Ketika Paus Fransiskus Bahas Orang Kaya yang Selalu Keruk Kekayaan

Jum'at, 06/09/2024 05:30 WIB
Paus di Istana Bahas Kekerasan Ada karena Kekuasaan Paksa Penyeragaman. (Tankapan Layar Youtube).

Paus di Istana Bahas Kekerasan Ada karena Kekuasaan Paksa Penyeragaman. (Tankapan Layar Youtube).

Jakarta, law-justice.co - Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik seluruh dunia dan Kepala Negara Takhta Suci Vatikan, Paus Fransiskus sempat menyinggung soal sosok orang kaya yang selalu ingin memperkaya diri sendiri dan mengeruk kekayaan dari orang lain.

Hal ini disampaikan Paus di hadapan para uskup dan rohaniawan di Gereja Katedral Jakarta pada Rabu (4/9) kemarin.

Paus awalnya berbicara soal pentingnya menyentuh orang kecil dan kaum miskin. Kata dia, dirinya selalu memberikan beberapa pertanyaan saat mendengarkan pengakuan dari seseorang.

"Ketika saya mendengarkan pengakuan, saya biasanya bertanya kepada orang, apakah dia atau orang itu pernah memberikan sedekah kepada orang miskin. Itu pertanyaan pertama. Lalu yang kedua pertanyaannya, apakah dia juga menyentuh tangan orang yang meminta," kata Paus.

Paus juga menyinggung soal bela rasa. Di mana, banyak orang takut untuk berbela rasa karena menganggapnya sebagai sebuah kelemahan.

"Sebaliknya mereka menjunjung tinggi, seakan-akan sebuah keutamaan kelicikan mereka yang melayani kepentingan diri mereka sendiri dengan menjaga jarak dari semua orang dan tidak membiarkan diri mereka disentuh oleh apapun dan siapapun," tutur Paus.

"Jadi mereka berpikir bahwa mereka lebih cerdas dan bebas dalam mencapai tujuan-tujuan mereka. Ini adalah cara yang salah dalam melihat realitas," imbuhnya.

Paus lantas mencontohkan sosok orang kaya yang ia kenal di Buenos Aires, Argentina. Paus menyebut sosok orang kaya ini selalu ingin mengeruk kekayaan.

Namun, ternyata sosok orang kaya itu justru menjadi bahan lelucon oleh sekitarnya. Sebab, meskipun ia kaya, tapi ia tak bisa menutup peti jenazahnya sendiri.

"Seorang yang kaya, yang selalu ingin menerima dari orang, mengeruk kekayaan melalui orang lain. Lalu orang-orang sekitarnya membuat sebuah lelucon mengatakan, `anak yang malang`. Orang yang malang karena dia begitu ingin mendapatkan dari yang lain, tapi kemudian tidak bisa menutup peti jenazahnya sendiri," ucap Paus.

Padahal, Paus menyebut yang membuat dunia bisa bergerak maju bukanlah kepentingan pribadi. Melainkan kasih kepada sesama manusia.

"Yang membuat dunia bergerak maju bukanlah perhitungan kepentingan pribadi yang umumnya berujung pada kerusakan ciptaan dan pemecah belahan komunitas, tetapi mempersembahkan kasih kepada sesama," kata Paus.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar