PT Indika Energy Tuntaskan Penerbitan Surat Utang Senilai US$ 350 Juta
Logo Indika Energy (dok.ruangenergi)
Jakarta, law-justice.co - Belum lama ini, PT Indika Energy Tbk (INDY) telah menuntaskan penerbitan surat utang senilai US$ 350 juta.
Sebagai informasi, surat utang tersebut menawakan tingkat bunga sebesar 8,75% dan akan tercatat di Bursa Singapura atau Singapore Exchange Securities Trading Limited.
Indika menerbitkan surat utang ini untuk melunasi sebagian surat utang tahun 2025 dengan tingkat bunga 8,25%. Adapun surat utang terbaru memiliki tenor lebih panjang hingga tahun 2029.
“Indika telah menyelesaikan penerbitan surat utang dalam jumlah US$ 350 juta dengan tingkat bunga sebesar 8,75% per tahun, di luar wilayah Republik Indonesia dengan merujuk pada ketentuan Rule 144A dan Regulation S dari US Securities Act of 1933, sebagaimana diubah, yang akan jatuh tempo pada tahun 2029 dan akan dicatatkan di Singapore Exchange Securities Trading Limited,” kata Sekretaris Perusahaan, Adi Pramono dalam keterbukaan informasi di BEI, Senin (13/5).
Transaksi merupakan transaksi material yakni sebesar 25,42% dari total ekuitas konsolidasian Indika Energy berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2023.
Hal ini sebagaimana diatur dalam POJK 17/2020 dimana nilai transaksi memenuhi batasan transaksi material sebesar 20% atau lebih dari nilai ekuitas emiten.
Namun demikian, transaksi yang ada bukanlah transaksi material yang membutuhkan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham mengingat nilainya tidak lebih dari 50% dari ekuitas INDY berdasarkan laporan keuangan konsolidasian Indika.
Adapun surat utang ini akan dijamin dengan jaminan perusahaan oleh para penjamin, diantaranya PT Indika Inti Corpindo (IIC), PT Tripatra Engineering (TPE), PT Tripatra Multi Energi (TIME), PT Tripatra Engineers and Constructors (TPEC), dan Tripatra (Singapore) Pte Ltd (TRIS).
Adi menyebut, dana hasil bersih penerbitan surat utang ini akan digunakan untuk tiga hal. Pertama, pembelian kembali jumlah maksimum pokok terutang sehubungan dengan Surat Utang Senior 8,25% sejumlah US$ 675 juta yang akan jatuh tempo pada tahun 2025, yang diterbitkan oleh Indika Energy Capital IV Pte. Ltd. (surat utang lama).
Kedua, pelunasan sisa jumlah terutang surat utang lama melalui pembelian kembali pada pasar terbuka, penawaran tender dan/atau pelunasan sebagaimana diatur dalam indenture surat utang lama. Ketiga, pendanaan pengeluaran modal INDY sehubungan dengan pengembangan dan ekspansi kegiatan usaha non-batubara.
“Transaksi dan pemberian jaminan atas Surat Utang merupakan satu kesatuan rangkaian transaksi dan bukan merupakan suatu transaksi yang terpisah dan berdiri sendiri,” terang Adi.
Sebagai informasi, harga saham INDY bertumbuh 0,72% ke Rp 1.390 per saham pada Selasa (14/5). Harga saham INDY turun 0,36% dalam lima hari perdagangan terakhir dan melemah sebesar 3,14% sejak awal tahun.
Rekomendasi Saham Indika Energy (INDY)
Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengatakan, dana surat utang akan digunakan sebagian untuk ekspansi kegiatan usaha non-batubara. Namun, keberhasilan strategi ini akan tergantung pada kemampuan INDY untuk mengeksekusi buyback surat utang secara efektif dan mengembangkan bisnis non-batubara secara sukses.
Menurutnya, dampak terhadap profil utang tidak terlalu signifikan. Tetapi dari sisi manfaat, surat utang baru tersebut memiliki tenor yang lebih panjang hingga tahun 2029 dibandingkan utang yang dilunasi yakni sampai tahun 2025. “Sehingga memberikan perusahaan lebih banyak waktu untuk mengelola kewajiban keuangannya,” kata Sukarno kepada Kontan.co.id, Selasa (14/5).
Dengan suku bunga yang lebih besar dari sebelumnya, penerbitan surat utang baru ini akan meningkatkan beban bunga INDY serta diikuti penurunan kinerja akibat tren volatilitas harga batubara.
Sukarno melihat, tidak dampak langsung terhadap kinerja operasional setelah aksi ini. Namun, adanya kenaikan beban bunga dapat menekan laba bersih.
Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi mengatakan, aksi buyback surat utang yang dilakukan INDY dapat membantu mengurangi eksposur INDY terhadap utang dan memperbaiki profil utang perusahaan.
“Dengan mengurangi jumlah utang, INDY dapat mengelola risiko keuangan lebih baik,” kata Reza kepada Kontan.co.id, Selasa (14/5).
Reza menilai, prospek perusahaan dan saham setelah aksi ini bergantung pada faktor kondisi pasar, strategi perusahaan, dan dinamika industri. Reza merekomendasikan untuk beli saham INDY dengan target harga Rp 2.150 dengan potensi kenaikan sekitar 51,41% dari harga penutupan terakhir.
Sedangkan Sukarno merekomendasikan untuk hold. Selanjutnya, bagi investor yang mengharapkan dividen dapat mencermati pembagian dividen oleh INDY yang dijadwalkan cum date pada Kamis (16/5) dengan potensi dividen yield di 6%. Menurt Sukarno, harga dalam waktu dekat akan terkoreksi sebesar potensi yield yang didapat dengan target harga Rp 1.300.
Komentar