Nawaitu Redaksi

Aksi Fufufafa dan Respon Melawan Prabowo

Sabtu, 07/12/2024 13:52 WIB
Usai Gelar Doktor Bahlil, Publik Pertanyakan Ijazah Jokowi & Fufufafa. (Kolase dari berbagai sumber).

Usai Gelar Doktor Bahlil, Publik Pertanyakan Ijazah Jokowi & Fufufafa. (Kolase dari berbagai sumber).

Jakarta, law-justice.co - Kabinet jumbo Prabowo memang belum genap seratus hari bekerja, namun aura keberpihakan kepada kepentingan rakyat sudah mulai terasa. Gaji guru ASN dan honorer dinaikkan, upah minimal buruh ditingkatkan, kredit macet Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) diputihkan, komitmen untuk melaksanakan pemerintah yang bersih, penghematan anggaran negara dan sebagainya.

Kebijakan kebijakan pro rakyat tersebut diambil ditengah kondisi anggaran negara yang cekak warisan pemerintah sebelumya serta warisan utang negara yang begitu besar jumlahnya. Tetapi semua itu tidak menghalangi tekad pemerintahan Prabowo untuk menjalankan visi dan misinya.

Sungguhpun demikian, pelaksanaan program program pro rakyat ini disinyalir tidak akan mulus jalannya. Karena dalam pemerintahannya sendiri sebenarnya masih ada “riak riak perlawanan” yang tidak sejalan dengan kehendak Prabowo sebagai pimpinannya.

Di kabinet merah putih disinyalir sedang terjadi pertarungan antara orang-orang yang ingin menyelamatkan bangsanya, ingin agar rakyat menikmati ekonomi, ingin agar kedaulatan di tangan rakyat berhadapan dengan penimat kekuasaan yang dilahirkan, yang dipelihara oleh Mulyono selama 10 tahun berkuasa. Mereka adalah orang orang yang tidak mau kehilangan kekuasaan, kenikmatan sehingga dipasanglah Gibran Rakabuming Raka alias fufufafa untuk kelangsungan kenikmatan mereka.

Untuk terus menancapkan kekuasaan lima tahun ke depannya, fufufafa dengan jaringan pendukungnya sudah melakukan aktifitas aktifitas dalam rangka membangun citra, mirip seperti yang dilakukan oleh Mulyono saat dulu ketika ingin berkuasa.

Seperti apa geliat usaha fufufafa untuk bisa berkuasa menjadi boneka oligarki lima tahun ke depannya ?, Benarkah pemerintahan Prabowo yang sekarang berkuasa banyak dikelilingi oleh orang orangnya Mulyono yang menjadi penguasa sebelumnya ?. Seperti apa gambaran lengkingan suara Prabowo yang berusaha lepas dari cengkeraman kekuasaan Mulyono dan kaki tangannya ?

Geliat Fufufafa

Kalau di era sebelumnya wakil Presiden Ma’ruf Amin diperlakukan hanya sebagai “ban serep” dibawah kendali Mulyono maka Fufufafa yang sekarang menjadi wakil presiden Prabowo rupanya  ingin  tampil beda.Ia tak ingin duduk manis di istana seperti wakil Presiden sebelumnya. Fufufafa bergerak lincah seolah olah melebihi presidennya. Kelincahan dalam “bekerja” ini tidak semata mata karena menjalankan tugasnya tetapi bisa dibaca sebagai bagian dari persiapannya untuk menjadi orang pertama di Indonesia saat pemilihan itu tiba.

Fufufafa yang kini menjadi wakil presiden ingin meneruskan ambisinya menjadi orang pertama di Indonesia menerusakan kebijakan ayahandanya yang sudah berkuasa sepuluh tahun lamanya. Selama berkuasa sepuluh tahun itu disinyalir hubungan antara Mulyono dan oligarki begitu mesra sehingga oligarki membutuhkan sosok pemimpin Indonesia yang bisa menjaga kepentingannya. Kebetulan Fufufafa bisa dijadikan sandaran untuk menjaga kepentinganya jika kelak menjadi orang pertama di Indonesia. Itulah sebabnya pemimpin boneka yang pro oligarki ini perlu disiapkan dengan matang untuk bisa berkuasa nantinya.

Kiranya ada beberapa tanda yang mengindikasikan bahwa fufufafa memang telah dipersiapkan untuk menjadi pemimpin Indonesia lima tahun kedepannya. Sehingga untuk mencapai tujuan itu, sejak awal mula Fufufafa sudah menyiapkan panggung pencitraannya. Beberapa diantaranya adalah

Pertama, Gibran Bertemu Wapres China di Hari Pertama Kerja. Seperti diberitakan, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka bertemu dengan Wakil Presiden China Han Zheng di hari pertamanya menjabat sebagai wakil presiden Republik Indonesia.

Pertemuan tersebut ada yang menilai bukan pertemuan biasa melainkan ada kandungan politisnya. Paling tidak Gibran tak ingin dikesankan sebagai wakil presiden yang hanya menjadi ban serep saja seperti wakil presiden sebelumnya. Ia juga tidak ingin kalah pamor dengan Prabowo yang menjadi presidennya. Terbukti ketika terjadi pertemuan dirinya dengan wakil Presiden China, sorot kamera lebih banyak mengarah kepadanya sehingga banyak diberitakan oleh media

Kedua, Tinggalkan Presiden, Gibran Kabur Duluan dari Akmil Magelang. Gibran Rakabuming Raka, Wakil Presiden Republik Indonesia, tiba-tiba kabur dari acara pembekalan para menteri di Akademi Militer (Akmil) Magelang. Pada hal saat itu para menteri dan wakil menteri Kabinet Merah Putih sedang mengikuti pembekalan yang dipimpin langsung oleh Presiden Prabowo Subianto, tiba tiba Gibran meninggalkan lokasi acara.

Ternyata, Gibran kabur dari Akmil bukan karena alasan yang mendesak atau urusan penting lainnya. Ternyata  ia hanya ingin blusukan ke Pasar Gotong Royong, Magelang, sebuah kegiatan yang sering dilakukan oleh ayahnya.  Keputuan Gibran yang meninggalkan kegiatan resmi di Akmil untuk blusukan, tentu saja menjadi sorotan media. Banyak yang menganggap ini sebagai ketidakdisiplinan mengingat Akmil memiliki aturan ketat dan jadwal yang harus diikuti dengan saksama.

Ada yang menilai langkah Gibran ini sebagai indikasi bahwa ia lebih mementingkan agenda pribadinya untuk pencitraan ketimbang bersinergi dengan anggota kabinet Merah Putih untuk mempersiapkan program program ke depannya.

Ketiga, Program Layanan `Lapor Mas Wapres` Itu Inisiatif Gibran Sendiri Tanpa Koordinasi dengan Presiden Prabowo.Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi mengatakan, layanan Lapor Mas Wapres merupakan inisiatif Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.Gibran menurutnya tidak secara langsung berkoordinasi dengan Presiden Prabowo Subianto dalam membuat kebijakan Lapor Mas Wapres yang digagasnya.

Menurut pengamat kebijakan publik Agus Pambagio, Layanan `Lapor Mas Wapres` yang digagas Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka tak dianggap sebagai inovasi, melainkan kemunduran dalam pelaksanaan administrasi negara. Menurutnya,  layanan pengaduan yang dilakukan di tingkat Wapres merupakan sesuatu yang tidak perlu diadakan, lantaran ada potensi tumpang tindih tupoksi dengan lembaga dan kementerian lain hingga proses birokrasi yang panjang. Selain itu, proses transparansi sering kali sulit dilakukan dalam proses layanan pengaduan.

“Bisa tumpang tindih, terus apakah ada laporan ke publik, berapa yang masuk, berapa yang bermasalah, berapa yang selesai, kalau nggak selesai gimana? Itu mesti dijelasin ke publik. Kalau dipegang Setwapres nanti rangkaiannya panjang. Laporan mesti ke siapa? Memang bisa panggil menteri?” tutur dia di Jakarta, Selasa (12/11/2024).

Patut diduga bahwa , layanan Lapor Mas Wapres hanyalah bentuk kampanye terselubung fufufafa untuk menaikkan citranya. Pada hal kegiatan seperti itu sebenarnya  sudah pernah dijalankan oleh Kantor Staf Kepresidenan (KSP) akan tetapi tak berjalan baik, hanya sebagai wadah aduan, eksekusi tetap di kementerian bukan di istana.

Ke empat, Bagi sembako di Jaktim, Gibran Dicibir Pedas, Disebut `Konyol` dan Malah Lakukan Tugas Ketua RT. Seperti diberitakan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka membagikan bingkisan bantuan untuk korban banjir di Jatinegara, Kampung Melayu, Jakarta Timur, Kamis, (28/11/2024).

Pengamat politik Rocky Gerung menyindir aksi Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka blusukan sembari membagikan bingkisan bantuan untuk korban banjir di Jatinegara, Kampung Melayu, Jakarta Timur, Kamis, (28/11/2024).Rocky menilai pemberian bantuan itu bukanlah tugas Gibran sebagai seorang wapres. Bahkan, dia menganggap tindakan Gibran itu konyol.

Kata mantan dosen Universitas Indonesia itu, Gibran tak perlu datang ke lokasi pengungsian guna memberikan bantuan sembako. Pasalnya, membagikan sembako adalah tugas aparat setempat.Rocky menyebut Gibran sebagai orang nomor dua di Indonesia seharusnya menangani urusan makro.

"Tugas Gibran bukan di situ, tugas Gibran memantau pembangunan, memantau desain pelaksanaan, desain dari plan kabinet kan itu tugas wakil presiden, bukan membagi-bagikan itu. Itu kan tugas ketua RT," kata Rocky dalam videonya yang ditayangkan di YouTube Rocky Gerung Official pada Jumat (29/11/2024).

Alhasil kegiatan Gibran itu bisa disebut sebagai bentuk  bentuk cawe-cawe dan pencitraan politik semata. Apalagi pada  tas sembako yang dibaginya bertuliskan "Bantuan Wapres Gibran Rakabuming Raka".

Tas bertuliskan "Bantuan Wapres Gibran"sangat tak layak ditampilkan jika anggaran sembako itu bersumber dari APBN (Anggaran Penapatan dan Belanja Negara).Kalau sembako itu didanai dari APBN, maka idealnya disebut Bantuan Pemerintah atau Bantuan Negara. Dengan begitu, bantuan itu tidak di persepsi orang sebagai bantuan pribadi Gibran Rakabuming Raka

Lagi pula jika sembako itu diberikan sebagai bantuan pemerintah atau bantuan negara, pembagian itu lebih baik itu dilakukan oleh Kementerian Sosial saja.Dengan demikian, wapres akan menempatkan Kementerian Sosial sesuai fungsi dan tugasnya.

Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Gibran dalam rangka menaikkan citranya itu disinyalir memang menjadi agendanya untuk persiapan menjadi orang pertama di Indonesia nantinya. Apalagi pada awal bulan November yang lalu sempat muncul buku Gibran The Next President Indonesia.

Kemunculan buku tersebut langsung saja membuat geger publik yang memberikan berbagai teori dan analisanya. Said Didu eks sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), termasuk orang yang ikut mengomentarinya

Dalam cuitannya, tokoh yang aktif berkomentar di laman X ini menyebut jika hal tersebut adalah hal yang dipersiapkan,"Ini keinginan dan sedang dipersiapkan oleh oligarki untuk jadi boneka," tulis Said Didu. "Ngeri ngeri" balas netizen. "Sangat menyedihkan" komentar akun lainnya."Sekarang sudah terlihat prosesnya" ungkap netizen."Harus dijegal sih pak" tulis akun lainnya.

Bandit Disekitar Pemerintahan Prabowo

Geliat fufufafa yang sedang mempersiapkan dirinya untuk  menjadi orang pertama di Indonesia terjadi ditengah pergulatan pemerintahan Prabowo yang masih dikuasai oleh orang orang lama pendukung fufufafa dan ayahnya.

Lalu siapa kira kira orang orang bermasalah di sekitar Prabowo yang membuat sang Presiden seperti takluk kepada mereka ?. Dalam diskusi publik Ngopi (Ngobrol Politik Negeri) yang digelar dengan mengangkat tema “Ada apa dengan Prabowo”, pada Sabtu 9 November 2024 di Jakarta yang lalu, Said Didu mantan Sekertaris BUMN, dalam orasinya menyatakan ada 5 tipe manusia disekeliling Prabowo  yang mempengaruhi kebijakannya yaitu: 1. Politisi, 2. Profesional, 3. Oligarki, 4. Dinasti, dan 5. Juru maki.

Partai Politik atau politisi adalah orang orang orang disekitar Prabowo yang masuk kabinet melalui jalur partai politik dimana mereka itu diusulkan oleh partai politik untuk masuk menjadi bagian dari kabinet yang dibangun Prabowo agar berkiprah disana

Profesional adalah Individu yang dipilih berdasarkan keahlian profesional, meskipun dalam praktiknya, banyak juga yang berasal dari afiliasi politik atau oligarki, tetapi orang orang ini bekerja mengabdikan dirinya karena kemampuan profesionalnya

Oligarki adalah sekelompok yang memiliki pengaruh besar melalui kekayaan dan koneksi, di mana mereka menempatkan orang-orangnya untuk mengamankan kepentingan ekonomi dan bisnisnya agar kepentingannya tetap terjaga di era Presiden Prabowo berkuasa.

Adapun Juru Maki adalah  Istilah ini digunakan untuk menggambarkan individu yang ditugaskan untuk menyerang atau memaki siapa pun yang mengkritik atau tidak mendukung Jokowi dan Prabowo. Mereka berbeda dengan juru bicara yang bertugas menjelaskan kebijakan pemerintah yang berkuasa melainkan lebih berupaya membela secara membabibuta jika ada serangan terhadap penguasa khususnya fufufafa dan ayahnya.

Terakhir Dinasti:  adalah orang orang disekitar Prabowo yang digunakan untuk mengamankan kepentingan keluarga dan dinasti politik, di mana individu yang terafiliasi dengan keluarga penguasa ditempatkan di posisi strategis guna melindungi kepentingan pribadi dan bisnis keluarga.

Para politisi dan profesi yang bergabung disekitar Prabowo pada umumnya adalah orang orang yang masih memiliki itikad untuk memperbaiki bangsa ini dengan mengabdikan dirinya pada bangsa dan negara. Tetapi kelompok tiga yang lainnya yaitu dinasti, oligarki dan juru maki lebih cenderung ingin mempertahankan kehidupan nyaman mereka yang telah dinikmati di era Presiden sebelumnya.

Komposisi manusia manusia disekitar Prabowo tersebut menurut Said Didu jika di urai ternyata lebih banyak orang yang pro Mulyono daripada Prabowo. Ditingkat posisi Menteri, orang orang yang berafiliasi dengan Mulyono ada 25 orang (Partai 5, Oligarki 8, Juru Maki 7, Dinasti 5) sementara yang ke Prabowo hanya 7 orang (Partai 5 orang, Professional 2 orang)

Dari posisi pejabat setingkat Menteri, komposisinya yang berafiliasi ke Mulyono ada  11 orang (Juru Maki 6 orang, Dinasti 3 orang, Oligarki 2 orang) sementara yang ke Prabowo : 8 orang (Profesional 5 orang, Partai 2 orang, Oligarki 1 orang).

Munculnya orang orang bermasalah di kabinet Prabowo merupakan hasil “kesepakatan” antara kubu Mulyono dengan Prabowo tanggal 13 Oktober 2024 yang menghasilkan “lima panca wajib “ yang harus di patuhi oleh Prabowo. Lima panca wajib itu adalah: jangan libatkan PDIP dikabinetnya, lindungi Mulyono dan keluarganya, masukkan orang orang Mulyono dikabinet, lanjutkan hubungan strategis dengan China dan lindungi fufu fafa.

Hingga saat ini diduga tarik ulur kekuatan antara kubu Mulyono dan Prabowo masih berlangsung sejak adanya “kesepakatan” tanggal 13 Oktober sebelum pelantikan Prabowo. Dengan demikian perebutan kekuasaan di Pilpres 2024 yang lalu itu sebenarnya hanya formalitas saja. Pertempuran dalam perebutan pengaruh dan kekuasaan justru terjadi setelahnya.

Perebutan kekuasaan yang sekarang terjadi adalah antara kubu Merdeka Selatan dan kubu merdeka utara. Dalam bacaan Said Didu, kubu Merdeka Selatan yang kebanyakan merupakan representasi dari kaum oligarki, dinasti dan juru maki dikuasai oleh kubu Mulyono dan gengnya. Sementara kubu Merdeka Utara yang terdiri dari kaum professional dan politisi titipan dibawah kendali Prabowo.

Saat ini kubu Merdeka Utara nampak kalah pengaruh dengan Kubu Merdeka Selatan sehingga Prabowo seperti tiada daya meskipun posisinya sebagai Presiden Republik Indonesia. Itulah hal yang banyak disayangkan oleh banyak pihak mengenai sosok Prabowo yang masih berada dibawah bayang bayang kekuasaan presiden sebelumnya.

Karena pengaruh Mulyono dan gengnya pula sehingga menurut Said Didu Prabowo seperti lupa pada jati dirinya sebagai Presiden Republik Indonesia. Pada hal sebenarnya menurut Said Didu, Prabowo itu mempunyai lima modal dasar sebagai pemimpin bangsa.

"Ada lima sebetulnya modal dia, dia punya nasionalisme, punya jiwa kerakyatan, dia punya rasa keadilan tinggi, dia punya pengetahuan, dia demokratis. Dan lima ini tidak dimiliki oleh Jokowi," jelas Said Didu seperti dikutip dari video yang diunggah ulang di akun TikToknya Rabu (29/5/2024). Meski begitu, lima modal yang dimiliki Prabowo saat ini sepertinya hilang akibat masih mengekor pada kekuatan Mulyono yang sebenarnya sudah menjadi orang biasa.

Menurut mantan Jubir pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar di Pilpres 2024 ini, Jokowi merupakan racun."Tapi pertanyaannya ada racunnya satu yang menghilangkan ini semua, dia terlalu patuh sama Jokowi, ini bisa menghilangkan yang lima itu tadi," tudingnya.

Akibat daripada sikapnya yang masih mengekor Mulyono dan gengnya,Prabowo belum bisa melaksanakan cita citanya yang notabene merupakan obsesi utamanya ketika terjun ke dunia politik dengan mendirikan partai Gerindra.

Prabowo mempunyai obsesi agar ekonomi harus dinikmati oleh rakyat Indonesia. Bahwa Kedaulatan ada ditangan rakyat sebagai pemilik kekuasaan yang sebenarnya. Bahwa ia ingin sekali merealisasikan gagasannya menjalankan ide idenya sebagaimana yang ditulisnya di buku yang diberi judul paradoks Indonesia. Sebuah obsesi dan cita cita yang sederhana  tapi belum bisa direalisasi sesuai mimpinya.

Lengkingan Minta Tolong Prabowo

Dengan kondisi sebagaimana digambarkan diatas, Said DIdu berharap Prabowo Subianto bisa meniru jejak Habibie yang menjadi Presiden setelah tumbangnya rejim Orde Baru (Orba).Sosok Habibie kerap mengaku bahwa ia adalah murid dari Soeharto yang telah berkuasa 32 tahun lamanya.

Ia dibesarkan oleh Presiden Soeharto sangat lama dan menjadi anak emasnya.Meski begitu ketika ia menjabat sebagai presiden setelah Soeharto lengser, kebijakan yang diambil bertolak belakang dengan sikap presiden sebelumnya.

"Saya menitip pesan ke Pak Prabowo, contohlah pak Habibie dia ini dulu kan selalu bilang Soeharto adalah gurunya tapi ketika ia menjabat dia mengambil keputusan mengambil jalan yang berbeda dari Pak Harto," ujarnya.

"Dia bebaskan pers, bebaskan tahanan politik yang berbeda dengan Pak Harto. Nah Prabowo ini kan dibesarkan Jokowi lima tahun, sementara Habibie ini kan dibesarkan Soeharto 32 tahun lamanya. Negara ini sekarang rusak sekali saya berharap Prabowo bisa mencontoh Habibie," imbuhnya.

Bisa jadi harapan Said Didu itu juga menjadi harapan rakyat Indonesia pada umumnya. Sebuah harapan yang belum bisa disaksikan sekarang karena begitu kuatnya cengkeraman kelompok penguasa sebelumnya. Mereka sepertinya tidak rela melepaskan kenyamanan yang selama ini dinikmatinya.

Menurut bacaan Beathor Suryadi, politikus PDI Perjuangan, mengatakan Presiden Prabowo saat ini memang berada dalam situasi yang rumit karena masih terkungkung dalam kendali presiden sebelumnya.

Menurutnya, Presiden Prabowo Subianto memang berkuasa, namun belum sepenuhnya bebas dari pengaruh kekuasaan lama. “Saya melihat Prabowo sebagai presiden yang meminta pertolongan dari kita, rakyatnya,” ungkap Beathor dalam diskusi bertajuk NGOPI: NGOBROL POLITIK NEGERI! berjudul Ada Apa Dengan Prabowo? yang disiarkan channel YouTube Refly Harun, dikutip KBA News, Sabtu, 9 November 2024.

Saat ini masih banyak orang orang bermasalah disekitar Prabowo. “Bayangkan, dari tujuh menteri koordinator, lima diduga punya kasus korupsi,” lanjutnya. Menurutnya, posisi Airlangga Hartarto dengan 11 dugaan perkara korupsi dan Zulkifli Hasan dengan empat perkara, serta sejumlah menteri lain dengan dua perkara masing-masing, mencerminkan tantangan besar yang dihadapi Prabowo. “Prabowo seolah meminta bantuan rakyat untuk menghadapi situasi ini,” ungkapnya.

Sejak awal menjabat, Prabowo beberapa kali tampil dengan pidato penuh semangat, termasuk saat dilantik di Gedung MPR/DPR, pidato di Akademi Militer, dan dalam acara Gerakan Solidaritas Nasional (GSN).

Menurut Beathor, gerakan seperti GSN menunjukkan bahwa Prabowo membutuhkan dukungan sipil untuk melawan pengaruh oligarki. GSN adalah gerakan masyarakat untuk mengontrol pemerintah, bukan sekadar dukungan belaka.

Sebagai langkah memperkuat dukungan rakyat, Prabowo juga mendekati kelompok buruh, nelayan, dan petani dengan melunasi sebagian utang mereka. “Prabowo merasa kecil di tengah kekuasaan yang didominasi oleh ‘raja-raja uang’ dan sosok-sosok yang punya kekuasaan di luar kekuasaannya,” tambahnya.

Beathor menegaskan bahwa jika rakyat tidak bergerak mendukung Prabowo, maka kesempatan ini akan sirna. “Prabowo seolah berteriak: jangan kebiri saya. Dia tahu ada masalah besar yang tidak bisa dia atasi sendirian,” jelasnya.

Beathor menutup pernyataannya dengan mengajak rakyat Indonesia untuk bersatu dan menggerakkan kekuatan dalam menghadapi tantangan-tantangan besar, terutama untuk mengatasi para oligarki yang dinilai membawa pengaruh negatif bagi bangsa dan negara.

Sepertinya kita sepakat dengan pemikiran seorang Beathor Suryadi untuk menggelorakan dukungan kepada Prabowo mewujudkan mimpinya mewujudkan negara yang adil dan sejahtera sesuai tujuan negara yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945.

 

 

(Warta Wartawati\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar