Mulai Kena Kabut Asap Karhutla Sumatra, Malaysia Mulai Siaga
Ilustrasi Kebakaran Lahan. (Tribunnews)
Jakarta, law-justice.co - Wilayah Malaysia terutama negara bagian di selatan Semenanjung Malaysia mulai menghadapi kabut asap yang disebut berasal dari kebakaran hutan dan lahan di selatan Sumatra.
Direktur Jenderal Departemen Meteorologi Malaysia, Muhammad Helmi Abdullah mengatakan citra satelit Pusat Meteorologi Khusus ASEAN mendeteksi 119 titik panas di Kalimantan dan 121 titik panas di Sumatra pada Minggu (1/9).
Meski Malaysia belum mendeteksi titik panas di dua pulau Indonesia itu, namun Kuala Lumpur telah mendapati gumpalan asap level sedang hingga tebal datang dari wilayah di Sumatra Selatan. Gumpalan asap itu disebut terbawa arah angin hingga ke barat laut Malaysia.
Seperti melansir cnnindonesia.com, sembilan negara bagian Malaysia mencatat kualitas udara berada di level tidak sehat pada Senin (2/9) pagi pukul 09.00 waktu setempat.
Mengutip situs Sistem Manajemen API Malaysia (APIMS), melaporkan bahwa kualitas udara di Ibu Kota Kuala Lumpur mencapai API 164, sementara di Nilai dan Seremban, Negeri Sembilan tercatat masing-masing API 163 dan 158.
Indeks kualitas udara dengan API antara 101-200 merupakan kategori tidak sehat.
Daerah Malaysia lainnya dengan kualitas udara tidak sehat yakni ibu kota administratif Putrajaya, Petaling Jaya, Shah Alam, Klang, Banting di Selangor, Port Dickson, Bukit Rambai, Alor Gajah di Melaka, Taiping Perang, Batu Muda, hingga Johan Setia.
Pihak berwenang Malaysia telah mengimbau warga, terutama anak-anak untuk membatasi aktivitas di luar ruangan menyusul kualitas udara yang memburuk.
Ketua Komite Kesehatan Johor Ling Tian Soon menyarankan warga kembali memakai masker dan mengurangi aktivitas di luar ruangan sampai kualitas udara membaik.
Seorang ibu rumah tangga, Myra Latifa Abdul Rahman, mengatakan dia juga terpaksa lebih waspada karena putranya yang berusia 10 tahun alergi terhadap debu.
"Saya berusaha membatasi aktivitas luar ruangan anak saya sebaik mungkin. Setiap kali dia pergi ke sekolah atau belajar, saya memastikan dia memakai masker N95 yang melindunginya dari partikel udara berbahaya," kata Myra yang merupakan seorang eksekutif marketing di Petaling Jaya seperti dikutip The Straits Times.
Sementara itu, Melina Idris, yang memiliki seorang anak berusia satu tahun, mengatakan dia memutuskan untuk tinggal di rumah setelah menyadari bahwa cuaca agak berkabut pada pagi itu.
Tak hanya Malaysia, kekhawatiran soal kabut asap juga dirasakan oleh tetangga Indonesia lainnya yakni Singapura. Dua negara tetangga ini memang kerap yang ikut terkena imbas kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan yang terjadi hampir setiap tahun di Sumatra dan Kalimantan.
Singapura mewanti-wanti warganya kemungkinan menghadapi polusi udara yang memburuk menyusul peningkatan titik api kebakaran hutan dan lahan yang terdeteksi di Sumatra dalam beberapa hari terakhir.
Badan Lingkungan Hidup Singapura (National Environment Agency/NEA) mendeteksi kabut asap level sedang hingga pekat pada sebagian wilayah di tengah dan selatan Sumatra dalam beberapa hari terakhir.
"Meskipun Singapura diperkirakan tidak akan mengalami kabut asap parah dalam beberapa hari mendatang, PSI (indeks standar polutan) mungkin akan memburuk jika ada perubahan mata angin," bunyi pernyataan NEA pada Jumat (29/9) seperti dikutip Channel NewsAsia.
NEA menuturkan pemerintah Singapura juga telah membentuk Satuan Tugas Kabut Asap yang terdiri dari 28 lembaga publik untuk menangani situasi jika kualitas udara terus memburuk.
Komentar