Ekonomi China Melambat, Bursa Saham Asia Berjatuhan

Selasa, 16/04/2019 11:40 WIB
Perekonomian China melambat (Foto: The Unz Review)

Perekonomian China melambat (Foto: The Unz Review)

Jakarta, law-justice.co - Tanda-tanda ekonomi China melambat, bursa saham utama kawasan Asia dibuka di zona merah pada hari ini: indeks Nikeki turun 0,27%, indeks Shanghai turun 0,42%, indeks Hang Seng turun 0,19%, dan indeks Kospi turun 0,08%, selasa (16/4).

Kekhawatiran terkait dengan perlambatan ekonomi China masih membuat saham-saham di Benua Kuning dilego investor. Besok (17/4/2019), angka pertumbuhan ekonomi China periode kuartal-I 2019 akan dirilis.

Melansir Bloomberg, perekonomian China diperkirakan tumbuh sebesar 6,3% (annualized). Jika ini benar yang terjadi, maka pertumbuhan ekonomi China akan berada di kisaran tengah dari rentang yang ditetapkan pemerintahnya yakni 6%-6,5%.


Sebagai informasi, pemerintah China belum lama ini resmi memangkas target pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 menjadi 6%-6,5%. Sebelumnya, target pertumbuhan ekonomi tahun 2019 dipatok di kisaran 6,5%. Pada tahun 2018, perekonomian China tumbuh hingga 6,6%.

Jika yang tercapai adalah pertumbuhan ekonomi di batas bawah, maka perekonomian China dapat dikatakan mengalami hard landing.

Di sisi lain,perkembangan negosiasi dagang AS-China sejatinya mendukung untuk melakukan aksi beli di bursa saham. Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan bahwa AS dan China telah membuat kemajuan lebih lanjut dalam negosiasi dagang.

"Saya berharap kami semakin dekat ke putaran final menuju kesepakatan. Kami membuat kemajuan, tetapi saya ingin hati-hati karena ini bukan negosiasi publik. Ini adalah perjanjian yang sangat-sangat detil, mencakup hal yang belum pernah dibahas sebelumnya," papar Mnuchin, mengutip Reuters.

Mnuchin bahkan memberi bocoran bahwa kesepakatan damai dagang AS-China akan berisi 7 bab. "Ini akan menjadi perubahan paling signifikan dalam hubungan AS-China selama 40 tahun terakhir," tegasnya.

Di China sendiri, sejatinya ada rilis data ekonomi yang oke. Pada hari ini, rata-rata harga rumah baru periode Maret 2019 diumumkan tumbuh sebesar 10,6% YoY, naik dari pertumbuhan bulan Februari yang sebesar 10,4% YoY. Hal ini mengindikasikan bahwa daya beli masyarakat China sedang berada dalam posisi yang relatif kuat.

Sebagaimana yang dilansir dari CNBC, pelaku pasar tetap memilih bermain aman sembari menantikan rilis angka pertumbuhan ekonomi esok hari.

(Rois Haqiqi\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar