Ketika Aura Kebintangan Presiden Jokowi Akan Luntur Pasca 20 Oktober

Jum'at, 13/09/2024 06:58 WIB
Meskipun memiliki kedekatan dengan  Presiden joko Widodo, Bacagub Jakarta Pramono Anung tetap secara khusus mengagenda pertemuan dengan Jokowi dalam kapasitas sebagai mantan Gubernur Jakarta. Agenda serupa juga telah dia atur untuk jumpa Anies baswedan dan Basuki Tjahaya Purnama (Ahok). (Pinterpolitik)

Meskipun memiliki kedekatan dengan Presiden joko Widodo, Bacagub Jakarta Pramono Anung tetap secara khusus mengagenda pertemuan dengan Jokowi dalam kapasitas sebagai mantan Gubernur Jakarta. Agenda serupa juga telah dia atur untuk jumpa Anies baswedan dan Basuki Tjahaya Purnama (Ahok). (Pinterpolitik)

Jakarta, law-justice.co - Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI), Adi Prayitno menilai bahwa aura kebintangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pelan-pelan akan meredup pasca 20 Oktober 2024 atau selepas lengser dari jabatan Presiden Republik Indonesia (RI).

Pernyataan itu dia sampaikan dalam tayangan Indonesia Lawyers Club bertajuk "Presiden Diganti Sebulan 8 Hari Lagi, Setelah Oktober, Mau Kemana Jokowi?" yang dilihat redaksi, Jumat (13/9).

"Biasanya tokoh yang tidak lagi menjadi pejabat publik, presiden, gubernur, bupati, walikota, dan ketua-ketua Lembaga publik di negeri ini biasanya auranya kebintangannya hilang," kata Adi.

Adi mengatakan, meskipun tingkat kepuasan publik atau approval rating terhadap kinerja Jokowi saat ini tinggi, namun akan sirna selepas tidak memegang jabatan presiden.

"Publik hanya akan mengingat Jokowi dari infrastruktur dan bansos," kata Adi.

Adi mencontohkan nasib Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang auranya sudah hilang saat ini.

"Padahal dulu (era) SBY, ada satu istilah yang cukup bombastis. Dimana ada anak yang baru lahir bukannya nangis, tapi menyebut nama SBY karena saking populernya saat itu," kata Adi.

Namun sekarang, lanjut Adi, setelah SBY lengser, tak ada orang yang secara rajin memungut prestasi-prestasi politik yang dilakukannya selama 10 tahun memimpin Indonesia.

"Justru yang muncul adalah resistensi dan cerita-cerita buruk yang terkait dengan SBY," demikian Adi.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar