaitu menangani pekerja di sektor informal.

Laporan Organisasi Buruh Internasional PBB (International Labour Organization/ILO) menunjukkan bahwa 63,2 persen dari populasi pekerja di Asia Pasifik mencari nafkah di sektor informal. Sebagian besar dari mereka tidak menikmati perlindungan sosial dan kondisi kerja yang layak.

"Oleh karena itu, kami percaya bahwa kita perlu saling belajar tentang cara menangani pekerja sektor informal guna memfasilitasi transisi pekerja tersebut ke sektor formal," kata Haiyani.

Keempat, yaitu memperkuat dukungan ILO untuk negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Indonesia menggarisbawahi pentingnya ILO dalam memberikan bantuan kepada pemerintah, sektor swasta, dan serikat pekerja.

ILO perlu memberikan prioritas lebih besar ke wilayah Asia Pasifik dalam mengatasi tantangan ketenagakerjaan di masa depan. Indonesia berpandangan bahwa mengatasi tantangan pekerjaan di masa depan membutuhkan partisipasi seluas mungkin dari semua pemangku kepentingan.

"Dalam hal ini, kami mendorong anggota ASPAG untuk menegaskan kembali komitmennya dalam Deklarasi Bali yang diadopsi pada 2016 untuk mempercepat upaya mempromosikan pertumbuhan inklusif, keadilan sosial, dan pekerjaan yang layak," ujar Haiyani seperti dikutip dari Antara.

Berdasarkan data Ketenagakerjaan Asia-Pasifik dan Social Outlook 2018 tercatat bahwa Asia-Pasifik adalah wilayah dengan tingkat pengangguran terendah di dunia dengan produktivitas tenaga kerja di wilayah Asia dan Pasifik meningkat rata-rata lima persen per tahun pada periode 2007-2017. Namun, kemajuan yang mengesankan ini harus didukung dengan komitmen untuk mencapai pekerjaan yang layak.

"Indonesia percaya bahwa kemajuan signifikan dalam pekerjaan yang layak untuk semua berfungsi sebagai dasar untuk pertumbuhan ekonomi yang kuat di wilayah Asia Pasifik di tahun-tahun mendatang," kata Haiyani.

(Regi Yanuar Widhia Dinnata\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar