Bela Anies, Ketua Katar Sebut Penyerangnya Bodoh

Senin, 27/05/2019 18:40 WIB
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (Foto: The Jakarta Post)

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (Foto: The Jakarta Post)

[INTRO]

Ketua Koalisi Rakyat Pemerhati Jakarta Baru (Katar), Sugiyanto, menilai, tudingan-tudingan yang dilontarkan pihak tertentu kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan belakangan ini tidak berdasar dan kurang cerdas.

"Yang menuding seperti asal ngoceh, tapi tidak mempelajari atau memahami dulu persoalan yang dia kritisi. Bahkan terkesan menuding dengan membabi buta," katanya di Jakarta, Senin (27/5/2019).

Menurutnya, sebagai seorang kepala daerah, Anies tak mungkin terlibat kerusuhan 21-22 Mei 2019 di Jakarta, karena Anies bukan seorang penjahat maupun provokator.

"Anies itu akademisi, seorang pengajar. Dalam memimpin Jakarta pun dia mengedepankan integritas dan memiliki visi memajukan Jakarta dan membahagiakan warganya. Jadi, bagaimana mungkin Anies terlibat hal seperti itu?" tanyanya.

Ia mengingatkan bahwa kepergian mantan rektor Universitas Paramadina itu ke Tokyo pada 19 Juli 2019, atau dua hari sebelum pengumuman hasil Pilpres oleh KPU, adalah untuk menghadiri pertemuan  tahunan tingkat tinggi gubernur dan walikota Urban 20 (U-20), bukan untuk menghindari tensi politik Tanah Air yang sedang tinggi akibat gelaran Pilpres, dan kepergiannya itu sudah diagendakan lama.

"Jadi, kalau ada tudingan bahwa Anies ke Tokyo untuk melarikan diri, coba deh belajar untuk positif thinking dan jangan su`udzon terus," katanya.

Menurut aktivis yang akrab disapa SGY ini, bukti bahwa tuduhan itu tidak benar adalah fakta bahwa pada 22 Mei pukul 04:40 WIB Anies telah kembali ke Jakarta, karena seharusnya dia tiba pada 23 Mei.

"Begitu mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, Anies langsung meninjau lokasi kerusuhan di Jalan Thamrin dan kawasan Tanah Abang, dan mengunjungi para korban di rumah sakit. Ini menunjukkan bahwa Anies adalah gubernur yang bertanggung jawab terhadap wilayah dan warganya. Bukan gubernur yang hanya mementingkan dirinya sendiri!" tegasnya.

SGY juga menyesalkan adanya tudingan bahwa Anies terlibat kerusuhan 21-22 Mei karena sebelum kejadian, Anies telah menyiapkan rumah sakit dan menggratiskan biaya pengobatan.

Menurut aktivis berkacamata ini, penyiapan rumah sakit tersebut justru merupakan bentuk antisipasi Anies agar korban dapat langsung ditangani, dan ini sangat manusiawi.

"Penyiapan rumah sakit itu menyangkut masalah humanity. Kalau penyiapan tidak dilakukan dan kemudian para korban tak tertangani karena rumah sakit tidak siap, apa Anies tidak dipersalahkan?" tanyanya.

SGY pun meminta agar publik cerdas dan jangan mengkritik denganm membabi buta, tapi tak paham masalah.

"Anies, menurut saya, saat ini merupakan salah satu gubernur terbaik di Indonesia. Sejauh ini program dan kebijakan-kebijakannya pun diapresiasi masyatakat karena sebagian besar merupakan realisasi dari janji-janji kampanyenya saat Pilkada Jakarta 2017. Jadi, kalau dia diserang secara membabi buta dan tanpa dasar, dia bukannya terpuruk malah makin melambung. Makin naik daun," tegasnya.

Untuk diketahui, pasca kerusuhan 21-22 Mei yang dipicu penunggangan oleh massa tak bertanggung jawab atas aksi demo massa Gerakan Nasional Kedaulatan Rakyat (GNKR) di depan Gedung Bawaslu, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Anies diserang habis-habisan. Penyerangnya antara lain dapat dilihat pada media online seword.com.

"Skenario kerusuhan di DKI Jakarta baru-baru ini tidak dapat dipisahkan dari keterlibatan Gubernur DKI. Jauh hari sebelum demo pecah beredar selebaran pembiayaan korban demo aksi KPU dan Bawaslu oleh pemprov DKI. Padahal saat itu Gubernur DKI tengah berada di Jepang. Aneh," kata Seword dalam berita berjudul "Gubernur Anies Terlibat Perencanaan Aksi Kerusuhan 21-22 Mei?" yang tayang Sabtu (25/5/2019).

Sebelumnya, di change.com juga ada petisi bertajuk "Copot Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta!".

Pembuat petisi yang telah ditandatangani 135.148 orang itu menilai, kegagalan demi kegagalan disertai kejanggalan telah membuat DKI Jakarta sebagai ibukota negara Republik Indonesia semakin terpuruk di bawah kepemimpinan Anies Baswedan. Mulai dari membengkaknya APBD DKI Jakarta 2018, gaji TGUPP yang tembus 70-an orang dengan biaya gaji puluhan juta rupiah per kepala per orang, banjir muncul kembali, diskotik yang ditutup buka kembali, sampah menumpuk di mana-mana, pohon plastik, PKL yang merajalela mengambil badan trotoar, naiknya NJOP, susahnya mendapat layanan publik dan kesehatan, rusunawa yang tidak terurus, trotoar Senayan yang tidak kunjung , dan yang terakhir adalah tiang bendera peserta ASIAN GAMES 2018 yang hanya ditopang bambu kecil yang dibelah.

"Sudah saatnya Presiden Joko Widodo dan Menteri Dalam Negeri memanggil dan MENCOPOT Anies Baswedan dari jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta! Jangan ditunda lagi!," kata pembuat petisi itu.

Anies menanggapi serangan-serangan itu dengan santai.

"Setiap warga negara berhak menyampaikan pandangannya, tidak ada larangan sama sekali," katanya di Kawasan GBK, Jakarta Pusat, Minggu (26/5/2019).

Anies mengakui, posisinya sebagai pejabat publik memang membuatnya harus siap menerima kritik hingga cacian. Ia bahkan mengutip cuitannya mengenai kesiapan pejabat publik dalam menerima kritik. 

"Kalau di wilayah publik jangan minta dipuji saja, tapi harus siap dicaci-maki, diminta turun atau naik. Dicaci tidak tumbang, dipuji tidak terbang," tegasnya.

Sumber: dekannews

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar