Sentimen Suku Bunga Bikin Rupiah Melempem, Dolar Sentuh Rp15.990

Selasa, 21/05/2024 15:44 WIB
Nilai tukar rupiah merosot (bisnis)

Nilai tukar rupiah merosot (bisnis)

Jakarta, law-justice.co - Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah sikap wait and see pelaku pasar dalam hal suku bunga acuan BI yang akan diumumkan esok hari (22/5/2024).

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup terdepresiasi 0,13% di angka Rp15.990/US$ pada hari ini, Selasa (21/5/2024). Pelemahan rupiah ini sejalan dengan depresiasi yang terjadi kemarin (20/5/2024) yakni sebesar 0,13%.

Sementara DXY pada pukul 14:52 WIB turun ke angka 104,53 atau melemah tipis 0,03%. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan penutupan kemarin yang berada di angka 104,56.

Pelaku pasar saat ini masih menunggu rilisnya suku bunga oleh BI esok hari (22/5/2024).

Polling CNBC Indonesia menunjukkan pelaku pasar berekspektasi BI menahan suku bunga. Dari 14 institusi yang terlibat polling, seluruhnya memperkirakan BI akan menahan suku bunga di level 6,25%.

Tidak hanya sikap wait and perihal data dari BI, namun pelaku pasar juga menunggu hasil Federal Open Meeting Committee (FOMC) minutes yang akan dilaksanakan bank sentral AS (The Fed) di pertengahan minggu ini.

FOMC minutes ini akan menjadi pedoman bagi investor untuk mengambil langkah terhadap kebijakan The Fed soal inflasi dan suku bunga.

Sebagai informasi, hingga kini Wakil Ketua Fed Philip Jefferson menolak mengatakan apakah ia memperkirakan penurunan suku bunga akan dimulai tahun ini pada konferensi Mortgage Bankers Association di New York.

Berbicara secara terpisah pada konferensi yang diadakan oleh Fed Atlanta, Wakil Ketua Pengawasan Fed Michael Barr, mengatakan pembacaan inflasi kuartal pertama yang "mengecewakan" "tidak memberi saya peningkatan kepercayaan diri yang saya harapkan dapat mendukung pelonggaran kebijakan moneter. "

Melansir CNBC Indonesia, Wakil Ketua Pengawasan Fed Michael Barr memperkuat pesan umum The Fed bahwa penurunan suku bunga yang sangat diantisipasi oleh pasar, akan ditunda sampai jelas bahwa inflasi akan kembali ke target The Fed sebesar 2%.

"Kami perlu memberikan kebijakan pembatasan kami beberapa waktu lagi agar dapat melanjutkan fungsinya," jelas Barr.

Jika suku bunga The Fed tak kunjung turun, hal ini akan memberikan tekanan tersendiri bagi rupiah untuk dapat menguat di kemudian hari.***

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar