Nilai Utang RI Turun di Tengah Dolar AS yang Ambruk

Rabu, 17/05/2023 17:00 WIB
Dolar AS  (Lanainews)

Dolar AS (Lanainews)

Jakarta, law-justice.co - Merosotnya nilai tukar USD Amerika Serikat berpengaruh terhadap nilai utang Indonesia juga. Utang luar negeri (ULN) Indonesia pada triwulan I 2023 mengalami penurunan. Dipengaruhi oleh faktor perubahan akibat pelemahan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) alias USD terhadap mayoritas mata uang global. Termasuk terhadap rupiah.


Posisi ULN Indonesia tercatat USD 402,8 miliar. Secara tahunan mengalami kontraksi sebesar 1,9 persen. Melanjutkan penurunan dari triwulan sebelumnya sebanyak 4,1 persen year-on-year (YoY). Kontraksi pertumbuhan ini bersumber dari ULN sektor swasta dan publik meliputi pemerintah dan bank sentral.

ULN pemerintah pada triwulan I 2023 sebesar USD 194,0 miliar. Turun 1,1 persen YoY, lebih rendah dibandingkan dengan kontraksi pada triwulan sebelumnya sebesar 6,8 persen YoY.

Hal itu dipengaruhi oleh penempatan investasi portofolio di pasar surat berharga negara (SBN) domestik. Seiring dengan sentimen positif pelaku pasar global yang tetap terjaga.

Selain itu, terdapat penarikan neto pinjaman luar negeri multilateral. Pinjaman tersebut digunakan untuk mendukung pembiayaan program dan proyek.

“Penarikan ULN pemerintah pada triwulan I 2023 masih diutamakan untuk mendukung pembiayaan sektor produktif dan belanja prioritas, khususnya untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian perekonomian global,” kata Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono.

Berdasarkan sektor ekonomi, ULN pemerintah paling besar mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 24,1 persen. Diikuti administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (17,9 persen), jasa pendidikan (16,8 persen), konstruksi (14,2 persen), serta jasa keuangan dan asuransi (10,2 persen).

Menurut Erwin, ULN pemerintah relatif aman dan terkendali. Mengingat, hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang. Dengan pangsa mencapai 99,9 persen dari total ULN pemerintah.

ULN swasta juga mengalami kontraksi dan lebih dalam. Per triwulan I 2023 senilai USD 199,4 miliar atau mengalami kontraksi 3,0 persen YoY. Angka itu lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi pada triwulan sebelumnya sebesar 1,7 persen YoY.

Pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan dan lembaga keuangan masing-masing mengalami kontraksi 2,9 persen YoY dan 3,5 persen YoY. Berdasarkan sektor ekonomi, ULN swasta terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi.”ULN swasta juga tetap didominasi oleh utang jangka panjang dengan pangsa mencapai 75,4 persen,” imbuh Erwin.

Dia memastikan, struktur ULN Indonesia tetap sehat. Didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) di kisaran 30,1 persen.

Sementara itu, Chief Economist Citi Indonesia Helmi Arman melihat, ULN Indonesia dibanding sebelum pandemi Covid-19 mengalami penurunan. Memasuki krisis di 2020, ekonomi domestik yang terkontraksi tidak membutuhkan banyak investasi.

“Sehingga nggak butuh banyak pinjaman. Tapi belakangan ini perekonomian mulai tumbuh, tapi utang luar negeri masih kontraksi,” ucapnya saat ditanyai Jawa Pos, kemarin (16/5).

Sebab, salah satu penyebabnya yaitu biaya dana untuk mata uang USD meningkat. Sejalan dengan kebijakan The Fed yang menaikkan suku bunga acuannya. Sehingga korporasi yang memiliki jatuh tempo utang memilih untuk melunasi.

Mengingat, untuk memutuskan roll over (melanjutkan) utang akan terkena biaya dana lebih mahal. Karena suku bunga global sudah di level yang tinggi. Apalagi, banyak korporasi di Indonesia, khususnya di bidang komoditas, tahun lalu mendapatkan windfall yang besar dari kenaikan harga.

“Jadi banyak dari mereka ketimbang roll over utang dengan biaya yang tinggi, mending dibayarkan aja. Karena posisi cash mereka sedang bagus,” tandasnya. [JPG/jawapos.com]

(Kiki Agung\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar