Bansos Beras Dibagi-bagi, Beras Hilang di Minimarket

Senin, 12/02/2024 15:37 WIB
Ilustrasi: Dugaan adanya pejabat pemburu rente dan importir nakal yang berkolusi menggarong duit rakyat melalui program impor beras. (bing)

Ilustrasi: Dugaan adanya pejabat pemburu rente dan importir nakal yang berkolusi menggarong duit rakyat melalui program impor beras. (bing)

Jakarta, law-justice.co - Sejumlah masyarakat mengeluh harga beras melambung hingga hilangnya beras di minimarket di tengah bagi-bagi bansos beras oleh Presiden Jokowi.

Selain keluhan melambungnya harga beras dan hilangnya stok beras di minimarket, Mantan Menteri Perdagangan, Tom Lembong juga mengungkap soal terbuangnya secara sia-sia hasil panen sekitar 10-30 persen.

Diketahui, harga sejumlah komoditas pangan mengalami lonjakan menjelang hari H pemilihan umum. Masyarakat hingga pedagang pun mengeluh soal lonjakan harga ini.

Salah satu pedagang di pasar Daya, Makassar, Agung mengungkap kenaikan harga beras sejak akhir 2023 lalu. Namun, semakin melambung dan puncaknya terjadi pada Februari ini.

Menurutnya, kenaikan harga beras saat ini sangat drastis. Sebelum mengalami kenaikan, harga beras seberat 50 kg masih di kisaran Rp550 ribu. Saat ini harga beras melonjak hingga Rp715 ribu per 50 kg.

Stok beras di sejumlah ritel modern di Makassar juga kosong sejak beberapa bulan lalu. Pihak ritel modern seperti Alfamart mengungkap penyebabnya karena tidak ada lagi pasokan dari distributor.

Sementara itu, mantan Menteri Perdagangan (2015-2016), Thomas Trikasi Lembong alias Tom Lembong mengungkap hampir setengah dari pangan yang diproduksi di Indonesia terbuang sia-sia. Kondisi itu disebabkan dua fenomena utama yakni, food loss dan food waste.

Food loss adalah hilangnya komoditas pangan saat masih di tingkat petani, sedangkan food waste adalah hilangnya atau terbuangnya pangan secara sia-sia di tangan konsumen.

Dia memperkirakan ada sekitar 10-30 persen hasil panen hilang di tingkat petani. Salah satunya akibat kerusakan hasil panen yang menyebabkan harga jatuh. Contohnya ketika gabah mengalami kerusakan saat proses penjemuran.

Tom Lembong mengungkap strategi untuk mengurangi bahkan menghilangkan food loss di tingkat petani. Namun, membutuhkan political will dari pemerintah.

Kehilangan hasil panen dapat diminimalisasi dengan teknologi pengeringan yang menggunakan energi surya. Petani harus dapat mengakses teknologi pengeringan sederhana sekalipun, seperti yang telah diterapkan di Jepang, Jerman, dan beberapa negara lainnya.

Solusi lain untuk mengurangi food loss adalah gudang penyimpangan hasil panen petani. Kehilangan hasil panen selama ini terjadi karena tidak memadainya gudang penyimpanan.J

Jika food loss ini dapat ditekan, petani bisa mendapatkan peningkatan pendapatan dari hasil panen, stok beras tersedia naik 10-30 persen, dan harga beras di konsumen bisat urun 10-30 persen. 

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar