Harga Emas Melesat Sepekan Tapi Siap-siap Anjlok Lagi

Sabtu, 08/04/2023 11:40 WIB
Ilustrasi emas (Pixabay)

Ilustrasi emas (Pixabay)

Jakarta, law-justice.co - Harga emas dunia kembali melesat di pekan ini mendekati lagi rekor tertinggi sepanjang masa yang dicapai lebih dari dua tahun lalu. Harganya yang terus menanjak, menjadi indikasi emas sedang menjadi primadona.


Melansir data Refintiv, harga emas dunia sepanjang pekan ini melesat lebih dari 2% ke US$ 2.008/troy ons, setelah sebelumnya menyentuh US$ 2.031/troy ons. Rekor tertinggi sepanjang masa logam mulia ini US$ 2.072/troy ons yang dicapai pada Agustus 2020.

Kenaikan harga emas dunia dipicu ekspektasi bank sentral AS (The Fed) akan berbalik memangkas suku bunga acuannya tahun ini. Sebabnya, perekonomian Amerika Serikat yang diprediksi merosot parah, apalagi setelah Silicon Valley Bank (SVB) kolaps.


Namun, ekspektasi tersebut perlahan-lahan terkubur, sebab sampai saat ini pasar tenaga kerja AS masih sangat kuat, inflasi juga sulit turun. Hal ini membuat The Fed diprediksi kembali menaikkan suku bunga pada Mei, padahal sebelumnya banyak yang memprediksi tidak akan lagi dinaikkan, dan dipangkas pada akhir tahun.

Berdasarkan perangkat FedWacth milik CME Group, pasar kini melihat The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 5% - 5,25% bulan depan, dengan probabilitas 67%. Probabilitas tersebut naik signifikan dari sebelum rilis data tenaga kerja AS yakni 49%.

Departemen Tenaga Kerja AS Jumat kemarin melaporkan sepanjang Maret perekonomian Paman Sam dilaporkan mampu menyerap 236.000 tenaga kerja diluar sektor pertanian (non-farm payrolls), sejalan dengan ekspektasi analis.

Kemudian, tingkat pengangguran turun menjadi 3,5% dari sebelumnya 3,6%. Rata-rata upah per jam naik 4,2% year-on-year, tetapi menjadi yang terendah sejak Juni 2021.

Data tenaga kerja merupakan acuan The Fed dalam menetapkan kebijakan moneter, selain juga data inflasi.

Baca: Skandal Emas Rp189 T Bea Cukai Terbongkar, Ini Kronologinya
Inflasi berdasarkan personal consumption expenditure (PCE) yang sulit turun membuat pasar kembali memprediksi bank sentral AS (The Fed) akan kembali menaikkan suku bunga pada Mei.

Inflasi inti PCE tumbuh 0,3% pada Februari dari bulan sebelumnya, lebih rendah dari prediksi Dow Jones 0,4%. Sementara secara tahunan, tumbuh 4,6% juga lebih rendah dari prediksi 4,7%.

Dengan kemungkinan The Fed kembali menaikkan suku bunga, dan belum akan dipangkas tahun ini, ada risiko emas akan diterpa aksi profit taking pekan depan yang berisiko membuat harganya kembali anjlok.

Sementara itu dari dalam negeri sedang viral skandal kasus dugaan tindak pidana kepabeanan impor emas batangan di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC). Tak main-main, nilainya mencapai Rp 189 triliun.

Staf Khusus Menteri Keuangan (Menkeu) Yustinus Prastowo secara khusus membuat thread atau utasan melalui akun Twitternya @prastow mengenai kasus dugaan tindak pidana kepabeanan impor emas batangan di DJBC itu.

 

(Kiki Agung\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar