Kisah Haru,Selamat dari Tenggelamnya KMP Tunu Peluk Jenazah Sang Ayah

Minggu, 06/07/2025 01:19 WIB
Kisah Haru,Selamat dari Tenggelamnya KMP Tunu Peluk Jenazah Sang Ayah  foto serambi mekah

Kisah Haru,Selamat dari Tenggelamnya KMP Tunu Peluk Jenazah Sang Ayah foto serambi mekah

law-justice.co - Kisah Haru, Toni Selamat dari Tenggelamnya KMP Tunu, Peluk Jenazah Sang Ayah Selama 5 Jam

Eka Toniansah (25), warga Banyuwangi, menjadi salah satu korban selamat dalam tragedi tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali pada Rabu, 2 Juli 2025.  Penumpang KMP Tunu ini selamat setelah mengapung di laut selama lima jam sambil memeluk jenazah ayahnya, Eko Sastriyo (51), yang lebih dulu meninggal.


Toni menceritakan bahwa kapal sempat miring dan tenggelam dalam hitungan menit tanpa ada peringatan bahaya dari awak kapal.

Dugaan awal penyebab tenggelamnya kapal adalah kebocoran mesin yang memicu pemadaman total (black out), serta gelombang tinggi yang mencapai 2,5 meter.

Hingga hari ketiga pencarian, TNI AL masih mengerahkan Pasukan Katak dan tim penyelam dengan peralatan sonar untuk menemukan bangkai kapal di dasar laut.

Kembali ke soal Toni, pemuda ini baru dievakuasi setelah kapal nelayan menemukannya pada Kamis (3/7/2025) pagi.

"Saat ditemukan, kita naik kapal nelayan, bapak sudah tidak ada," ungkap Toni, Sabtu (5/7/2025), dikutip dari TribunJatim.com.


Lebih lanjut, Toni menceritakan detik-detik KMP Tunu tenggelam.

Sebelum kapal karam, ungkap Toni, KMP Tunu sempat miring ke kanan dalam kondisi mesin mati.

Ia, sang ayah, dan penumpang lainnya panik berlarian mencari pelampung.

Beruntung, Toni berhasil mendapatkan dua pelampung yang ada di ruang penumpang.

Meski situasi mencekam, Toni mengaku tidak ada peringatan bahaya dari awak kapal.

Baca juga: Ada-ada Saja! Usai Jalan Layang Miring Dijadikan Lelucon, Kini Giliran Jalan Ular di India Viral

Tiga menit berselang setelah kapal mulai miring, KMP Tunu pun tenggelam.


"Kapal pertama diam, terombang-ambing. Kemudian orang-orang panik."

"Akhirnya sempat miring. Tak lama miring, selang tiga menit langsung tenggelam. Mesin mati," kisah Toni.

Toni sendiri sempat berpegangan pada besi pinggiran kapal sebelum ia dan ayahnya ikut tenggelam bersama KMP Tunu.


Keduanya, yang sama-sama tak bisa berenang, masih berpegangan satu sama lain ketika muncul ke permukaan laut.

Namun, kondisi Eko yang semakin lemas, membuatnya tidak bisa bertahan hidup.

Toni pun berpegangan kepada jenazah sang ayah sambil berharap ada kapal melintas dan menyelamatkan mereka.

Baru lima jam setelah kejadian, ada kapal nelayan melintas dan Toni berteriak minta tolong.

"Kondisi bapak lemas, sempat masih hidup," ungkapnya.


"Teriak-teriak minta tolong (ke perahu nelayan)" imbuh dia.

TNI AL Terjunkan Pasukan Katak

Memasuki hari ketiga pencarian KMP Tunu Pratama Jaya, TNI AL menerjunkan Pasukan Katak untuk mencari keberadaan bangkai kapal di Selat Bali.

Panglima Komando Armada II, Laksamana Muda TNI I Gung Putu Alit Jaya, mengungkapkan ada tujuh personel Pasukan Katak yang diterjunkan.

Selain itu, ada delapan penyelam yang juga dikerahkan untuk mencari bangkai KMP Tunu.

"Serta tim penyelam dari Paska (pasukan katak) sebanyak 7 personel," ujarnya saat dikonfirmasi di Pelabuhan Ketapang Banyuwangi Jawa Timur, Sabtu.


Lebih lanjut, Alit menjelaskan, pasukan penyelam itu dilengkapi sensor sonar yang bisa mendeteksi logam-logam di bawah laut.

Jika kapal telah terdeteksi, Alit mengatakan pasukan selam akan segera melakukan penyelaman di koordinat lokasi sesuai sensor sonar tersebut.

"Dilengkapi sensor sonar, yang dilengkapi pin sonar dan sen scan sonar. Kami akan optimalkan, guna menemukan datum (kapal) tenggelam" jelas Alit.


"Kami juga membawa magnetumeter, untuk mengukur kekuatan magnet di bawah air, agar bisa menemukan kontak (kapal) tersebut," pugkasnya.

Dugaan Penyebab Tenggelam

Sebelumnya, KMP Tunu Pratama Jaya yang berlayar dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur, menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali, tenggelam di Selat Bali pada Rabu (2/7/2025) malam.

Kapal itu dilaporkan membawa 12 awak kapal, 53 penumpang, serta 22 kendaraan termasuk 14 truk tronton.

Penyebab tenggelamnya KMP Tunu belum diketahui, namun diduga kuat karena dua hal.


Pertama, KMP Tunu diduga terbalik, lalu tenggelam, karena terhantam gelombang tinggi di Selat Bali.

Sebab, menurut informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gelombang di Selat Bali saat kejadian antara 1,7 meter sampai 2,5 meter.

"Mungkin (penyebab tenggelam) dari ombak. Karena informasi dari BMKG, ombak antara 1,7 meter sampai 2,5 meter," jelas Kasi Keselamatan Berlayar Penjagaan dan Patroli KSOP Tanjung Wangi, Ni Putu Cahyani, Kamis (3/7/2025), dilansir Surya.co.id.

Sementara itu, menurut informasi Pelabuhan Gilimanuk yang beredar luas melalui pesan WhatsApp, mengatakan KMP Tunu tenggelam karena diduga mengalami kebocoran mesin.

Dugaan itu sempat terdengar di channel 17 pada pukul 23.16 WIB, sekitar 20 menit setelah KMP Tunu berangkat pukul 22.56 WIB.

"Pada pukul 00.16 WITA, KMP Tunu Pratama Jaya ketika berlayar dari Pelabuhan Ketapang menuju Pelabuhan Gilimanuk, terdengar informasi di channel 17 untuk KMP Tunu Pratama Jaya meminta tolong dan mengalami kebocoran mesin kapal," demikikan bunyi informasi tersebut


Akibat diduga kebocoran mesin itu, KMP Tunu mengalami black out yang menyebabkan kapal terbalik, lalu tenggelam.

KMP Tunu diketahui sempat melakukan panggilan darurat sebelum tenggelam.

Hal itu dibenarkan oleh Koordinator Pos SAR Banyuwangi, Wahyu Setiabudi.


Namun nahas, sesaat setelah melakukan panggilan darurat, KMP Tunu tenggelam dan dilaporkan hanyut ke arah selatan.

"Pukul 23.20 WIB kami mendapat info perwira jaga KMP Tunu Pratama Jaya (melakukan) panggilan distress (panggilan darurat)," kata Wahyu, Kamis. 
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W, TribunJatim.com/Sinca Ari/Imam Nawawi, Surya.co.id/Aflahul Abidin)

 

 

(Patia\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar