Bentuk Ketidakpercayaan ke Erick Thohir, Muhammadiyah Tarik Rp13 T

Senin, 10/06/2024 06:14 WIB
Diubah Jadi Masjid, Muhammadiyah Jatim Mau Beli Gereja Besar Spanyol. (muhammadiyah.or.id).

Diubah Jadi Masjid, Muhammadiyah Jatim Mau Beli Gereja Besar Spanyol. (muhammadiyah.or.id).

Jakarta, law-justice.co - Direktur Eksekutif Studi Demokrasi Rakyat (SDR), Hari Purwanto menganggap bahwa Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah tengah menunjukkan ketidak percayaannya terhadap kinerja Menteri BUMN, Erick Thohir, ditunjukkan lewat penarikan dana Rp13 triliun milik Ormas Keagamaan terbesar kedua itu.

Dia mengatakan, Muhammadiyah menunjukkan ketidakpercayaan terhadap BSI.

"BSI merupakan merger 3 bank syariah, PT Bank BRI Syariah Tbk, PT Bank Syariah Mandiri, dan PT Bank BNI Syariah. Kebijakan merger dilakukan sejak masa awal Menteri BUMN Erick Thohir menjabat," katanya seperti melansir rmol.id.

Dia menilai, Muhammadiyah sebagai salah satu Ormas agama yang ikut terlibat atas keberadaan BSI tidak mau berisiko dengan dana besar yang masuk ke BSI.

"Ini bargaining Muhammadiyah atas ketidakpercayaan terhadap kinerja Menteri BUMN Erick Thohir, karena ada beberapa BUMN yang merugi. Dan Muhammadiyah tidak mau kehilangan kepercayaan dari umat atas pengelolaan uang yang dimasukkan ke BSI," jelasnya.

Dalam beberapa waktu terakhir, heboh soal organisasi masyarakat (ormas) agama Islam Muhammadiyah yang mengalihkan semua dananya dari PT Bank Syariah Indonesia atau BSI (BRIS) ke Bank Lain. Adapun BSI sendiri merupakan bank syariah terbesar di Indonesia.

Sebagai informasi, kabarnya, dana yang dialihkan cukup besar yakni mencapai Rp 13 triliun. Kabar penarikan dana ini pun sontak mendapat respons dari pasar.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Bidang Ekonomi, Bisnis, dan Industri Halal Anwar Abbas mengatakan pengalihan dana ini dilakukan agar meminimalkan persaingan antara bank-bank syariah lainnya.

Pasalnya, selama ini pusat penyimpanan dana ormas tersebut terlalu terpusat di BSI, sedangkan di bank lain masih terbilang sedikit. Hal inilah yang dapat menimbulkan risiko konsentrasi (concentration risk) dam bisnis.

"Bila hal ini terus berlangsung, maka tentu persaingan di antara perbankan syariah yang ada tidak akan sehat dan itu tentu jelas tidak kita inginkan," kata Anwar dikutip dari Antara, Kamis (6/6/2024).

Anwar menegaskan pihaknya terus mendukung dan berkomitmen perbankan syariah dalam negeri. Untuk itu, Muhammadiyah terus melakukan konsolidasi dan rasionalisasi permasalahan keuangannya.

 

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar