Serukan Larangan Menyoblos, Tentara OPM Bakal Boikot Pemilu

Minggu, 07/04/2019 17:12 WIB
Jubir Tentara OPM, Sebby Sambom (Tempo)

Jubir Tentara OPM, Sebby Sambom (Tempo)

[INTRO]
Tentara Organisasi Papua Merdeka (OPM) telah menyiapkan pasukan untuk memboikot pemilu 17 April 2019. Juru bicara Tentara OPM, Sebby Sambom mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan aksi militer saat pesta demokrasi lima tahunan tengah berlangsung.
 
"Wilayah [Komando] menyiapkan tembakan-tembakan untuk melarang; tidak boleh ikut pemilu. Itu sikap militer namanya. Kalau masyarakat sipil melakukan boikot pemilu dengan damai, misalnya mereka mungkin golput, itu urusan masyarakat sipil," kata Sebby, dilansir dari KBR, Jumat (5/4).
 
"Militer akan tempuh jalur militer, dan 5 kota di pegunungan tengah, wilayah yang polisi bilang masuk segitiga hitam, segitiga hitam itu sudah siap," lanjutnya.
 
Ia mengatakan, pemboikotan ini dilakukan karena mereka tidak mengakui pemerintah Indonesia, dan menolak disebut sebagai warga negara Indonesia. Oleh karena itu, mereka tidak peduli dengan program yang dilakukan pemerintah Indonesia, termasuk pemilu.
 
Saat ini, pasukan Tentara OPM sudah disiapkan dan tersebar di 31 Komando Daerah Pertahanan (Kodap) di seluruh wilayah Papua.
 
"Kami sudah umumkan, kami mempunyai 31 Kodap (Komando Daerah Pertahanan) Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat di seluruh Papua dari Sorong sampai Merauke. Tapi dalam pengumuman boikot pemilu kan kita menulis bahwa secara militer siap, berarti lakukan aksi militer begitu. Yang belum, berarti mereka akan sesuaikan dengan keadaan di daerah," ujar dia.
 
Sebby juga menyerukan kepada masyarakat Papua agar tidak perlu ikut pemilu. Kata dia, selama ini masyarakat Papua hanya dipaksa saja untuk ikut pemilu oleh orang-orang berkepentingan yang ingin menduduki jabatan tertentu.
 
"Kami kan sampaikan bahwa rakyat tidak perlu ikut pemilu. Pemilu dari 1971 sampai hari ini, rakyat Papua ikut itu hanya dipaksa, diiming-iming saja oleh orang-orang kepentingan mau duduk jabatan di kursi DPR kah, gubernurkah, presidenkah, menterikah, itu saja. Sementara rakyatnya hanya makan angin saja," pungkasnya. 
 

(Winna Wijaya\Reko Alum)

Share:




Berita Terkait

Komentar