Nawaitu Redaksi

Menghindari Menu "Bubur Basi" Jokowi

Minggu, 21/07/2024 09:40 WIB
Dinasti Politik Jokowi. (www.democrazy.id).

Dinasti Politik Jokowi. (www.democrazy.id).

Jakarta, law-justice.co - Akhir akhir ini banyak peristiwa muncul mengemuka di ujung pemerintahan presiden yang sekarang berkuasa. Dibalik peristiwa peristiwa itu diduga ada agenda tersembunyi (hidden agenda) yang sedang dijalankan oleh penguasa.

Dalam peristiwa peristiwa itu seolah olah pemerintah sedang dalam posisi menjadi korban kelompok/ pihak tertentu yang tidak senang pada rejim yang sekarang berkuasa. Pada bagian lain dalam peristiwa itu seolah olah pemerintah juga tampil sebagai pahlawan yang sedang memperjuangkan kepentingan rakyatnya.

Pada hal apa yang terjadi dipermukaan tidak selalu paralel dengan fakta dibaliknya. Yang nampak tidak selalu sama dengan kejadian yang sesungguhnya. Karena kalau kita percaya pada theory konspirasi, selalu ada “hidden agenda” dibalik suatu peristiwa

Dari rangkaian peristiwa itu pada akhirnya banyak orang yang menyimpulkan adanya agenda terselubung untuk kepentingan penguasa. Sehingga ketika peristiwa itu muncul, hanya dianggap sebagai sajian bubur basi yang berbahaya bagi mereka yang mau mengkonsumsinya. Ia akan tertipu karena sesungguhnya dibalik peristiwa yang terjadi ada agenda tersembunyi dibaliknya.

Sajian bubur basi itu akhir akhir ini semakin marak saja seiring dengan akan berakhirnya masa jabatan rejim yang sekarang berkuasa.  Sajian bubur basi sengaja dihidangkan oleh penguasa mungkin dengan tujuan agar rakyat terlena. Agar penguasa bisa terhindar dari tanggungjawab dan kewajiban yang seharusnya dijalankannya

Bagaimana filosofi bubur basi itu sebenarnya ?. Seperti apa bubur basi itu dihidangkan oleh penguasa ?, Kira kira peristiwa apa saja yang diduga merupakan hidangan bubur basi yang diciptakan oleh rejim yang sekarang berkuasa ?. Apa yang seharusnya dilakukan masyarakat agar supaya terhindar dari bubur basi yang banyak terhidang di hadapannya ?

Filosofi Bubur Basi

Bubur, sebuah sajian yang dikenal di berbagai belahan dunia dengan berbagai versi , nama dan rasa. Bubur, dalam berbagai bentuknya, telah ada sejak zaman baheula. Bubur, meskipun sederhana, mengandung kekayaan sejarah dan filosofis yang luar biasa. Ia adalah saksi bisu dari perjalanan umat manusia, dari zaman prasejarah hingga zaman sekarang dengan segala kemajuannya.

Bubur, dengan komposisi dasarnya yang terkesan seadanya, mengingatkan kita pada kehidupan yang sederhana. Dalam banyak tradisi, bubur dihidangkan saat upacara keagamaan atau meditasi untuk mengingatkan diri tentang pentingnya hidup sederhana.

Sebagai makanan yang umumnya mudah diakses oleh semua kalangan, bubur mengajarkan kerendahan hati manusia. Bahkan di saat pesta atau perayaan, bubur kadang disajikan untuk mengingatkan para peserta tentang asal-usul mereka dan pentingnya tetap menjaga sifat rendah hati anak manusia.

Di banyak budaya, bubur dianggap sebagai makanan wajib bagi mereka yang baru sembuh dari sakitnya. Orang-orang yang sakit atau dalam masa pemulihan sering diberi bubur karena kandungan nutrisinya dan mudah dicerna.

Dengan demikian, bubur mengajarkan kita tentang nilai-nilai luhur seperti kesederhanaan, kerendahan hati, dan arti pemulihan bagi orang yang baru sembuh dari sakitnya. Di balik setiap semangkuk bubur, terkandung cerita dan filosofi yang mendalam tentang kehidupan manusia.

Ada peribahasa yang mengatakan  "Nasi sudah menjadi bubur", yang  menggambarkan keadaan dimana suatu hal yang telah terlajur terjadi, tidak akan bisa dikembalikan seperti semula.Sehingga tinggal penyesalan yang mesti diterima pada akhirnya.

Tetapi nasi yang sudah menjadi bubur sebenarnya masih bisa dimanfaatkan untuk dikonsumsi oleh manusia. Tinggal ditambahi saja dengan garam, kecap, bawang goreng, daun bawang, ayam suir, sambal dan kerupuk sehingga berubah menjadi makanan yang lezat rasanya.

Tetapi bagaimana halnya dengan  bubur yang  sudah basi ditandai dengan perubahan  tekstur, warna ,rasa dan aromanya ?. Pada dasarnya, bubur yang sudah menjadi basi tidak bisa lagi dimanfaatkan untuk dikonsumsi oleh manusia karena akan berbahaya. Karena pada bubur basi, kandungan nutrisinya sudah mulai rusak dan berisiko untuk menjadi racun bagi tubuh kita. Ia bisa menjadi penyebab terjadinya keracunan pada tubuh yang ditandai dengan  mual, muntah, kram perut, nyeri perut hebat, tubuh terasa lemas hingga nyeri kepala.

Seperti halnya bubur basi, begitu pula halnya dengan berita dan informasi yang sekarang marak mewarnai pemberitaan media massa. Tidak sedikit berita berita yang muncul sebenarnya untuk menutupi berita utama yang tidak disukai penguasa sehingga berita itu di labeli sebagai bubur basi yang di produk oleh rejim penguasa.

Sajian Bubur Basi

Sajian bubur basi saat ini sedang ramai disematkan untuk berita berita dari media yang mengandung hidden agenda. Yaitu berita berita yang muncul dan mengemuka karena dimaksudkan untuk mengalihkan perhatian orang pada  berita lainnya

Di era informasi yang serba cepat dan dinamis saat ini , media massa memang memainkan peran penting dalam membentuk opini publik dan mengarahkan perhatian masyarakat kepada sebuah peristiwa. Karena di balik layar pemberitaan, terdapat strategi-strategi untuk mengalihkan isu besar yang tidak dikehendaki oleh pengendalinya.

Pengalihan isu, atau orang menyebut “issue diversion”, adalah, upaya pihak tertentu untuk mengalihkan perhatian publik dari isu kontroversial ke isu yang tidak signifikan sifatnya. Hal ini, bertujuan untuk mengurangi tekanan publik dan media terhadap isu utama

Sebagian orang yang mulai menyadari bahwa sudah terlalu banyak isu yang bergulir saat ini akan mengatakan bahwa berita-berita besar yang beredar adalah pengalihan isu belaka. Terlepas dari benar atau tidaknya dugaan seperti ini, kita memang tidak bisa pungkiri bahwa perhatian publik berhasil terpecah bahkan ketika suatu isu belum mencapai kesimpulan akhirnya.

Menarik kiranya untuk mencermati bagaimana sebenarnya sebuah pengalihan isu itu bekerja.Di dalam dunia politik, ada sebuah tindakan yang disebut manajemen isu dan seringkali sifat manajemen isu yang terjadi di masyarakat didasarkan pada sebuah metode yang disebut noise-cancelling technique.

Teknik ini terinspirasi dari sebuah teknologi dalam dunia sains bernama Active Noise Control(ANC), yakni sebuah metode yang digunakan untuk mengurangi kebisingan suara yang tidak diinginkan dengan menambahkan suara tandingan yang dirancang khusus untuk membatalkan suara pertama.

Di dalam politik, metode tersebut hampir serupa. Ketika sebuah isu sudah mendapatkan perhatian yang begitu besar, maka untuk mencegahnya mengkristalisasi menjadi isu yang lebih berbahaya maka suatu pihak melempar isu lain dengan tujuan agar dapat memecah perhatian publik pada isu utama.

Konteks peralihan isu ini pun tidak selalu tentang perekayasaan isu, tetapi juga bisa saja ada aksi penunggangan terhadap isu utama. Dalam artian, mungkin sebenarnya isu yang terjadi sifatnya tidak terlalu menghebohkan, tetapi setelah di-manage sekian rupa isu tersebut berubah jadi besar dan mampu menarik perhatian rakyat pada umumnya.

Namun, karena belakangan semakin banyak isu besar yang bermain, maka tampaknya kerangka manajemen isu yang terjadi saat ini jauh lebih kompleks dari hanya sekedar melempar isu besar untuk menutupi isu besar lainnya. Maka dari itu, maka mungkin kita perlu merefleksikannya dengan sesuatu yang disebut Huxleyan Dystopia.

Istilah Huxleyan Dystopia diambil dari dunia dystopia (dunia kelam) yang dibayangkan penulis Aldous Huxley dalam bukunya yang berjudul Brave New World. Di dalam buku itu, Huxley mengimajinasikan sebuah pemerintahan di masa depan yang mengontrol masyarakatnya dengan cara membanjiri informasi yang mereka terima

Melalui tumpahan informasi dan isu, akan tercipta kondisi disinformasi yang begitu masif, yang mampu membuat masyarakat tidak bisa membedakan mana informasi yang semestinya dipercaya dan mana yang tidak bisa dipercaya. Konsekuensinya, metode pembanjiran informasi ini melahirkan kondisi masyarakat yang justru tak acuh terhadap informasi karena rakyat menjadi pasif dan apatis menyikapinya.

Terkait konteks fenomena yang terjadi saat ini, tampaknya cukup masuk akal bila kita membayangkan bahwa tengah ada upaya menjadikan Huxleyan Dystopia sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi di Indonesia. Berbagai isu besar sengaja dimunculkan silih berganti tanpa jelas ending penyelesaiannya.

Sampai disini, sepertinya upaya untuk menjadikan Huxleyan Dystopia ini sudah mencapai hasilnya dimana masyarakat kemudian menjadi pasif dan apatis menyikapi berbagai isu yang mereka terima.Apakah memang begitu kenyataannya ?. Apakah sajian bubur basi itu sudah benar benar bisa dijadikan umpan untuk memperdaya targetnya ?

Jika kita cermati, pengalihan isu melalui gelontoran berita berita yang datang silih berganti telah menimbulkan dampak yang cukup  signifikan kepada masyarakat Indonesia. Publik terlihat sudah mulai kurang fokus terhadap isu besar yang semestinya mendesak untuk kita soroti dan kritisi karena menyangkut kepentingan bersama. Informasi penting banyak yang tertutupi  oleh maraknya berita kecil yang sebenarnya kurang penting, sehingga publik tidak mendapatkan gambaran utuh tentang isu yang sebenarnya krusial karena menyangkut kepentingan rakyat pada umumnya.

Selain itu, terjadinya manipulasi opini publik dimana melalui pengarahan perhatian publik pada isu-isu kecil, pihak berkepentingan lebih mudah mengendalikan opini publik. Sudah barang tentu, hal ini untuk mengurangi tekanan terhadap isu besar yang sedang berlangsung yang merugikan pihak berkepentingan yang diduga adalah sang penguasa.

Rangkaian Peristiwa Bubur Basi

Kiranya sudah banyak rangkaian peristiwa muncul ke permukaan menjadi bagian dari bubur basi yang sengaja disajikan untuk mengecoh perhatian rakyat terhadap isu utama yang menyangkut hajat hidup dan kepentingan mereka sebagai warga bangsa

Beberapa peristiwa yang diduga sebagai bubur basi itu datang silih berganti mewarnai dunia pemberitaan di Indonesia dimana diantaranya adalah :

Pertama, kasus Sambo dan Bjorka. Kasus Sambo perwira tinggi polisi yang menembak ajudannya bernama Jhosua sempat menghebohkan jagad penegakan hukum di Indonesia. Mencuatnya kasus Ferdy Sambo membuat masyarakat bisa melihat secara bening kerapuhan institusi korps bhayangkara  sampai ke tahap yang paling tinggi tingkatannya.

Banyak pihak saat itu yang mulai panik jika kasus Ferdy Sambo merembet kemana mana. Karena Sambo akan menjadi semacam pintu "pertempuran" untuk membuka korupsi-korupsi yang semakin menggila.

Kasus Sambo membuat institusi bhayangkara semakin terpuruk namanya karena mulai terkuak ada perwira tinggi polisi lainnya yang diduga menjadi beking tambang, perjudian dan perkara kriminal lainnya.  Ferdy Sambo mewakili satu kondisi yang betul-betul berantakan karena ada pat gulipat, sogok menyogok, ancam mengancam itu terjadi di belakang kriminalnya Sambo dan komplotannya.

Ketika kasus Sambo lagi ramai ramainya menjadi sorotan publik, tiba tiba saja mencuat kasus lain yaitu kasus hacker atau peretas Bjorka.Nama Bjorka mulai mencuat ke publik ketika mengklaim dirinya memiliki 26.730.797 data histori browsing pelanggan IndiHome pada Agustus 2022. Lalu menjual 1,3 miliar data simCard ponsel dari sistem Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada September 2022.

Kontroversi hacker atau peretas Bjorka dianggap sebagai pengalihan isu kasus  pembunuhan yang dilakukan oleh mantan Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo. Mengingat, setelah Bjorka muncul, kasus Sambo tiba-tiba lenyap begitu saja.

Berhari-hari media disuguhkan kasus Sambo, tiba-tiba lenyap begitu saja seiring kemunculan Bjorka. Publik terkecoh dengan adanya Bjorka sehingga, membuat kasus Sambo yang sempat viral dan menyedot perhatian publik akhirnya meredup dengan sendirinya.

Dengan munculnya kasus Bjorka maka kasus Sambo yang telah berkembang menjadi perkara judi yang diduga dibekingi oleh perwira perwira tinggi polisi termasuk jenderal jenderal polisi yang diduga membekingi tambang batubara, kasus km. 50  serta korupsi korupsi lainnya menjadi tidak ada kabar beritanya.

Pada hal sampai saat ini, sosok di balik Bjorka belum juga bisa diungkap meski Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah membentuk tim darurat untuk menyelesaikannya. Tim darurat ini terdiri Kementerian Kominfo, Badan Sandi dan Siber Negara (BSSN), Badan Intelijen Negara (BIN), dan Polri. Tapi sampai sekarang tidak jelas seperti apa hasil kerjanya. Sampai disini publik menjadi curiga kalau kemunculan Bjorka memang untuk mengalihkan isu utama yaitu kasus Sambo yang sudah mulai menyasar kemana mana.

Kedua, Kasus Ulama dan Habib.  Akhir akhir ini media sosial begitu gaduh dengan kasus  Habaib yang dinilai bukan keturunan Nabi Muhammad SAW. Kegaduhan bukan hanya dikalangan umat islam saja tapi juga sudah merembet pada penganut agama lainnya.

Bahkan saat ini perdebatan atau perbincangan  yang terjadi tentang Habaib keturunan Rasulullah sudah mengarah pada sikap saling menghina, memojokkan, merendahkan, dan perilaku  negatif lainnya.

Keributan soal nasab Habib, apakah bersambung atau tidak, kepada Rasulullah SAW, di duga terjadi akibat ulah segelintir habib muda, atau habib blasteran yang kurang mendapat pendidikan ilmu yang memadai sehingga  tidak tahu adab dan sopan santun dalam menjalankan syariat agamanya.

Ada kecenderungan Habib muda dan blasteran selalu minta penghormatan lebih kepada pengikutnya. Hal ini  tercermin dari ceramah ceramah mereka. Mereka minta dihormati sebagaimana kakeknya dulu yang memang pantas dihormati karena ilmu dan kiprahnya.

Terlepas dari substansi yang dibahas dalam kasus ini, yang cukup mengherankan adalah soal nasab Habaib ini begitu dominan menyesaki berita di dunia maya. Pada hal kalau dilihat dari sudut kepentingan rakyat, bangsa dan negara tidaklah terlalu urgen untuk mempermasalahkannya.

Akhirnya banyak yang curiga bahwa kasus nasab Habaib ini memang sengaja dibesar besarkan untuk membuat rakyat terlena dengan permasalahan bangsa yang sebenarnya.

Menurut Ketua Umum Generasi Cinta Negeri (Gentari) Habib Umar Alhamid, kasus ini memang sengaja di besar besarkan untuk pengalihan isu belaka.“Sepertinya masalah ini dijadikan pengalihan isu terhadap kejadian-kejadian atau masalah besar di negeri ini,” ujar Ketua Umum Generasi Cinta Negeri (Gentari) Habib Umar Alhamid kepada wartawan, Rabu (3/7/2024).

Menurutnya,  ada yang bermain dalam masalah ini mereka adalah orang-orang yang tidak menginginkan umat di Indonesia ini rukun dan tenang dalam menjalankan syariat agamanya. “Saya katakan bahwa semua ini ada Aktor intelektual yang mengatur dan ada sebuah skenario jahat yang ingin mengadu domba masyarakat muslim di republik ini. Sebaiknya segera dibongkar,” tuturnya seperti dikutip media.

Dikatakan Habib Umar, sebenarnya masyarakat di negeri ini paham dan mengetahui siapa saja yang bermain dalam hal-hal semacam ini. “Saya sangat tau siapa dibalik pemain dalam kasus ini. Ini adalah sebuah pengalian isu agar rakyat lupa akan persoalan atau masalah yang sebenarnya di hadapi bangsa dan negara ini,” jelasnya.

Lebih jauh Habib Umar mengatakan, mereka ini semuanya kurang kerjaan, sebaiknya saat ini kita harus hati-hati karena banyak individu yang diprogram untuk menjadi provokator dan bikin kacau umat beragama.

“Sebenarnya kita semua sudah tau bahwa ini adalah skenario busuk agar masyarakat Indonesia melupakan hal hal yang urgent (penting). Seperti, kondisi ekonomi yang sulit, hukum yang hilang dan jauh dari keadilan serta merajalela peredaran narkoba dan judi online yang merusak moral anak-anak bangsa,” imbuhnya.

Apakah kasus ulama dan habaib memang sudah menjadi bubur basi yang sengaja  didihidangkan untuk mengalihkan isu dari kasus besar lainnya ?, tentu publik bisa menilainya.Terutama jika dilihat begitu massifnya kasus ini di ungkap di sosial media pada hal patut dipertanyakan urgensinya

Ketiga, Kasus Vina Cirebon. Yang juga lagi hangat diberitakan di media massa adalah kasus Vina Cirebon.Hampir semua media massa atau PERS nasional plus media sosial dibanjiri soal kasus Vina. Kasus yang terjadi 2016 silam ini kembali mencuat dan viral setelah dirilisnya film Vina: Sebelum 7 Hari yang sudah disaksikan jutaan pemirsa.

Kasus Vina Cirebon  memang benar-benar menyedot perhatian publik, terlebih banyak yang kemudian menarasikan kejadian aslinya lebih “parah’ dari film, ditambah lebih dramatis ketika ketika dari 3 Daftar Pencarian Orang (DPO), sudah 1 orang, yakni Pegi alias Perong yang dianggap otak pembunuhan tertangkap dan jadi tersangka.

Narasi-narasi yang bertebaran di media sosial diperkuat dengan media-media mainstream nasional yang mengangkat topik Vina ini secara eksklusif di acara acara mereka.Hampir semua media nasional menyediakan panggung khusus bagi para pesohor yang melibatkan diri dalam ‘mencari keadilan untuk vina’, menambah isu ini makin menarik untuk disimak dan diikuti perkembanggannya.Ya, kasus Vina Cirebon seolah bukan sekadar kasus kriminal biasa dan sudah menjadi kepentingan publik, bukan lagi kepentingan keluarga korban saja.

Kasus ini seolah olah  dianggap berkaitan erat dengan masalah besar bangsa Indonesia. Pada hal urgensi untuk kepentingan rakyat, bangsa dan negara patut dipertanyakan tentunya. Ada yang menilai kasus ini mirip dengan kasus racun Sianida yang menjadikan Jessica Wongso sebagai pelakunya. Sama sama kasus pembunuhan biasa tapi begitu mendapat tempat istimewa di jagad media.

Pada hal banyak kasus kasus lain yang sebenarnya lebih urgen untuk dibedah karena menyangkut hajat hidup rakyat Indonesia seperti persoalan kenaikan UKT mahasiswa, TAPERA, tanah tanah rakyat yang dirampas untuk PSN (Proyek Strategis Nasional), rencana kenaikan Tarif listik serta pajak, judi online yang merajalela sehingga membuat rakyat sengsara, praktek nepotisme yang kian meresahkan, penambahan rasio utang,  korupsi yang kian merajalela dan masih banyak lagi yang lainnya.  

Terkait Kasus Vina yang seolah mewakili kepentingan publik, melebihi perhatiannya pada kebijakan-kebijakan pemerintah yang kurang populis saat ini, telah menimbulkan rasa curiga. Jangan jangan kasus Vina memang sengaja di kapitalisasi untuk pengalihan isu saja.

Harus selalu di ingat bahwa ada strategi yang digunakan oleh seseorang bahkan suatu negara untuk  menghindar dari tanggung jawabnya dengan cara mengalihkan isu untuk membuat rakyatnya jadi teralihkan perhatiannya.Menghindari suatu masalah yang menjadi perhatian utama adalah cara yang bagus, tidak hanya untuk menghindari tanggung jawab, namun juga untuk menjaga agar citranya tetap baik di mata rakyat pada umumnya.

Orang-orang yang mempermasalahkan sikap, tindakan atau kebijakan bisa  dialihkan fokusnya ke persoalan lain yang seolah berkaitan dan jauh lebih penting untuk disikapi mereka. Apalagi untuk menciptakan persolan yang seolah bersinggungan atau berkaitan dengan yang dipersoalkan sebelumnya bukanlah hal yang sulit bagi siapa saja yang punya power (kuasa).

Lalu apakah benar kasus Vina Cirebon memang menjadi bagian dari agenda penguasa untuk mengalihkan perhatian rakyat pada kinerja pemerintahnya ?. Ibarat bubur basi, kasus ini sengaja disajikan untuk membuat rakyat terlena ?

Selain tiga kasus diatas kiranya masih banyak kasus lain yang bisa menjadi dasar kecurigaan orang bahwa semuanya itu sebenarnya hanya bubur basi belaka. Sebagai contoh terkait kasus bobol dan dobolnya PDN ( Pusat Data  Nasional  ). Boleh saja bermacam macam hasil analisis dikemukakan mengenai hal itu, namun kasus ini sepertinya sengaja diviralkan agar tangan tangan jahil orang dalam terselamatkan untuk menghilangkan data yang ada, guna kepentingan pihak pihak yang ingin diselamatkan setelah tidak lagi berkuasa.

Demikian pula halnya dengan kasus pemecatan Ketua KPU Hasyim Asyari.Kalau melihat gayanya ketua KPU Hasim Asyari yang dipecat namun nampak santai mempesona, sebagai isyarat akal akalan, seolah Jokowi bisa memuaskan  keinginan rakyat untuk mengutuk Hasyim Asyari yang menetapkan terpilihnya anaknya sebagai wakil presiden RI 2024 –2029

Harus Bagaimana ?

Menghadapi sajian bubur basi informasi, kiranya masyarakat perlu mengembangkan strategi menyaring informasi, agar tetap fokus pada isu-isu utama yang berkaitan dengan kepentingan rakyat, bangsa dan negara. Masyarakat perlu kritis terhadap informasi yang menyesaki media massa.

Selain itu, publik perlu membandingkan beberapa sumber informasi kredibel, untuk memperoleh perspektif lengkap tentang sebuah isu agar tidak termakan bubur basi yang membahayakan dirinya.

Masyarakat sebaiknya menghindari bergantung pada satu sumber berita, terutama yang hanya menyajikan berita ringan atau sensasional yang tidak terlalu bemakna. Saat ini dengan menjamurnya platform media sosial dan teknologi digital, memungkinkan orang  dengan mudah  mendapat berbagai sumber berita

Tak kalah pentingnya untuk melibatkan diri dalam diskusi kelompok atau komunitas yang memiliki minat terhadap isu-isu utama berkaitan dengan kepentingan rakyat, bangsa  dan negara. Dengan cara demikian,  tidak saja akan meningkatkan pemahaman, melainkan juga bisa menciptakan kondisi penyebaran informasi yang akurat dan relevan sesuai fakta

Terakhir, jika mendapati indikasi adanya sajian berita bubur basi, masyarakat dapat melakukan tekanan publik melalui media sosial untuk menuntut transparansi dan kejujuran pemberitaan, misi apa yang sebenarnya di usung oleh mereka. Begitukah kiranya ?

 

 

(Warta Wartawati\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar