Neraca Perdagangan Cina Jeblok Ikut Seret Rupiah jadi Anjlok

Rabu, 07/06/2023 20:20 WIB
Ilustrasi yuan Cina. (Foto: Infobank.com)

Ilustrasi yuan Cina. (Foto: Infobank.com)

Jakarta, law-justice.co - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan. Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan Rabu, 7 Juni 2023, berada di level Rp14.877 per USD, turun 17,5 poin atau setara 0,12 persen dari posisi Rp14.860 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.


Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan rupiah utamanya disebabkan oleh penguatan dolar AS yang signifikan setelah data perdagangan Tiongkok mengecewakan. Kondisi tersebut memukul sentimen dan adanya gejolak di pasar mata uang kripto, menyusul tindakan keras oleh Komisi Sekuritas dan Bursa pada industri kripto.

Surplus perdagangan Tiongkok pada Mei 2023 merosot ke level terendah dalam 13 bulan terakhir, menurut data yang dirilis Rabu pagi. Ini terutama didorong oleh penurunan ekspor yang mengejutkan karena permintaan asing untuk barang-barang Tiongkok `mengering`.

"Kemerosotan ekspor mengindikasikan perlambatan pertumbuhan ekonomi di Eropa dan AS, pasar utama Tiongkok untuk barang-barang yang diproduksi secara lokal, dan ini telah mendorong permintaan dolar, tempat berlindung yang aman di saat stres," ungkap Ibrahim dalam analisis hariannya.

Menurutnya, kenaikan dolar terbatas karena pedagang menunggu pertemuan penetapan kebijakan Federal Reserve minggu depan di tengah ketidakpastian langkah selanjutnya.

Pasar uang memberi harga dengan peluang sekitar 19 persen. Bank sentral akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin minggu depan, dibandingkan dengan peluang lebih dari 60 persen seminggu yang lalu menyusul pertumbuhan ekonomi AS yang lemah.

"Bank Sentral Eropa juga secara luas diperkirakan akan terus menaikkan suku bunga dengan inflasi tetap jauh di atas target 2,0 persen. ECB belum selesai menaikkan biaya pinjaman karena inflasi inti terbukti membandel," terangnya.


Faktor internal
Sementara dari dalam negeri, Ibrahim memandang sektor manufaktur Indonesia secara konsisten mengalami ekspansi dalam 21 bulan berturut-turut pada Mei 2023 yaitu di level 50,3. Ekspansi aktivitas manufaktur terutama didorong oleh meningkatnya aktivitas produksi serta aktivitas pembelian input.

"Ekspansi sektor manufaktur Indonesia terutama tercermin pada tingkat penyerapan tenaga kerja pada Mei yang merupakan capaian terbaik selama enam bulan terakhir di level 50,6," jelas dia.

Namun demikian, pelaku usaha tampaknya mulai mengantisipasi transmisi dampak perlambatan ekonomi global ke domestik. Untuk itu, perkembangan pertumbuhan permintaan domestik yang berkelanjutan perlu terus dijaga untuk mendukung aktivitas sektor manufaktur.

"Kemudian, tren inflasi yang terus membaik perlu terus dijaga untuk mendukung daya beli masyarakat. Pemerintah juga akan terus mengantisipasi risiko perlambatan ekonomi global serta menjaga optimisme dunia usaha," tegas Ibrahim.

Ia memprediksi, rupiah pada perdagangan besok akan bergerak secara fluktuatif meskipun kemungkinan besar masih alami pelemahan. "Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.850 per USD hingga Rp14.920 per USD," tutup Ibrahim.

 

(Kiki Agung\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar