Danantara Bakal Putar Dividen BUMN Senilai Rp 113 Triliun

Sabtu, 14/06/2025 18:43 WIB
Pejabat Danantara, Rosan-Dony-Pandu. (Bisnis)

Pejabat Danantara, Rosan-Dony-Pandu. (Bisnis)

Jakarta, law-justice.co - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) bakal memutar dividen BUMN sekitar US$7 miliar atau setara Rp 113,89 triliun yang diperoleh pada 2025 ini. Kepala BPI Danantara Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan P. Roeslani menyatakan dana ratusan triliunan itu sebagai modal kapital yang kuat untuk mulai berinvestasi di sejumlah sektor bisnis.

Sebelum Danantara dibentuk, adapun dividen BUMN mengalir ke kas negara. Kini Danantara mengambil peranan mengelola dividen itu dalam bentuk re-investasi. Meski belum kelihatan tajinya, proyeksi investasi bisnis ditujukan mengejar pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.

"Dividen BUMN sekitar US$7 miliar itu pun masih bisa saya leverage dulu, mungkin 4-5 kali. Katakanlah, bisa 5 kali, berarti ada US$35 miliar modal kita untuk berinvestasi," ungkapnya dalam sebuah forum diskusi, mengutip Bisnis Indonesia Sabtu (14/6/2025).

Rosan menjelaskan investasi telah menjadi penyumbang pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) terbesar kedua RI, setelah konsumsi rumah tangga. Oleh karenanya, di tengah situasi terkini, investasi menjadi satu-satunya komponen yang harus dikerek secara optimal demi mengejar target pertumbuhan ekonomi 8%.  Tak heran, berdasarkan perhitungan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), investasi masuk setidaknya harus bisa menembus lebih dari Rp13 triliun dalam 5 tahun ke depan dalam rangka mencapai target tersebut.

Nantinya, Rosan mengungkap bahwa pihaknya mengincar portofolio investasi yang setidaknya mampu memberikan imbal hasil sekitar 10% p.a., serta mampu mendongkrak penciptaan lapangan kerja dalam negeri. "Karena setiap 3 tahun, bisa dibayangkan, penduduk yang lahir di sini itu sudah seperti kita bikin satu Singapura. Makanya, penciptaan lapangan kerja menjadi prioritas," tambah Rosan.

Oleh sebab itu, Rosan menekankan porsi gelontoran investasi dari pihaknya sekitar 80% akan berada di dalam negeri, baru 20% sisanya ke luar negeri. Danantara pun akan memperkuat kolaborasi dengan mitra-mitra investor global dalam aksi investasi tersebut.  Rosan pun percaya Danantara punya bekal posisi tawar yang kuat untuk merealisasikan target-target tersebut, menilik total aset Danantara tembus Rp15.000 triliun dan diperkirakan menjadi sovereign wealth fund (SWF) terbesar ke-6 di dunia.

"Kalau kita datang dan bicara Indonesia punya populasi terbesar nomor 4 di dunia, ekonomi terbesar di Asia Tenggara [Asean], dan wilayahnya luas. Mungkin cuma oke saja. Tapi kalau ditambah bahwa kita punya kapasitas buat ikut berinvestasi karena kita punya kapital sebesar ini, penglihatan mereka akan berbeda, mereka akan memperhatikan," ungkapnya.

Sebagai badan yang didorong sebagai pengelola modal terbesar di Indonesia, BPI Danantara diproyeksikan akan dapat mengelola aset hingga US$ 900 miliar atau sekira Rp 14,715 triliun. Namun, di awal operasinya, BPI Danantara akan mengelola dana sebesar Rp 300 triliun.

Pada tahap ini, peneliti TII, Alvin Nicola menekankan bahwa dana sebesar triliunan rupiah itu berasal dari hasil efisiensi atau pemangkasan anggaran beberapa lembaga pemerintahan, baik kementerian maupun pemerintah daerah, termasuk lembaga yang secara langsung bertanggung jawab pada layanan publik seperti pendidikan dan kesehatan.

Sehingga dia mewanti-wanti dana sebesar itu bisa berpotensi menjadi lahan bancakan jika tidak ada pengawasan yang cukup. Adapun kekhawatiran soal fungsi pengawasan di Danantara terletak pada siapa saja yang mengisi pos jabatan badan pengelola dana investasi itu. “Dana yang dikelola begitu banyak, dan bisa saja rawan disalahgunakan untuk kepentingan tertentu yang tentu menyimpang,” kata Alvin kepada Law-justice, Kamis (27/2/2025).

(Rohman Wibowo\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar