Beri Kritikan Menohok, BEM UI `Dikecam` Istana, PDIP hingga DPR (3)

Jum'at, 24/03/2023 05:49 WIB
Unggah Meme Puan Berbadan Tikus, BEM UI: Dewan Perampok Rakyat! (Twitter BEM UI).

Unggah Meme Puan Berbadan Tikus, BEM UI: Dewan Perampok Rakyat! (Twitter BEM UI).

Jakarta, law-justice.co - BEM UI Benar, Gerakan Perlawanan akan Berlanjut

Sementara itu, Analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun menegaskan bahwa kritikan yang disampaikan Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) sejauh ini sudah memenuhi standar akademik, berbasis data, hingga memiliki dasar hukum yang jelas dan argumen yang kokoh.

Kata dia, lembaga perwakilan rakyat itu dikritik karena mengesahkan Perppu Cipta Kerja (Ciptaker) menjadi UU.

Bentuk kritiknya, mengeluarkan video berisi meme wajah Ketua DPR RI Puan Maharani dengan berbadan tikus dan tulisan Dewan Perampok Rakyat.

"Saya cermati sejauh ini kritik-kritik BEM UI sudah benar memenuhi standar akademik, berbasis data, dasar hukum yang jelas dan argumen yang kokoh," ujar Ubedilah, seperti melansir rmol.id.

Menurut Ubedilah, dasar argumen yang disampaikan BEM UI sudah clear.

Sebab, UU Ciptaker mengganggu kelestarian lingkungan hidup, mengancam kesejahteraan kelas pekerja dan merampas tanah dengan sektor agraria yang ada di dalamnya.

Selain itu, kata Ubedillah, UU Cipta Kerja juga tidak menunjukkan keberpihakan sama sekali bagi kesejahteraan buruh dan rakyat banyak. Ia mengapresiasi BEM UI atas konsistennya menolak Perppu Cipta Kerja yang telah disahkan menjadi UU.

"Karena Jokowi mengabaikan putusan lembaga negara Mahkamah Konstitusi, mengelabui konstitusi bahkan melanggar konstitusi karena membuat Perppu tanpa dasar yang bisa diterima secara konstitusi," kata Ubedilah.

Dengan demikian, Ubedilah menilai, apa yang dilakukan BEM UI sudah benar dan diyakini akan dilakukan oleh BEM Seluruh Indonesia (SI) Rakyat Bangkit, BEM SI Kerakyatan, dan mayoritas mahasiswa generasi Z yang akan menjadi korban sistemik yang sangat dirugikan dari pengesahan UU Ciptaker.

Ubedilah juga melihat bahwa buruh, petani, akademisi, nelayan dan berbagai unsur masyarakat juga menolak.

"Oleh karena itu saya meyakini gelombang protes perlawanan ini akan terus berlangsung. Sebab secara teoritik faktor pendorong dan menguatnya social movement semakin terpenuhi, di antaranya terbentuknya kesadaran kolektif tentang pentingnya perubahan," pungkas Ubedilah.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar