Salamudin Daeng
Lapor ke Prabowo, Gibran : Utang Pertamina Sekarang Rp 800 Triliun

gedung pertamina (pinterpolitik)
Jakarta, law-justice.co - Lapor Pak Prabowo. Pak Gibran Utang Pertamina Sekarang 800 Triliun Rupiah, Tampaknya Tidak Bisa Utang Lagi Buat Nambal Utang Nih!
Resiko Pertamina Meningkat, Anak Anak Perusahaan Juga Demikian, jualan BBM Kayaknya Sudah Tidak Menjanjikan Bagi Negara, Malah Jadi Beban Subsidi Setemgah Billion, Produksi Minyak Nasional Tidak Naik
Walaupun Setetes, Kemampuan Sedot Minyak Sumur Pertamina Kalah Dengan Pompa Kolam Lele. Bagaimana Kita Cari Uang?
Makin ke sini peringkat utang Pertamina makin bermasalah atau bahasa lainya makin lama resiko keungan makin membesar.
Ini berarti makin lama pertamina akan sulit mendapat utang baru. Kalaupun dapat utang baru maka harus membayar biaya yang keuangan yang lebih besar. Bukan hanya utang investor pun melihat resiko ini.
Baru baru lembaga pemeringkat yang berkantor di Singapura telah mengafirmasi Peringkat Jangka Panjang Jangka Pendek Issuer Default Rating (IDR) PT Pertamina (Persero) di `BBB` dengan Outlook Stabil.
Peringkat terafirmasi adalah pada program global medium-term note senilai USD20 miliar, dan senior unsecured notes yang ada di `BBB`. Ini utang lumayan besar kalau dirupiahkan mencapai 320 triliun rupiah.
Peringkat Pertamina disamakan dengan peringkat induknya, negara Indonesia (BBB/Stabil), sejalan dengan Kriteria Peringkat Entitas Terkait Pemerintah.
Jadi sebenarnya semua peringkat ini karena Pertamina ditopang oleh perlindungan atau proteksi dari pemerintah.
Namun Profil Kredit Mandiri (SCP) Pertamina tetap berada di `bbb-`, Ini menang agak gawat walaupun kondisi operasi yang terintegrasi secara vertikal, posisi dominan di pasar energi Indonesia, dan posisi biaya yang kompetitif di segmen bisnis hulu.
Namun, kekuatan ini sebagian dipengaruhi oleh risiko yang berkaitan dengan kontrol harga bahan bakar eceran dan penerimaan kompensasi tepat waktu oleh Pertamina untuk pemulihan yang kurang karena batas harga bahan bakar.
Lalu masalah terbesar Pertamina lainnya datang dari keterlambatan atau penundaan pembayaran kompensasi oleh pemerintah.
Menurut perkiraan kompensasi yang terhutang di pemerintah mencapai 85 % dari total kompensasi sekitar 150 triliun rupiah.
Jadi di saat peringkat utang beresiko saat yang sama uang tidak dicairkan oleh Menteri Keuangan. Jadi sudah jatuh tertimpa tangga.
Sementara utang jangka pendek pertamina senilai 57 triliun rupiah yang harus dipikirkan sumber uangnya.
Ini tidak dapat diatasi seliruhnya oleh cash Pertamina karena perusahaan perlu uang bagi pengadaan BBM, impor solar, LPG dll.
Mungkin disini pemerintah beralasan bahwa seharusnya subsidi kompensasi bisa lebih kecil jika usaha usaha Pertamina maksimal dalam menata solar subsidi, mengurangi kebocoran solar, aksi pengaturan perusahaan agar LPG 3 kg tepat sasaran untuk menekan subsidi, demikinan juga usaha perusahaan lebih optimal dalam menekan konsimsi Pertalite.
Jadi menteri keuangan mungkin mengatakan gue bayar tapi loe mesti kerja bagus bagi negara. Tapi namamya utang tetap utang harus dibayar.
Masalah terbesar lainnya adalah Pertamina tidak dapat meningkatkan produksi hulu, namun pada saat yang sama diproyeksikan penjualan BBM meningkat.
Jadi ini bukan hanya beban bagi negara karena impor tapi juga beban bagi Pertamina karena masalah harga minyak dunia dan nilai tukar.
Lalu bagaimana nasib holding sub holding?
Bisa lolos gak PGN ini?
Peringkat PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) di `BBB-`. mengafirmasi peringkat utang tanpa jaminan dan peringkat obligasi PGN senilai USD396 juta bunga 5,125% yang jatuh tempo pada tahun 2024 di `BBB-`.
Bulan Mei ini. Total utang konsolidasi sebesar USD1,115 miliar, termasuk USD553 juta dalam obligasi senior tanpa jaminan yang diterbitkan oleh PGN dan Saka yang akan jatuh tempo pada Mei 2024.
Lalu Desember kemarin PHE baru bayar utang jangka pendek 1,5 miliar dollar yang jatuh tempo men. Utang jatuh tempo yang dibayar kemarin ini setara dengan dua kali harga blok rokan.
Nah ini yang baru IPO. Peringkat Jangka Panjang Issuer Default Rating (IDR) Mata Uang Asing Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) di `BBB-`, dengan Outlook Stabil. Fitch juga telah mengafirmasi peringkat senior tanpa jaminan `BBB-`. Baru aksi langsung BBB minus. Gaswatt
Sumber uang satu satunya ke depan datang dari program transisi energi.
Tapi apa yang dapat dilakukan?
Bekerjasama dengan PLN bagi transisi energi yang lebih cepat, dimulai dengan elektrifikasi di banyak lini dengan membagi bisnis diantara pertamina dan PLN?
Atau ada usaha lain yang lebih keras untuk transisi energi? Ini masalah keuangan dan juga masalah polusi udara Indonesia yang gawat!
Coba kita dipikirkan jalan keluarmya.
Komentar