Sekjen PBB Rencanakan Perangi Gelombang Ujaran Kebencian

Selasa, 14/05/2019 19:01 WIB
Sekjen PBB Antonio Guterres pada jumpa pers di New York, Amerika Serikat (Reuters)

Sekjen PBB Antonio Guterres pada jumpa pers di New York, Amerika Serikat (Reuters)

Jakarta, law-justice.co - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Selasa (14/5), mengatakan ia bermaksud menyusun rencana global guna memerangi peningkatan gelombang ucapan kebencian.

Tekad itu ia nyatakan ketika melakukan kunjungan ke Masjid An-Nur di Selandia Baru, tempat puluhan orang yang sedang shalat wafat dalam penembakan massal pada Maret.

Masjid itu, di bagian selatan Kota Christchurch, diserang seorang lelaki bersenjata pada 15 Maret hingga lebih dari 40 orang tewas. Dengan serangan ke masjid kedua yang ia lancarkan, jumlah korban tewas secara keseluruhan mencapai 51 orang.  

Seorang pria Australia, tersangka penganut supremasi kulit-putih, telah menghadapi dakwaan berlapis pembunuhan dan upaya pembunuhan dalam serangan tersebut.

“Ucapan kebencian menyebar luas dan penyimpangan di masyarakat kian kasar,” kata Guterres di dalam pidato di luar masjid.

“Media sosial dieksploitasi sebagai landasan bagi kefanatikan. Kita semua harus memperlihatkan solidaritas sebagai reaksi atas lonjakan kebencian yang berbahaya ini,” katanya.

Guterres telah meminta penasihat khusus PBB urusan pencegahan pemusnahan suku bangsa untuk membentuk satu tim  yang akan mengembangkan rencana aksi global guna menghadapi ucapan kebencian, ia menambahkan.

Kunjungan sang pemimpin PBB ke negara pulau itu dilakukan saat Perdana Menteri Jacinda Ardern bersiap untuk secara bersama memimpin suatu pertemuan di Prancis bagi dukungan global untuk memerangi ungkapan kekerasan di Internet.

Guterres biasanya melakukan “kunjungan solidaritas” ke negara Muslim selama Bulan Suci Ramadhan, yang dimulai pada 6 Mei, tapi memutuskan untuk mengunjungi Selandia Baru sehubungan dengan penembakan masjid itu, ia menambahkan.

Setelah kunjungan tiga-harinya ke Selandia Baru, Guterres dijadwalkan bertemu dengan pemimpin Pasifik di Fiji guna membahas perubahan iklim pada Rabu dan mengunjungi negara pulau dataran rendah Vanuatu dan Tuvalu, yang termasuk di antara yang pertama yang merasakan dampak pemanasan global.

(Marselinus Gual\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar