Saksi Korupsi Timah Akui CV Salsabila untuk Akomodasi Penambang Ilegal
Pemerintah, Reklamasi 18 Hektare Lahan Eks Tambang Timah� ( foto: radarbangka.co.id)
Jakarta , law-justice.co - Bekas evaluator Divisi P2P PT Timah Tbk, Apit Rinaldi Susanto, bersaksi di kasus korupsi pengelolaan timah. Apit mengakui CV Salsabila Utama dibuat untuk mengakomodasi penambang ilegal.
Apit Rinaldi, yang dihadirkan jaksa, bersaksi untuk terdakwa Mochtar Riza Pahlevi Tabrani selaku mantan Direktur Utama PT Timah Tbk 2016-2021, Emil Ermindra selaku mantan Direktur Keuangan PT Timah Tbk periode 2016-2020, dan MB Gunawan selaku Direktur Utama PT Stanindo Inti Perkasa di Pengadilan Tipikor Jakarta, Rabu (18/9/2024). Mulanya, jaksa mendalami soal keterkaitan CV Salsabila Utama, CV Sabang Jaya, CV Candra Jaya dan CV Teman Jaya dalam kasus ini.
"Kemudian, tadi saksi menyebutkan Salsabila. Terkait dengan salah satu direksi. Kemudian, ada Sabang Jaya, Candra Jaya, Teman Jaya, itu apa?" tanya jaksa.
"Kalau Candra Jaya, Teman Jaya, dan Diratama itu kemitraan kita untuk penambangan Pak, IUJP (izin usaha jasa pertambangan)," jawab Apit.
"Apakah sama posisinya dengan Salsabila?" tanya jaksa dilansir dari Detik.
"Bukan, beda, Pak," jawab Apit.
"Kalau Sabang Jaya gimana?" tanya jaksa.
"Sabang Jaya itu sama dengan Salsabila untuk SPK (surat perintah kerja) pengangkutan, Pak," jawab Apit.
Jaksa lalu menanyakan apakah CV tersebut didirikan untuk mengakomodasi penambang ilegal, yang kemudian bijih timahnya dibeli oleh PT Timah. Apit membenarkannya.
"Apakah CV, CV tersebut digunakan oleh PT Timah untuk mengakomodir tambang-tambang ilegal dari masyarakat yang menambang di PT Timah menggunakan CV, CV yang saya sebutkan, kemudian dibeli PT Timah?"" tanya jaksa.
"Iya, betul, Pak," jawab Apit.
Jaksa lalu mendalami Apit terkait tujuan pendirian CV Salsabila dan CV lainnya tersebut. Apit mengaku tak tahu detail.
"Apa tujuan dari PT Timah menggunakan Salsabila, Sabang Jaya, Candra Jaya, Teman Jaya, dan lain sebagainya? apa tujuannya?" tanya jaksa.
"Secara detail strategi saya tidak mengetahui, Yang Mulia," jawab Apit.***
Komentar