Politik Silaturahmi Lebaran, Masih Berduka kok Bisa Berselfi Ria

Minggu, 09/06/2019 13:26 WIB
Keluarga Megawati dan Keluarga SBY, Berselfi di Saat Lebaran (Ist)

Keluarga Megawati dan Keluarga SBY, Berselfi di Saat Lebaran (Ist)

Jakarta, law-justice.co - Minggu pertama selesai politik silaturahmi lebaran, kita melihat jelas gimana perkembangan politik, yang dibalut dengan silahturahmi lebaran. Kita dipertontonkan langkah-langkah politik partai pendukung, baik pendukung 01 maupun pendukung 02. Kita dapat melihat dengan jelas siapa lawan dan siapa kawan. Atau terlihat dengan jelas siapa pengkianat dan siapa teman sejati.                                             

Demikian dikatakan pengamat politik, Dr. Safri Muiz kepada Law-Justice.co di Jakarta, Minggu (9/6). Pada saat H + 3, kita melihat beseleweran photo lagi selfi, AHY dan adiknya Ibas bersilahturahmi dengan akrabnya bersama keluarga Puan Maharani dan Ibunya, Megawati Soekarnoputri. Photo tersebut langsung menyentak fikiran publik. Walaupun mungkin tak elok kita berprasangka buruk. Tapi kalau kita lihat selfie tersebut mengganggu akal sehat kita.

Pertanyaan saya, katanya lagi berkabung? Kok kita sebagai rakyat dipertontonkan keasyikan mereka bersenda gurau, seakan-akan keluarga yang sudah akrab dan tidak terjadi friksi, dan kita tahu "Ibu Mega" sampai sekarang masih ngambek dengan "Bapaknya" AHY, sejak beliau terpilih jadi presiden tahun 2004 yang lalu, lanjut Safri.

Hampir 10 tahun sejak bapaknya AHY jadi presiden, tidak pernah kita tonton atau dengar kabar, bahwa keluarga mereka bisa berselfie dengan akrab, seperti lebaran tahun 2019. Apakah mereka sudah "baikan" atau istilah anak milenial "move on"? Pertanyaan tersebut saya kira wajar ya, betapa tipisnya kepentingan dalam politik? Betapa tidak punya hati, menganggap persaingan dalam pilpres bagai membalik telapak tangan. Tidakkah disadari kami sebagai rakyat prihatin dengan aksi seperti itu, tambah Safri.

Padahal SBY mengatakan masih mendukung 02, tapi tindakan keluarganya tidak bermutu dan tidak menampakkan bahwa SBY ada di pihak 02. SBY harus ingat di tahun 2024, partai mu bisa tereliminasi alias tidak bisa mengajukan capres dalam pemilu yang akan datang karena persentase hasil pemilu yang kecil. Tapi tindakan SBY menunjukkan bahwa dia tidak punya martabat, sebagai teman seperjuangan Prabowo dalam Pilpres 2019, ujar Safri.

Kenapa hal itu bisa terjadi, karena rakyat muak melihat gayamu berselfie ria, tanpa peduli bahwa dikau seharusnya masih sedang berduka cita. Mbok ya, kita hormati dulu proses di MK ini tuntas, biar kita sama lapang dada menerima hasil akhirnya. Janganlah menjahit kain yang robek, karena sampai hancur kain itu akan nampak bekas rajutan. Artinya bekas rajutan akan selalu kelihatan walaupun kita berusaha untuk menambal ataupun merajut kain yang telah sobek. Luka bekas rajutan akan menjadi kenangan yang tidak terlupakan. Apalagi jaman sekarang, jejak digital susah dihapus, karena dia akan terekam di mesin-mesin medsos, yang menyimpan dengan rapi dan tidak akan terhapus, kata Safri.

Safri mengingatkan selagi koalisi Prabowo masih berjuang menuntut keadilan karena keyakinan perjuangan dengan keikhlasan, maka selayaknya sebagai bagian resmi dari koalisi Prabowo yang masih terdaftar di KPU, maka tak elok manuver politik selfie dilakukan dengan tanpa rasa malu, apalagi masih dalam suasana duka cita.  Keluarga SBY belajarlah berpolitik yang santun dan bermartabat, jangan hanya bisanya pencitraan dan menari diatas kekalahan koalisi Prabowo Sandi, tegas Safri mengakhiri wawancara. 

(Warta Wartawati\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar