Respons PGI soal Temuan Kristen Simpatisan Muhammadiyah di Daerah 3T

Senin, 29/05/2023 10:20 WIB
Ketua Umum PGI Gomar Gultom (Foto: PGI)

Ketua Umum PGI Gomar Gultom (Foto: PGI)

Jakarta, law-justice.co - Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) merespons soal hasil riset yang menemukan fenomena varian Kristen Muhammadiyah alias `KrisMuha` di daerah terpencil.

Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Gomar Goltom mengatakan, temuan ini sebagai langkah yang mencerahkan membangun kerukunan umat beragama.

"Saya kira hasil riset ini memecahkan ini sangat mencerahkan dalam membangun kerja sama dan kerukunan antarumat," kata Gomar seperti melansir cnnindonesia.com.

Varian KrisMuha merujuk pada orang Kristen yang menjadi simpatisan Muhammadiyah. Riset yang dilakukan Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis (LKKS) PP Muhammadiyah ini menjelaskan varian KrisMuha terjadi karena adanya interaksi yang intens antara siswa Muslim dan Kristen dalam lingkungan pendidikan di sekolah-sekolah Muhammadiyah di daerah terpencil.

Gomar lantas mengapresiasi dakwah Muhammadiyah dalam mencerdaskan anak-anak bangsa lewat pendidikan. Ia melihat dakwah Muhammadiyah melalui pendidikan tidak berkutat pada soal kuantitas atau menambah jumlah umat, tetapi mengedepankan kualitasnya.

"Dan saya melihat menjadi Islami dengan tetap pada iman kepercayaan masing-masing, adalah sebuah misi atau dakwah mulia yang sangat relevan dengan kemajemukan Indonesia," kata dia.

Selain itu, Gomar melihat proses perjumpaan Muhammadiyah dan umat Kristen ternyata bisa saling menguatkan dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan masing-masing.

"Lewat dakwah sedemikian, terjadi proses interpenetrasi yang saling membangun menuju kedewasaan beriman masing-masing," kata dia.

Namun, interaksi itu tak menghilangkan identitas agama mereka masing-masing sehingga menciptakan toleransi satu sama lain.

"Namun, perlu dicatat bahwa interaksi tersebut tidak menghilangkan identitas mereka sebagai penganut agama Kristen yang taat," kata Ketua LKKS PP Muhammadiyah Fajar Riza Ulhaq di laman resmi Muhammadiyah.

Hasil riset ini menggambarkan situasi toleransi di daerah-daerah terpencil di Indonesia, terutama di daerah 3 T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal). Daerah-daerah yang dimaksud adalah Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT); Serui, Papua; dan Putussibau, Kalimantan Barat (Kalbar).

Penelitian ini kemudian disusun menjadi buku berjudul `Kristen Muhammadiyah: Mengelola Pluralitas Agama dalam Pendidikan`.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar