`Serang` Singapura, Ini Perbedaan Gejala Covid FLiRT dengan Omicron

Rabu, 29/05/2024 07:19 WIB
Varian baru virus corona (Pixabay)

Varian baru virus corona (Pixabay)

Jakarta, law-justice.co - Dalam beberapa waktu lalu, gelombang Covid-19 di Singapura menggemparkan dunia dengan munculnya varian baru yakni disebut "FLiRT". Alhasil kasus Covid-19 di Singapura pun mengalami lonjakan.

Data kementerian kesehatan Singapura (MOH) tanggal 5-11 Mei, kasus Covid-19 di Singapura naik dua kali lipat menjadi 25.900 kasus.

Strait Times menulis jumlah orang yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19 di Negeri Kota itu juga telah meningkat.

Tercatat hingga akhir pekan MOH menyebut menjadi sekitar 280 orang telah dirawat selama seminggu terakhir.

Menanggapi hal ini, pemerintah Singapura kembali menyerukan warganya, terutama kelompok rentan untuk kembali melakukan vaksinasi tambahan dan memakai masker.

"Lakukan vaksinasi setahun sekali, terutama jika Anda sudah lanjut usia," katanya dikutip Senin (27/5/2024).

Ledakan Covid-19 Singapura terjadi karena varian FLiRT dengan sub-varian KP.1 dan KP.2. Data yang ada menunjukkan bahwa lebih dari dua pertiga kasus Covid-19 di Singapura terdiri dari KP.1 dan KP.2.

Para ilmuwan menyebut KP.1 dan KP.2 termasuk dalam kelompok varian Covid-19 FLiRT. Sesuai dengan nama teknis mutasinya, strain di FLiRT semuanya merupakan keturunan varian JN.1, cabang dari varian Omicron.

Varian JN.1 menyebar dengan cepat ke seluruh dunia beberapa bulan lalu dan bertanggung jawab atas gelombang Covid-19 di Singapura pada Desember 2023 lalu. Namun strain KP.2 disebut tampaknya menyebar lebih cepat dibandingkan KP.1.

Pada Mei 2024, KP.2 diklasifikasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai "Varian Dalam Pemantauan".

Hal ini memberikan sinyal kepada otoritas kesehatan masyarakat bahwa varian Covid-19 mungkin memerlukan perhatian dan pemantauan yang diprioritaskan.

KP.2 sendiri pertama kali terdeteksi di India pada awal Januari. Sejak itu, virus ini menjadi jenis virus yang dominan di Amerika Serikat (AS) menyumbang sekitar 28% infeksi di negara tersebut pada pertengahan Mei.

Menurut data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), angka ini naik dari hanya 6% pada pertengahan April dan 1% pada pertengahan Maret.

KP.2 juga telah menyebar ke negara lain, antara lain China, Thailand, Australia, Selandia Baru, dan Inggris.

Di Indonesia sendiri, terdapat sekitar lima varian Covid-19 yang pernah terjadi sejak Covid-19 masuk pada 2020, yakni Alpha, Delta, Omicron, Eris, dan Arcturus. Lalu apa perbedaannya dengan varian terbaru yakni FLiRT?

Berikut perbedaan dari enam varian Covid-19 di atas.

 

-Varian FLiRT

Gejala
* Demam atau menggigil
* Batuk
* Sakit tenggorokan
* Hidung tersumbat atau meler
* Sesak napas
* Kelelahan
* Kehilangan indra perasa dan penciuman, tubuh terasa kurang kesadaran
* Gastrointestinal (sakit perut, diare ringan, dan muntah)

Penyebaran
* KP.2. lebih menular dibandingkan JN.1.
* Tidak lebih parah dibandingkan JN.1.
* KP.2. menyumbang sekitar 28% infeksi di AS pada Mei 2024 dan juga telah menyebar ke China, Thailand, Australia, Selandia Baru, serta Inggris

Keparahan
* Tidak lebih parah dibandingkan JN.1.

- Varian Eris

Gejala
* Pilek
* Sakit Kepala
* Kelelahan ringan hingga berat
* Bersin
* Sakit tenggorokan

Penyebaran
* Melansir dari Daily Mail, salah satu faktor penyebaran infeksi `Eris` adalah libur musim panas serta perilisan film Barbie dan Oppenheimer. Kedua film yang dirilis bersamaan pada akhir Juli tersebut menimbulkan banyak kerumunan, terutama di bioskop.
* Saat ini, ada sekitar 36 negara yang telah mendeteksinya adanya varian Eris.

Keparahan
* Tingkat keparahan dan kematiannya pun belum memperlihatkan dampak yang signifikan.

Varian Omicron

Gejala
* Sakit kepala
* Pegal-pegal di sekujur tubuh
* Sakit tenggorokan

Penyebaran
* Omicron menginfeksi lebih cepat di bronkus, saluran udara dari trakea yang memastikan udara masuk dengan baik ke paru-paru.
* Seseorang yang terinfeksi oleh varian Omicron memiliki lebih banyak virus di tenggorokan mereka dan menunggu dikelurkan ketika mereka menghembuskan napas.
* Omicron menular lebih cepat dan mempercepat penyebaran penyakit.

Keparahan
* Risiko rawat inap varian Omicron lebih rendah dibandingkan varian Delta.
* Varian Omicron bisa menyebakan gejala berat dan kematian terutama pada orang yang rentan seperti lansia, memiliki penyakit penyerta dan orang yang belum divaksin.

Varian Delta

Gejala
* Demam
* Batuk
* Kelelahan
* Kehilangan kemampuan mengecap
* Mual dan muntah
* Diare dan sakit perut
* Flu parah

Penyebaran
* Data riset mengindikasikan varian Delta 40%-60% lebih menular daripada varian Alpha.
* Partikel virus juga lebih banyak ditemukan pada saluran udara pasien Delta.

Keparahan
* Orang yang terinfeksi varian Delta lebih mungkin memerlukan perawatan di rumah sakit daripada varian lain.
* Dibanding varian Omicron, tingkat keparahan akibat infeksi Delta juga disebut lebih tinggi.
* Sejumlah data menyebutkan tingkat keparahan pasien varian Delta lebih tinggi daripada varian lain, terutama pada lansia, pemilik komorbid (penyakit penyerta), dan anak-anak.

Varian Alpha

Gejala
* Kedinginan
* Kehilangan nafsu makan
* Sakit kepala
* Nyeri otot
* Batuk
* Demam

Penyebaran
* Kasus positif pertama dengan infeksi dari varian alpha B.1.1.7 kemungkinan besar terjadi pada pertengahan September 2020 di London atau Kent, Inggris.
* Tingkat penularan virus Alpha 43–90% lebih mudah menular dari virus Corona sebelumnya
* COVID-19 varian Alfa diketahui lebih cepat menular dan menyebar karena lebih mampu menembus sistem kekebalan tubuh manusia.

Keparahan
* Lebih berpotensi menimbulkan gejala berat dan risiko peningkatan risiko rawat inap dari virus Corona jenis awal.

Varian Arcturus

Gejala
* Pilek
* Sakit tenggorokan
* Sakit kepala
* Nyeri otot
* Batuk
* Demam

Penyebaran
* Subvarian ini banyak ditemukan di India bahkan telah terdeteksi di 23 negara lainnya.
* Lonjakan kasus terjadi pada April 2023 di Indonesia.

Keparahan
* Sangat berisiko bagi mereka yang memiliki penyakit komorbid, lansia, dan individu yang memiliki gangguan pernapasan.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar