Geliat Kopi Nusantara

Kedai Kopi Aming, Favorit Kaum Muda Pontianak

Minggu, 12/05/2019 18:02 WIB
Kedai kopi Aming, Pontianak-1. (Foto: p. Hasudungan Sirait)

Kedai kopi Aming, Pontianak-1. (Foto: p. Hasudungan Sirait)

Pontianak, law-justice.co - Kedai kopi ya kedai kopi. Begitupun,  yang satu kemungkinan besar tidak akan sama dengan yang lain sebab tangan yang menyentuhnya berbeda. Racikan (ditentukan oleh bahan, takaran, dan tahapan), ragam suguhan (termasuk yang bukan kopi),  gaya sajian, menjadi pembeda utamanya. Kedai kopi Aming di jantung kota Pontianak, Kalimantan Barat, misalnya. Ia memiliki kekhususan sehingga,  seperti kedai kopi Asiang yang dilayani pemiliknya: seorang lelaki tinggi-besar yang senantiasa bertelanjang dada, selama ini menjadi ikon kota khatulistiwa.

Senantiasa ramai dari pagi hingga malam. Begitulah keadaan kedai kopi Aming yang berbuka dari subuh dan tutup larut malam (pk. 23.00). Terkadang, di luar jam tersibuk—saat orang kantoran hendak sarapan atau tatkala mereka telah usai berdinas—pun hadirin harus sabar menanti sebelum beroleh tempat duduk di sana.  Padahal gerainya sudah bertambah menjadi 2. Di pisahkan jalan raya saja, tepat di seberang kedai utama, gerai tambahan itu berada.

Kopi merupakan suguhan utama di tempat yang tak berpendingin udara ini. Berjenis robusta, bijinya ada yang didatangkan dari  Punggur, Kabupaten Kubu Raya, Kalbar. Tapi yang paling banyak dari Lampung. Setelah disanggrai dan digiling, bubuk lantas diracik. Di peracikanlah antara lain keunggulan sajian kedai yang dihadirkan Limin Wong (39 tahun) tahun 2002. Resep yang tak diketahui orang lain, dimainkannya.   

Limin menimba ilmu perkopian dari ayahnya, Ng A Thien. Jauh sebelum bisnis sentuhan barista merebak di Tanah Air, di tahun 1970 Ng A Thien telah berbisnis kopi.  Ia mengajari anaknya, termasuk Limin Wong,  bagaimana memilih biji yang bagus, menyanggarai, menggiling, serta meraciknya agar bermutu prima.

Tatkala Limin Wong mengoperasikan kedai ini di tahun 2002 dengan mengandalkan topangan kerabat,  di Pontianak—seperti hanya di banyak kota Indonesia—kopi masih  konsumsi kalangan terbatas. Para lelaki berumurlah penyukanya. Dengan demikian nilainya sebagai entitas bisnis tidak seberapa.

Kopi saring bersusu. (Foto: P. Hasudungan Sirait)

Ternyata beberapa tahun belakangan keadaan berubah secara dramatik. Ngopi menjadi gaya hidup kaum muda,  termasuk generasi milenial, di seantero Nusantara. Dengan sendirinya bisnis Limin Wong pun mekar. Apalagi dia jeli membaca semangat zaman.

Kalau Asiang menggarisbawahi keklasikan—terlihat dari kekonservatifan suguhannya yakni kopi dan teh panas atau dingin yang diwadahi gelas-gelas keramik Tionghoa bermotif lawas—Aming mengedepankan kekinian. Kopinya tak hanya yang hitam saja atau yang pakai susu tapi juga yang bercampuran koko-avokat selain kopi vietnam. Teh tarik juga tersedia. Seperti di Asiang, cemilan juga ada. Termasuk pisang goreng, roti srikaya, kue pancung, dan pia susu.

Kopi saring, itulah yang disuguhkan kedai Aming kepada pengunjung.  Keunikannya adalah di dalam gelas itu mengambang biji kopi utuh. Tak banyak memang; paling 2-3 biji. Tentu saja tidak untuk diemut dan ditelan biji itu. Ia  lebih merupakan ornamen saja serta pengingat ihwal hakekat yang sedang diseruput. Bagaimanapun, pemasukan biji kopi utuh ini adalah isyarat  kreatifitas sang pemilik gerai.

Kekonteporeran kedai Aming mengemuka dari ketersediaan fasilitas yang tak bisa dijauhkan dari kaum milenial, yakni wi-fi yang kencang serta televisi kabel berlayar lebar yang suguhannya termasuk liga sepakbola dunia dan  lomba Grand Prix Formula One-MotoGP.

“Kita selalu memperhatikan kebutuhan anak-anak muda. Wi-fi kita pasang yang kencang supaya mereka senang nongkrong di sini. Colokan listrik juga kita banyakin. Jadi, kalau mau cas handphone atau laptop nggak masalah. Juga kalau mau nonton liga dunia dan yang lain,” kata  Limin Wong kepada Law-justice.co. Sebagai pebisnis ‘zaman now’ dia mengerti kemauan konsumen utamanya. Pula, pria  ramah dan berpembawaan bersahaja ini  tampak menyadari betul betapa pentingnya publikasi termasuk lewat media sosial.  

Dari pagi sampai malam juga anak-anak muda itu kongkow di sana tak masalah. Pun kalau hanya sedikit mengonsumsi suguhan kedai.  

Wajarlah bila kaum muda yang kemudian pendominasi warkop yang berlokasi di Jl. Haji Abbas, Benua Melayu Barat, Pontianak. Kalau bukan mahasiswa, ya pegawai atau pebisnis. Tentu pasti ada juga penganggur. Biasanya  mereka ngopi sembari bersilancar di dunia maya. Kalaupun ada yang bercakap dengan sesama,  gadget bersambungan internet jarang lepas dari jemari mereka. Yang sedang memadu kasih pun demikian.

 

Limin Wong diwawancarai wartawan. (Foto: P. Hasudungan Sirait)

Jelas, bagi angkatan belia kedai kopi Aming sungguh bersahabat. Bukan saja sambungan  internet dan suguhan TV kabelnya prima tapi harga minuman dan penganannya juga bersahabat. Segelas kopi susu dingin tak sampai Rp 10.000. Kopi saring hitam panasnya  pastilah lebih murah lagi.

Bagi anak muda kekinian, ruangan di sana yang selalu sesak sehingga meja yang satu agak berdempetan dengan yang lain tentu bukan perkara serius.  Pun keberisikan suara hadirin dan asap rokok yang berpilin-pilin atau baku dekap di udara. Lain halnya bagi kalangan dewasa yang telah mementingkan ketenangan suasana, keprivatan, dan kesegaran udara. Untuk mereka, kedai kopi Asiang yang bersentuhan serba tradisi lebih pas daripada Aming.

Menangkap semangat kekinian, kedai Aming sudah lama menerima pesanan online.  Begitulah, pengojek dari Grab atau Go-jek yang berderet menunggu pesanan kliennya rampung,  menjadi pemandangan keseharian di sana.

 

Pengunjung yang menikmati suasana. (Foto: P. Hasudungan Sirait)

Tak hanya mementingkan aplikasi daring, Limin Wong juga mengekspansikan usaha. Di Kalbar ia sudah memiliki gerai di  Singkawang dan Bandara Supadio. Di Pulau Jawa ia juga telah mempunyai cabang yakni di  Yasmin, Bogor (sejak Juli 2018) dan di Gading Serpong. Baginya itu belum cukup. Ia ingin merentangkan saya bisnisnya lebih lebar lagi. Visinya menang sangat kekinian.

(P. Hasudungan Sirait\P. Hasudungan Sirait)

Share:




Berita Terkait

Komentar