Bahlil : Import Minyak Alasan Pengelolahan Di RI Bermasalah

Sabtu, 01/02/2025 14:43 WIB
 Bahlil : Import Minyak Alasan Pengelolahan  Di RI Bermasalah   foto:  (TV Parlemen).

Bahlil : Import Minyak Alasan Pengelolahan Di RI Bermasalah foto: (TV Parlemen).

Pengelolaan Minyak Bumi, law-justice.co -  

Fenomena transmisi budaya korupsi pengelolahan sumber daya minyak dan gas alam di Indonesia, Permasalahan penelitian ini adalah Indonesia dibekali dengan sumber daya alam yang melimpah, termasuk sumber daya minyak dan gas alam. Seharusnya sumber daya minyak dan gas alam tersebut dikuasai oleh negara demi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kenyataannya rakyat Indonesia tidak juga sejahtera walaupun melimpahnya sumber daya minyak dan gas alam tersebut.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menduga pengelolaan minyak bumi di Indonesia bermasalah,

sehingga pemerintah terus mengimpor minyak. Bahkan, jumlahnya mencapai satu juta barel per hari (bph).


"Saya ini tidak pernah punya bisnis di minyak atau punya pengalaman di minyak, tapi penciuman saya ini ada yang tidak beres. Tata kelola mungkin yang kita harus clear (rapikan)," ucap Bahlil dalam Berita Satu Outlook 2025 di Jakarta, dikutip Jumat, 31 Januari 2025.

Bahlil menuturkan kondisi tersebut berbanding terbalik saat di 1997, dimana Indonesia saat itu mampu memproduksi sekitar 1,6 juta barel minyak per hari. Di periode tersebut, Indonesia disebut mengekspor minyak sampai satu juta barel.

"Namun, sekarang ironi. Kita mengimpor 54 persen minyak dari Singapura, negara yang tidak punya minyak. Memang ini by design (diatur) ada pola-pola kerja sama yang dilakukan untuk menurunkan lifting," tuding Politikus Partai Golkar itu.

Diberitakan :
Genjot Produksi BBM, Pemerintah Tahan Ekspor Minyak Mentah


Meghidupkan kembali 6.000 sumur tua

Guna meningkatkan lifting minyak, Bahlil menjelaskan pemerintah akan mengaktifkan 6.000 sumur idle atau sumur tua atau sudah tidak aktif secara lama guna menghasilkan 180 ribu barel minyak per hari.

Langkah tersebut menggunakan teknologi chemical enhanced oil recovery (EOR) di sejumlah lapangan migas. Ini merupakan metode untuk meningkatkan produksi minyak bumi dari sumur dengan menginjeksikan material khusus seperti senyawa kimia sehingga minyak yang awalnya tidak bisa terangkat dari dalam bumi (reservoir) menjadi terproduksi.

"Yang kita lakukan pertama mengaktifkan sumur-sumur idle kita. Kita mengoptimalkan sumur-sumur yang ada itu dengan teknologi termasuk EOR," ucapnya.

Bahlil menyebut Indonesia perlu mengadopsi teknologi pengeboran minyak seperti yang dilakukan pemerintah Amerika Serikat (AS) yang sudah canggih dan mampu menggenjot pengeboran minyak di sumur-sumur migas.

"Kalau di Amerika dari tiga juta barel menjadi 13 juta barel per hari karena dia mengebor secara horizontal supaya bagian minyak yang tidak pernah diangkut naik itu bisa terangkat. Kalau di kita, teknik pengeboran masih vertikal," aku Bahlil.

Budaya korupsi yang merajalela 

Sisi yang lain dari hasil disertasi Bambang Slamet Riyadi  memberitakan :   sesuai dengan temuan menyatakan bahwa institusi maupun perorangan yang mengkorupsi uang negara lebih banyak didominasi oleh kekuasaan di birokrasi, eksekutif dan legislatif, meskipun tidak dipungkiri kalangan swasta dan para politisi di partai politik juga punya kecenderungan melakukan korupsi.
 
Birokrasi, eksekutif dan legislatif modern yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam pelayanan publik yang anti pemberantasan korupsi, justru memiliki kecenderungan kuat untuk melakukan penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power) dan koruptif.
Pengelolaan minyak bumi di Indonesia pernah dikaitkan dengan korupsi, seperti . dugaan korupsi di BUMD Migas Rokan Hilir dan Sulawesi Barat
 
Beberapa faktor yang menyebabkan korupsi dalam pengelolaan minyak bumi di Indonesia, antara lain: Budaya korupsi yang merajalela, Kecintaan terhadap uang dan gaya hidup mewah, Kesenjangan sosial, Mekanisme transaksional dalam setiap momen transisi. 
 
 

(Patia\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar