Vio Hilang 3 Hari di Gunung Slamet Bertahan Hidup dengan 3 Potong Roti

Rabu, 09/10/2024 20:59 WIB
Pendaki asal Kota Semarang, Naomi Daviola dan ibunya, Dwi Ningsih Veronica, di rumahnya di Kelurahan Karangroto, Kecamatan Genuk, Kota Semarang, Rabu (9/10/2024). (Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng)

Pendaki asal Kota Semarang, Naomi Daviola dan ibunya, Dwi Ningsih Veronica, di rumahnya di Kelurahan Karangroto, Kecamatan Genuk, Kota Semarang, Rabu (9/10/2024). (Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng)

Jakarta, law-justice.co -  Pendaki wanita asal Kota Semarang yang sempat hilang di jalur pendakian Gunung Slamet selama tiga hari ternyata bertahan dengan hanya tiga potong roti.

Adalah Naomi Daviola Setyanie (17), siswi SMK tersebut tersesat dengan perbekalan yang minim sebelum akhirnya dapat ditemukan.

Tim SAR Bambangan, Sumarudin, yang menjumpai korban pertama kali mengatakan saat ditemukan Vio dalam kondisi lemas. Meski begitu korban berhasil hidup dengan mengonsumsi bekal roti yang dibawa.

"Dia bilangnya masih ada roti tiga jadi diawet-awet. Dengan bekal roti itu. Karena dia bawa roti satu bungkus, untuk hari pertama dimakan setengah bungkus dan sampai hari terakhir menghabiskan yang setengah bungkus," kata Sumarudin saat dihubungi detikJateng, Selasa (8/10/2024).

Sedangkan untuk minum, menurut dia, Vio mengambil air dari sungai mengalir di jalur yang ia lewati.

"Kalau minumnya dia menemukan air di sungai. Alhamdulillah kalau air di Gunung Slamet insyaallah aman," terangnya.

Vio bersama 40 rombongan lainnya memang mengikuti kegiatan pendakian open trip. Pendakian ini tergolong cukup ekstrem, karena dilakukan dengan tek-tok yang dimulai pada Sabtu (5/10) malam pukul 23.00 WIB.

Oleh sebab itu perbekalan yang dibawa tidak banyak. Termasuk tenda yang biasanya digunakan untuk bermalam saat pendakian juga tidak membawa.

Selama tiga hari hilang, pada malam harinya selalu menghadapi cuaca hujan. Pada saat itu, ia hanya bisa berteduh di bawah rimbunnya pepohonan mengenakan jas hujan dalam kondisi gelap gulita.

"Dia sempat kena hujan terus, di antara dua malam. Dia istirahatnya di bawah pohon, terus dia pakai jas hujan jadi bisa berlindung. Sama sekali tanpa adanya headlamp, bahkan HP-nya itu sudah lowbat," jelasnya dikutip dari Detik.

Sumarudin cukup terkejut dengan jalur yang dipilih oleh Vio. Sebab, melenceng sangat jauh dari jalur yang digunakan saat mendaki via Bambangan.

"Dia memang seorang diri, memang itu bukan jalurnya. Saya juga agak bingung kenapa dia sampai di situ. Luar biasa jauhnya. Kalau dari Pos 7 via Bambangan sekitar 3 km sampai ke TKP. Kalau dia jalan lurus tembusnya di Baturraden," jelasnya.

Sumarudin menjelaskan Vio tersesat sejak pertama turun dari puncak. Ia memang posisinya di depan rombongan. Namun tak disangka kabut tipis membuat Vio memilih salah jalur turun.

"Katanya dari atas dia masih bareng. Survivor di depan. Pas nengok ke belakang itu masih ada temannya dua (orang). Tapi setelah itu ada kabut agak tipis-tipis dia akhirnya lanjut ke arah kanan," ujarnya.

"Ditengok lagi temannya sudah tidak ada. Salah jalur dari mulai Pos 9. Dia itu salah jalurnya di atas (batas) vegetasi ambil jalur kanan. Sama sekali tidak ada pendaki dan memang dia sendirian,"pungkasnya.***

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar