Jelang Pilkada DKI, Kepemimpinan Gubernur Ali Sadikin Dirindukan

Kamis, 25/05/2023 16:20 WIB
Peluncuran buku biografi Ali Sadikin di Komunitas Salihara, Sabtu (20/5/2023) (Law-Justice/Devi Puspitasari)

Peluncuran buku biografi Ali Sadikin di Komunitas Salihara, Sabtu (20/5/2023) (Law-Justice/Devi Puspitasari)

Jakarta, law-justice.co - Setiap kota, tumbuh dan berkembang, karena dibangun oleh banyak partisipasi. Tapi setiap partisipasi membutuhkan pemimpin yang bisa menggerakkan, dan
terutama: dipercaya. Dari kota berskala metropolitan, seperti Jakarta, pernah ada satu nama yang sering diucapkan orang ketika menyebut contoh
kepemimpinan yang menggerakkan dan dipercaya itu. Ali Sadikin.

Pendiri Komunitas Salihara, Goenawan Mohamad, mengatakan Ali Sadikin adalah kualitas yang langka dari seorang pemimpin. Menurut Mohamad, “di hari-hari ini, menjelang pergantian presiden, rasanya tepat untuk berbicara tentang kepemimpinan. Dan Ali Sadikin adalah sebuah teladan yang pas. Ia gabungan yang langka antara karisma dan kecakapan manajerial, pendobrak untuk pembaharuan dan penggerak birokrasi.” Tahun ini terhitung 15 tahun Bang Ali wafat, Sabtu (20/5/2023)

Sebuah buku biografi foto
berjudul “Ali Sadikin, Pemimpin yang Dirindukan”, diluncurkan Sabtu (20/5/2023) di Komunitas Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

 

Gubernur DKI Jakarta Tahun 1960-an Ali Sadikin (Suara)

 

 

Buku dengan format coffee table book setebal 200 halaman ini menceritakan dalam banyak foto koleksi tentang apa dan siapa Ali Sadikin sebagai pejabat dan pribadi. Bang Ali yang berhikmat demi Jakarta, untuk demokrasi dan hak azasi, sahabat budaya dan seni serta teladan kemanusiaan.

Peluncuran buku ini diisi dengan pidato, diskusi, dan testimoni dari berbagai pihak, seperti mantan Sekretaris Kabinet, Dipo Alam; mantan Wakil Ketua
Komisi Pemberantasan Korupsi, Erry Riyana Hardjapamekas; mantan Jaksa Agung Marsillam Simandjuntak; Goenawan Mohamad; serta beberapa tokoh
bantuan hukum, seniman dan pegiat hak azasi manusia.

Kiprah Bang Ali sebagai pejuang dan pemimpin terbentang dari masa mudanya saat ikut mendirikan Korps Marinir (cikal bakal dari Korps Komando
Angkatan Laut Republik Indonesia atau disingkat KKO-AL) ketika ia bersekolah di Sekolah Pelayaran Tinggi Semarang. Saat dilantik Bung Karno menjadi
Gubernur Jakarta, Bang Ali berpangkat Mayor Jenderal dan umurnya belum 40.

Selama menjabat gubernur, banyak gebrakan yang ia lakukan. Kalau merujuk istilah sejarawan, mendiang Ramadhan KH. “Ali Sadikin membenahi
Jakarta menjadi kota yang manusiawi.” Sepanjang sebelas tahun, ia membangun Taman Ismail Marzuki, Kebun Binatang Ragunan, Ancol, Gelanggang Remaja, Taman Ria, Pasar Jatinegara, halte-halte bus, Dokumentasi Sastra HB Jassin, Museum Wayang, Museum Tekstil, Museum Seni Rupa, menata komplek perkampungan (misalnya saja
proyek Muhammad Husni Thamrin di Kampung Angke), merehabilitasi 860 gedung sekolah dan membangun 1.140 gedung sekolah baru," katanya.

"Bang Ali pun mendorong berdirinya Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia; memulai program Keluarga Berencana; mengatasi kriminalitas di terminal-terminal angkutan kota; kas Pemda menjadi Rp89,5 miliar (ketika diangkat jadi Gubernur, anggaran Pemda yang tersedia hanya Rp66 juta). Peluncuran Buku dan Peringatan 15 Tahun Wafatnya Bang Ali diselenggarakan oleh Gerakan Indonesia Kita bekerja sama dengan Komunitas Salihara sebagai bagian dari rangkaian program melembagakan memori kepemimpinan Ali Sadikin," kenang Ramadhan.

 

 

(Kiki Agung\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar