Terbang ke India, Pemerintah RI Ajak Investasi Nikel dan Batu Bara

Presiden Prabowo Subianto dan sejumlah menteri kabinet RI saat berkunjung ke India pada Januari 2025. Foto: Kemen ESDM
Jakarta, law-justice.co - Kunjungan pemerintah Indonesia ke India bukan sebatas menghadiri seremoni hari jadi negara berjuluk Negara Anak Benua itu. Namun, ada kepentingan menggaet India sebagai investor dalam hilirisasi industri ekstraktif. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengatakan bahwa hilirisasi merupakan langkah yang tidak dapat dihindari demi memperkuat ketahanan ekonomi nasional.
Terkait peluang kerja sama dengan India, Bahlil menyoroti peran penting Indonesia sebagai salah satu produsen utama mineral strategis dunia. India memiliki peluang untuk mendukung hilirisasi sektor batu bara serta berinvestasi pada mineral kritis seperti nikel yang penting untuk pengembangan baterai kendaraan listrik.
"Kerja sama di sektor hilirisasi nikel sangat strategis bagi kedua negara. Indonesia dapat menjadi pusat produksi baterai kendaraan listrik, sementara India berperan sebagai mitra utama dalam rantai pasok global," ujar Bahlil di sela kunjungannya bersama Presiden Prabowo Subianto dan delegasi RI di India, dikutip laman Kemen ESDM, Minggu (26/1/2025).
Lebih lanjut, Bahlil menekankan bahwa kerja sama dengan India merupakan peluang emas untuk mempercepat pengembangan industri berbasis mineral dan energi di Indonesia.
"Kolaborasi ini tidak hanya membawa manfaat ekonomi, tetapi juga membuka ruang bagi penguatan industri dalam negeri melalui transfer teknologi dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia," katanya.
Bahlil menekankan bahwa hilirisasi bukan sekedar meningkatkan nilai tambah komoditas dalam negeri, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan mempercepat pertumbuhan industri manufaktur berbasis sumber daya alam.
"Dengan hilirisasi, kita tidak hanya mengekspor bahan mentah, tetapi juga mengekspor produk bernilai tambah yang mampu memberikan manfaat lebih besar bagi ekonomi nasional," tuturnya.
Adapun India merupakan mitra dagang strategis Indonesia, dan selama periode tahun 2023, neraca perdagangan Indonesia terhadap India mengalami surplus sebesar 7,5 Milyar USD. Surplus neraca perdagangan ini utamanya berasal dari komoditas batubara dan kelapa sawit.
Melalui kerja sama dengan India, Bahlil mengklaim Indonesia mampu mempercepat transformasi ekonominya, sekaligus memperkuat posisinya sebagai pemain utama dalam rantai pasok global. Kebijakan hilirisasi yang konsisten diyakini akan membawa dampak positif dalam jangka panjang bagi perekonomian nasional serta hubungan bilateral antara kedua negara.
Dari temuan Jatam, saat ini terdapat sekitar 380 izin tambang nikel dengan luas konsesi hampir mencapai satu juta hektar. Dalam operasionalnya, terjadi pencaplokan lahan yang berdampak pada hilangnya ruang pangan dan konflik sosial, kekerasan dan intimidasi, hingga kriminalisasi, pencemaran air, udara, dan laut, serta perusakan kawasan hutan yang memicu hilangnya wilayah resapan air dan deforestasi.
Komentar